Usul Keterwakilan Perempuan Minimal 30% di KPU-Bawaslu Disambut Baik Timsel

Rabu, 01 Desember 2021 - 14:24 WIB
loading...
Usul Keterwakilan Perempuan Minimal 30% di KPU-Bawaslu Disambut Baik Timsel
Ketua Timsel KPU-Bawaslu, Juri Ardiantoro. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Usulan keterwakilan perempuan minimal 30 persen dalam anggota KPU dan Bawaslu mendapat respons positif. Salah satunya dari Tim Seleksi ( Timsel ) KPU-Bawaslu periode 2022-2027.



Ia mengatakan, Timsel telah memasukkan memilik; perspektif kesetaraan gender dan inklusivitas terhadap disabilitas manjadi salah satu kriteria dalam memiliki calon KPU dan Bawaslu, perempuan dan laki-laki

"Pandangan kami, perspektif kesetaraan gender ini tidak hanya harus dimiliki perempuan, calon, tetapi juga laki-laki," ujar Ketua Timsel Juri Ardiantoro, Rabu (1/12/2021).

"Nah, Timsel sedang memeras calon untuk mendapatkan 48 calon anggota KPU dan Bawaslu. Tidak mudah memerasnya karena yang mendaftar banyak. Tetapi tentu akan kami upayakan untuk minimal 30 persen keterwakilan perempuan," tambahnya.

Selain itu, Timsel meminta agar Maju Perempuan Indonesia (MPI) mengawal proses fit and proper test di DPR agar calon dari perempuan banyak terpilih. Timsel berupaya hadirkan daftar calon dengan 30 persen keterwakilan perempuan.

"Kami memohon membantu kami untuk meyakinkan kawan-kawan, laki-laki di DPR untuk memilih dan mengawal calon-calon perempuanm," kata anggota Timsel, Poengky Indarty.

"Jadi, jangan sampai kami memberikan nama-nama perempuan, tetapi yang dipilih hanya satu. Mohon juga masukkan calon-calon perempuan yang berkualitas, sehingga itu yang akan menjadi atensi kami," sambungnya.

Anggota Timsel perempuan lain, Endang Sulastri dan Betti Alisjahbana menegaskan keberpihakannya pada afirmasi perempuan. Kehadiran perempuan di dalam kerja tim dipandang sebagai faktor yang memperkuat soliditas tim.

Endang Sulastri bahkan menyampaikan, keinginannya untuk menghadirkan hingga 50 persen perempuan di daftar calon anggota KPU dan Bawaslu yang akan diserahkan kepada Pemerintah.

"Kalau saya, kenapa harus 30 persen kalau bisa lebih," pungkas Endang Sulastri.

Potret Keterwakilan Perempuan di Lembaga Penyelenggara Pemilu Nasional saat ini menjadi sorotan Maju Perempuan Indonesia. Pasalnya, jumlah perempuan di KPU dan Bawaslu RI mengalami penurunan.

Pada Pemilu 1999, terdapat 5 perempuan dari 30 orang Panitia Pengawas (Panwas), yaitu Miriam Budiarjo, Zakiah Daradjat, Roesita Noer, Titi Anggraini, dan Ari Purwanti.

Jumlah ini menurun di Pemilu 2004. Ada 2 perempuan di KPU RI, yakni Chusnul Mar'iyah dan Valina Singka. Dan di Bawaslu RI, hanya ada 1, yaitu Nurjanah Djohantini.

Pascadisahkannya Undang-Undang (UU) Nomor 22/2007 yang mengamanatkan 30 persen keterwakilan perempuan dalam penyelenggara pemilu, terpilih 30 persen perempuan (Endang Sulastri, Sri Nuryanti, dan Andi Nurpati) di KPU RI, dan 50 persen lebih (Wahidah Suaib, Wirdyaningsih, dan Agustiani TF Sitorus) di Bawaslu RI sebagai penyelenggara Pemilu 2009.

Persoalan muncul di Pemilu 2014. Timsel selalu menyiapkan 30 persen keterwakilan perempuan dalam daftar calon penyelenggara pemilu, tetapi DPR hanya memilih 1 perempuan untuk KPU dan Bawaslu. Di Pemilu 2014, hanya ada Ida Budhiati di KPU, dan Endang Endang Wihdatiningtyas di Bawaslu.

Di Pemilu 2019, terulang hal yang sama. Hanya terpilih Evi Novida Ginting untuk KPU, dan Dewi Pettalolo untuk Bawaslu.

"MPI berharap, Pemilu 2024 diselenggarakan oleh lebih banyak perempuan di dalam lembaga penyelenggara pemilu. Jika tersedia 50 persen perempuan yang berkualitas dan berintegritas, Timsel didorong untuk memuat keterwakilan perempuan 50 persen dalam daftar nama calon penyelenggara pemilu yang disampaikan kepada Pemerintah," kata Koordinator MPI, Lena Maryana Mukti.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1118 seconds (0.1#10.140)