Jenderal TNI Maraden Panggabean: Pemimpin Laskar Rakyat, Loyalis Soeharto

Kamis, 25 November 2021 - 14:51 WIB
loading...
A A A
Dalam penghormatan itu, Maraden dan pasukannya memberitahu para penumpang kendaraan yang melintas bahwa para prajurit yang memberi hormat senjata itu merupakan perampok kendaraan-kendaraan yang lewat.

Sempat membuat para kendaraan yang melintas ketakutan. Namun para sopir dan penumpang tertawa terbahak-bahak. Di sanalah banyak pengendara mengucapkan terima kasih kepada dirinya dan pasukannya.

Karier Militer
Maraden sendiri sebenarnya lahir dari Laskar Rakyat Semasa Revolusi. Jadi ia bukanlah perwira yang mengakar di Jawa seperti PETA maupun KNIL. "Panggabean sebelum menjadi anggota angkatan perang Republik, tidak mengalami pendidikan militer profesional," tulis Nugroho Notosusanto dalam bukunya Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia (1979).

Bahkan saat zaman pendudukan Jepang, ia sempat bekerja di sekolah pegawai di Batusangkar, Sumatera Barat dan sempat naik jabatan sebagai pelatih pegawai. Barulah setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan Laskar Rakyat dan memimpinnya.

"Setelah saya menolak memimpin Batalyon TKR di Sibolga […] maka saya mencurahkan perhatian seluruhnya untuk menggembleng 'Pasukan Maraden' sebagai mana orang mengenal pasukan saya pada waktu itu. Nama resminya sebenarnya adalah Barisan Pemuda Republik Indonesia (PRI)," aku Maraden Panggabean dalam autobiografinya.

Karena itulah ia kemudian didekati oleh Mayor Pandapotan Sitompul dan masuk ke tentara reguler Republik, yang sudah berubah nama Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Tugas pertamanya yakni memimpin satu resimen yang akan dibentuk di Sibolga dan menjadi perwira muda dengan pangkat kapten dan dilantik pada pertengahan Juni 1946.

Pangkatnya kemudian naik menjadi mayor setelah menjadi kelapa staf dalam resimen di Tapanuli dan komandan batalyon di wilayah yang kini jadi area Kodam Bukit Barisan (Sumatera bagian utara).

Dalam operasi militer, Maraden pernah terlibat dalam penumpasan DI/TII di Jawa Barat dan Aceh, juga sisa RMS. Setelah 1957, dia pernah jadi Komandan Resimen Team Pertempuran (RTP) di Palopo, Sulawesi Selatan.

Saat peristiwa G30S/PKI, Maraden mulai dekat dengan Mayjend Soeharto. Beberapa jabatan strategis seperti Deputi Wilayah atau Panglima Komando Antar Daerah (Koanda) diembannya bersama dengan Panglima Komanda Mandal Siaga II di Banjarmasin.

Saat Soeharto naik menjadi Menpangad, Maraden dipindahkan ke Jakarta untuk menjadi Deputi II (Pembinaan) Menpangad terhitung mulai 20 Oktober 1965. Barulah setelah Soeharto menjadi presiden, Maraden diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat yang disingkat KSAD) dari 1966 hingga 1969.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1590 seconds (0.1#10.140)