Tak Mampu Bendung Tren Penurunan Elektabilitas, Prabowo Terpental
loading...
A
A
A
JAKARTA - Elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengalami penurunan paling signifikan di antara 14 nama yang masuk dalam simulasi nama terpopuler untuk bursa Pilpres 2024 , berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia.
Pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam menilai, data Indikator Politik Indonesia itu mengindikasikan gejala bahwa Prabowo tidak mampu mengapitalisasi posisinya sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) secara optimal untuk mengelola tingkat elektabilitasnya.
"Meski Prabowo punya 'public office' tapi itu tidak jaminan elektabilitasnya terjaga. Karena 'public office' yang ia tempati itu, tidak membuatnya bisa meng-exercise otoritas dan kewenangannya dalam kebijakan publik yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari di tengah pandemi," kata Khoirul Umam, Senin (8/6/2020).
Khoirul Umam menambahkan, jika Prabowo tidak bisa mengantisipasi tren tersebut, namanya berpotensi tenggelam dan terpental dari posisi nomor wahid dalam sejumlah survei elektabilitas Pilpres 2024. Sebab, dengan penurunan sekitar 8% saat ini, kata Khoirul Umam, elektabilitas Prabowo sebenarnya sudah berada di kelas yang sama dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. ( ).
"Meskipun secara persentase berbeda, tapi elektabilitas mereka tidak terpaut jauh mengingat margin of error dari survei ini berkisar plus minus 2,9 persen," tuturnya.
Artinya, dalam rentang naik turunnya margin of error sekitar 2,9 persen tersebut, elektabilitas mereka tidak jauh berbeda. "Ke depan, tren ini akan ditentukan oleh dinamika politik pasca-new normal," urainya.
Sementara itu, terkait peningkatan elektabilitas yang dialami Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, menurut Khoirul Umam, terjadi karena mereka menempati 'public office' yang membuat nama mereka 'ternasionalisasi' dan menjadi bagian dari pusat perhatian publik di tengah krisis pandemi. ( ).
Kendati demikian, tren ini cenderung bersifat temporal. Karena seiring dengan munculnya 'new normal', perhatian publik terhadap kebijakan publik kepala daerah menjadi landai kembali. Maka, elektabilitas Ganjar dan Ridwan Kamil berpotensi menurun kembali.
Karena itu, tutur Umam, jika keduanya ingin menyasar 2024 maka diperlukan langkah-langkah dan kerja politik yang mampu tetap menempatkan nama mereka dalam radar bursa calon 2024. "Jika mereka terpental maka nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sandiaga Uno berpotensi kembali merangsek ke puncak tangga survei lagi," pungkasnya.
Pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam menilai, data Indikator Politik Indonesia itu mengindikasikan gejala bahwa Prabowo tidak mampu mengapitalisasi posisinya sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) secara optimal untuk mengelola tingkat elektabilitasnya.
"Meski Prabowo punya 'public office' tapi itu tidak jaminan elektabilitasnya terjaga. Karena 'public office' yang ia tempati itu, tidak membuatnya bisa meng-exercise otoritas dan kewenangannya dalam kebijakan publik yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari di tengah pandemi," kata Khoirul Umam, Senin (8/6/2020).
Khoirul Umam menambahkan, jika Prabowo tidak bisa mengantisipasi tren tersebut, namanya berpotensi tenggelam dan terpental dari posisi nomor wahid dalam sejumlah survei elektabilitas Pilpres 2024. Sebab, dengan penurunan sekitar 8% saat ini, kata Khoirul Umam, elektabilitas Prabowo sebenarnya sudah berada di kelas yang sama dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. ( ).
"Meskipun secara persentase berbeda, tapi elektabilitas mereka tidak terpaut jauh mengingat margin of error dari survei ini berkisar plus minus 2,9 persen," tuturnya.
Artinya, dalam rentang naik turunnya margin of error sekitar 2,9 persen tersebut, elektabilitas mereka tidak jauh berbeda. "Ke depan, tren ini akan ditentukan oleh dinamika politik pasca-new normal," urainya.
Sementara itu, terkait peningkatan elektabilitas yang dialami Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, menurut Khoirul Umam, terjadi karena mereka menempati 'public office' yang membuat nama mereka 'ternasionalisasi' dan menjadi bagian dari pusat perhatian publik di tengah krisis pandemi. ( ).
Kendati demikian, tren ini cenderung bersifat temporal. Karena seiring dengan munculnya 'new normal', perhatian publik terhadap kebijakan publik kepala daerah menjadi landai kembali. Maka, elektabilitas Ganjar dan Ridwan Kamil berpotensi menurun kembali.
Karena itu, tutur Umam, jika keduanya ingin menyasar 2024 maka diperlukan langkah-langkah dan kerja politik yang mampu tetap menempatkan nama mereka dalam radar bursa calon 2024. "Jika mereka terpental maka nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sandiaga Uno berpotensi kembali merangsek ke puncak tangga survei lagi," pungkasnya.
(zik)