Pengamat: Kader Harus Dewasa Menyikapi Dinamika Pemilihan Ketua DPD Demokrat NTT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat politik Urbanus Hurek mengingatkan agar para pengurus, kader dan simpatisan Partai Demokrat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk lebih dewasa menyikapi dinamika politik dalam pemilihan Ketua DPD PD yang baru saja berlangsung.
"Dalam kontestasi politik internal ini, wajar jika tensi meninggi dan muncul sejumlah ketidakpuasan. Wajar orang kecewa ketika harapannya tidak terpenuhi. Tapi saya kira para pengurus, kader dan simpatisan Demokrat cukup dewasa untuk menyikapinya, apalagi saya dapat informasi prosesnya cukup demokratis dan terbuka. Ada Musda, serta ada fit and proper test sebelum pengambilan keputusan," ujar Wakil Dekan FISIP Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang ini.
Urbanus mengingatkan mekanisme seperti ini tidak selalu terjadi di parpol-parpol yang lain. Menurut dia ada parpol yang ketua DPD-nya langsung ditunjuk atau diberhentikan oleh ketua umum tanpa mekanisme musyawarah daerah. ”Apalagi fit and proper test seperti yang kita lihat di Partai Demokrat ini. Ada juga yang sikut-sikutan dengan politik uang atau saling mengadukan ke penegak hukum," paparnya.
Dia menilai, proses pemilihan Ketua DPD NTT sudah mengikuti asas-asas demokrasi, AD/ART maupun aturan-aturan organisasi dalam Partai Demokrat. "Ketum AHY ini, saya lihat selalu bertindak cermat dan terukur. Lihat saja bagaimana dia selalu berbicara dengan teratur, jelas dan terstruktur, mencerminkan pola pikir yang tertib dan rapih, bukan tipikal pribadi yang main tabrak aturan," ucapnya.
Urbanus menganalisa elektabilitas AHY yang terus naik dalam dua tahun belakangan ini menunjukkan publik suka dan percaya pada putra dari mantan Presiden ke 6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
”Kita lihat saja dalam survei-survei elektabilitas, Ketum AHY selalu konsisten berada pada urutan kedua di antara ketum-ketum parpol lainnya. Ingat yang punya parpol adalah yang memegang tiket. Di sisi lain, keberhasilan AHY membawa Demokrat keluar dari krisis akibat upaya kudeta oleh pihak eksternal partai, menunjukkan kepemimpinannya efektif, solid dan dapat diterima para kader," ucapnya.
Pengamat politik muda ini juga mengingatkan dari 2014 ke 2019 ada penurunan perolehan suara maupun kursi Demokrat di NTT. Hal ini harus mendorong Partai Demokrat NTT untuk rekonsiliasi dan meneruskan kerja-kerja politik Jericho, Ketua DPD sebelumnya. "Ada Pak Benny K. Harman di DPR pusat, ada Pak Jefri Riwu Kore (Jericho) sebagai Wali Kota Kupang, belum lagi para anggota dewan provinsi dan kabupaten/ kota yang proaktif memperjuangkan harapan rakyat NTT,” katanya.
Dia menambahkan, semua itu merupakan modal yang baik untuk terus membesarkan Partai Demokrat sebagai partai yang nasionalis-religius dan sekaligus memperjuangkan harapan rakyat NTT.
"Kecewa boleh, tapi jangan berlama-lama. Sayang kalau energi dan sumber daya partai ini tersedot pada kekecewaan yang dibawa berlarut-larut. Partai Demokrat punya slogan yang bagus 'Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit.' Saya kira slogan itu sangat relevan diaplikasikan pada saat ini," ucapnya.
"Dalam kontestasi politik internal ini, wajar jika tensi meninggi dan muncul sejumlah ketidakpuasan. Wajar orang kecewa ketika harapannya tidak terpenuhi. Tapi saya kira para pengurus, kader dan simpatisan Demokrat cukup dewasa untuk menyikapinya, apalagi saya dapat informasi prosesnya cukup demokratis dan terbuka. Ada Musda, serta ada fit and proper test sebelum pengambilan keputusan," ujar Wakil Dekan FISIP Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang ini.
Urbanus mengingatkan mekanisme seperti ini tidak selalu terjadi di parpol-parpol yang lain. Menurut dia ada parpol yang ketua DPD-nya langsung ditunjuk atau diberhentikan oleh ketua umum tanpa mekanisme musyawarah daerah. ”Apalagi fit and proper test seperti yang kita lihat di Partai Demokrat ini. Ada juga yang sikut-sikutan dengan politik uang atau saling mengadukan ke penegak hukum," paparnya.
Dia menilai, proses pemilihan Ketua DPD NTT sudah mengikuti asas-asas demokrasi, AD/ART maupun aturan-aturan organisasi dalam Partai Demokrat. "Ketum AHY ini, saya lihat selalu bertindak cermat dan terukur. Lihat saja bagaimana dia selalu berbicara dengan teratur, jelas dan terstruktur, mencerminkan pola pikir yang tertib dan rapih, bukan tipikal pribadi yang main tabrak aturan," ucapnya.
Urbanus menganalisa elektabilitas AHY yang terus naik dalam dua tahun belakangan ini menunjukkan publik suka dan percaya pada putra dari mantan Presiden ke 6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
”Kita lihat saja dalam survei-survei elektabilitas, Ketum AHY selalu konsisten berada pada urutan kedua di antara ketum-ketum parpol lainnya. Ingat yang punya parpol adalah yang memegang tiket. Di sisi lain, keberhasilan AHY membawa Demokrat keluar dari krisis akibat upaya kudeta oleh pihak eksternal partai, menunjukkan kepemimpinannya efektif, solid dan dapat diterima para kader," ucapnya.
Pengamat politik muda ini juga mengingatkan dari 2014 ke 2019 ada penurunan perolehan suara maupun kursi Demokrat di NTT. Hal ini harus mendorong Partai Demokrat NTT untuk rekonsiliasi dan meneruskan kerja-kerja politik Jericho, Ketua DPD sebelumnya. "Ada Pak Benny K. Harman di DPR pusat, ada Pak Jefri Riwu Kore (Jericho) sebagai Wali Kota Kupang, belum lagi para anggota dewan provinsi dan kabupaten/ kota yang proaktif memperjuangkan harapan rakyat NTT,” katanya.
Dia menambahkan, semua itu merupakan modal yang baik untuk terus membesarkan Partai Demokrat sebagai partai yang nasionalis-religius dan sekaligus memperjuangkan harapan rakyat NTT.
"Kecewa boleh, tapi jangan berlama-lama. Sayang kalau energi dan sumber daya partai ini tersedot pada kekecewaan yang dibawa berlarut-larut. Partai Demokrat punya slogan yang bagus 'Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit.' Saya kira slogan itu sangat relevan diaplikasikan pada saat ini," ucapnya.
(cip)