LB Moerdani, Jenderal Kesayangan yang Berani Mengusik Kekuasaan Soeharto

Jum'at, 26 November 2021 - 06:09 WIB
loading...
A A A
Berhasil mengemban sejumlah tugas negara, kiprah Benny semakin lengkap dengan mendapat kepercayaan penuh dari Presiden Soeharto di tahun 1974. Beberapa hari setelah peristiwa Malari, Benny dipanggil pulang dari tempat dinasnya di Korea Selatan. Sejak itulah, Benny menjadi salah satu tangan kanan Soeharto dalam keamanan presiden dan keamanan negara.

Pengabdian Benny beralih dari hutan belantara di Irian, Kalimantan, Sulawesi, serta luar negeri ke pusaran kekuasaan di sekitar Istana. Benny menjelma menjadi salah satu orang terkuat.

Tidak Silau Jabatan
Sepak terjang Benny yang cemerlang, tidak membuatnya memiliki ambisi untuk lebih dari itu. Benny dikenal tidak silau dengan jabatan dan tidak berambisi menjadi penguasa. Hal yang sempat dituduhkan kepadanya oleh sejumlah pihak.

"Di benak Pak Benny, kepentingan negaralah yang utama, termasuk kepentingan Presiden yang menjadi pemimpin negara," kata Dodi Mawardi.

Dia mengungkapkan mungkin hanya Benny pejabat negara yang berani "mengusik" kekuasaan Soeharto. Tapi bukan untuk menggantikannya. Benny mengingatkan Soeharto tentang kekuasaannya yang sudah terlalu lama. Hanya Benny orang dekat Soeharto yang berani mengatakan hal tersebut.

"Sebuah fakta pahit yang tetap harus disampaikan kepada pimpinan, karena sebagai seorang intel sejati, Pak Benny tahu persis kondisi lapangan. Sebuah sikap yang berbuah lebih pahit lagi karena kemudian Pak Benny "tersingkir" dari pusaran kekuasaan," tutur Dodi Mawardi.

Soeharto ternyata tidak terima dengan nasihati dari Benny. Apa yang disampaikan dan diingatkan oleh Benny menjadi kenyataan. Soeharto terpaksa harus lengser dengan cara menyakitkan pada 1998 melalui demo besar-besaran.

Setelah Soeharto lengser, dia sempat menjenguk Benny yang sedang tergolek sakit. Soeharto berkata dalam bahasa Jawa, "Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyok ngene." (Kamu yang bener Ben. Kalau saja saya ikuti nasihatmu, mungkin keadaannya tidak seperti ini).

Terbaring lemah, Benny hanya bisa menangis merespons pernyataan Soeharto. Kalimat itu konon diulangi Soeharto ketika berada di depan jenazah Benny.

Sampai akhir hayatnya, Benny tidak pernah memikirkan ambisi pribadinya. Ketika ada kesempatan naik, Benny justru mengangkat nama rekannya di TNI, Try Sutrisno menjadi Wapres. Ketika orang lain sibuk mengejar jabatan dan kekuasan, Benny Moerdani justru sebaliknya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1056 seconds (0.1#10.140)