Wacana Capres Perempuan Disambut Baik Guru Besar UI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wacana figur perempuan maju sebagai calon presiden ( capres ) di Pilpres 2024 disambut baik oleh Guru besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Prof Burhan Magenda. Dia menanggapi hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) mengenai sembilan nama tokoh perempuan yang layak maju sebagai capres 2024.
”Bagus ada wacana capres perempuan. Tapi, saya kira yang masuk akal adalah jadi calon wakil presiden (cawapres),” ujar Buhan Magenda ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Dari sembilan nama yang masuk dalam survei ARSC, dia menilai hanya ada tiga orang tokoh perempuan yang peluangnya paling besar. Tiga tokoh perempuan itu adalah Ketua DPR RI Puan Maharani , Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Putri Gus Dur Yenny Wahid . ”Juga masih mungkin Khofifah Indar Parawansa,” kata dosen Pasca Sarjana UI, Undip, dan UGM itu.
Penyebutan ketiga nama tokoh perempuan itu bukannya tanpa alasan. Menurutnya, selain pertimbangan mewakili partai dan golongan, persoalan cawapres juga sangat bergantung dari capres yang diajukan.
”Kalau dari sisi massa pemilih, tentu Yenny Wahid dan Puan Maharani. Karena keduanya memiliki dukungan dan basis massa besar seperti NU dan PDIP,” ujar guru besar yang juga mengajar di Sesko TNI dan Lemhanas itu.
Walaupun Yenny Wahid tidak pernah punya pengalaman sebagai pejabat dalam birokrasi pemerintahan, namun dia menilai Yenny yang dikenal sebagai penganjur toleransi bagi bangsa besar yang plural itu sudah pengalaman mendampingi Gus Dur sebagai Presiden. ”Dan pintar pula, ia lulusan Harvard Amerika,” tuturnya.
Dia menambahkan, Tri Rismaharini meskipun memiliki elektabilitas tinggi, namun sulit bisa dicalonkan. Hal itu mengingat dari PDIP sudah ada Puan Maharani. Hal yang sama terjadi juga pada Ida Fauziah. Karena massa NU sudah diwakili oleh Yenny Wahid dan Khofifah Indar Parawansa.
Sedangkan alasan mengapa Megawati Soekarnoputri tidak masuk dalam hitungannya, karena menurutnya Presiden ke-5 RI itu sudah tidak ingin jadi presiden. ”Kalau mau, tentu tahun 2014 dulu beliau yang maju, bukan Pak Jokowi,” kata alumnus Universitas Stanford dan Universitas Cornell, Amerika itu.
Adapun alasan penyebutan Sri Mulyani, karena ada kemungkinan calon presiden mendatang adalah seorang teknokrat yang ingin memulihkan ekonomi. Maka itu, Sri Mulyani menjadi sosok yang pas untuk mendampinginya.
Sementara itu, Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Jakarta Hendri Satrio mengatakan meskipun muncul beberapa nama tokoh perempuan yang berpotensi maju sebagai capres, namun sesungguhnya elektabilas tokoh perempuan masih jauh di bawah para capres laki-laki. Dia tak menampik elektabilitas capres perempuan dapat menyaingi capres laki-laki.
”Misalnya Puan Maharani. Jika PDIP yakin menang, maka mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menaikkan elektabilitasnya,” kata Hendri Satrio dihubungi terpisah.
Diketahui, sembilan nama tokoh perempuan yang layak maju sebagai capres 2024 dalam survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) adalah Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menempati urutan teratas dengan elektabilitas 24,21 persen.
Menyusul Menteri Sosial Tri Rismaharini 17,66 persen, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa 11,07 persen. Selanjutnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani 10 persen, Puan Maharani 4,01 persen, tokoh perempuan Yenny Wahid 3,14 persen, Megawati Soekarnoputri 2,79 persen, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah 1,32 persen, dan istri Presiden Joko Widodo Iriana 1,07 persen.
Survei ARSC itu melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. 60 persen responden berusia muda di bawah 30 tahun dan usia minimal 17 tahun, menggunakan metode multistage random sampling dan dilakukan melalui sambungan telepon. Adapun margin error plus minus 2,9 persen.
”Bagus ada wacana capres perempuan. Tapi, saya kira yang masuk akal adalah jadi calon wakil presiden (cawapres),” ujar Buhan Magenda ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Dari sembilan nama yang masuk dalam survei ARSC, dia menilai hanya ada tiga orang tokoh perempuan yang peluangnya paling besar. Tiga tokoh perempuan itu adalah Ketua DPR RI Puan Maharani , Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Putri Gus Dur Yenny Wahid . ”Juga masih mungkin Khofifah Indar Parawansa,” kata dosen Pasca Sarjana UI, Undip, dan UGM itu.
Baca Juga
Penyebutan ketiga nama tokoh perempuan itu bukannya tanpa alasan. Menurutnya, selain pertimbangan mewakili partai dan golongan, persoalan cawapres juga sangat bergantung dari capres yang diajukan.
”Kalau dari sisi massa pemilih, tentu Yenny Wahid dan Puan Maharani. Karena keduanya memiliki dukungan dan basis massa besar seperti NU dan PDIP,” ujar guru besar yang juga mengajar di Sesko TNI dan Lemhanas itu.
Walaupun Yenny Wahid tidak pernah punya pengalaman sebagai pejabat dalam birokrasi pemerintahan, namun dia menilai Yenny yang dikenal sebagai penganjur toleransi bagi bangsa besar yang plural itu sudah pengalaman mendampingi Gus Dur sebagai Presiden. ”Dan pintar pula, ia lulusan Harvard Amerika,” tuturnya.
Dia menambahkan, Tri Rismaharini meskipun memiliki elektabilitas tinggi, namun sulit bisa dicalonkan. Hal itu mengingat dari PDIP sudah ada Puan Maharani. Hal yang sama terjadi juga pada Ida Fauziah. Karena massa NU sudah diwakili oleh Yenny Wahid dan Khofifah Indar Parawansa.
Sedangkan alasan mengapa Megawati Soekarnoputri tidak masuk dalam hitungannya, karena menurutnya Presiden ke-5 RI itu sudah tidak ingin jadi presiden. ”Kalau mau, tentu tahun 2014 dulu beliau yang maju, bukan Pak Jokowi,” kata alumnus Universitas Stanford dan Universitas Cornell, Amerika itu.
Adapun alasan penyebutan Sri Mulyani, karena ada kemungkinan calon presiden mendatang adalah seorang teknokrat yang ingin memulihkan ekonomi. Maka itu, Sri Mulyani menjadi sosok yang pas untuk mendampinginya.
Sementara itu, Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Jakarta Hendri Satrio mengatakan meskipun muncul beberapa nama tokoh perempuan yang berpotensi maju sebagai capres, namun sesungguhnya elektabilas tokoh perempuan masih jauh di bawah para capres laki-laki. Dia tak menampik elektabilitas capres perempuan dapat menyaingi capres laki-laki.
”Misalnya Puan Maharani. Jika PDIP yakin menang, maka mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menaikkan elektabilitasnya,” kata Hendri Satrio dihubungi terpisah.
Diketahui, sembilan nama tokoh perempuan yang layak maju sebagai capres 2024 dalam survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) adalah Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menempati urutan teratas dengan elektabilitas 24,21 persen.
Menyusul Menteri Sosial Tri Rismaharini 17,66 persen, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa 11,07 persen. Selanjutnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani 10 persen, Puan Maharani 4,01 persen, tokoh perempuan Yenny Wahid 3,14 persen, Megawati Soekarnoputri 2,79 persen, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah 1,32 persen, dan istri Presiden Joko Widodo Iriana 1,07 persen.
Survei ARSC itu melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. 60 persen responden berusia muda di bawah 30 tahun dan usia minimal 17 tahun, menggunakan metode multistage random sampling dan dilakukan melalui sambungan telepon. Adapun margin error plus minus 2,9 persen.
(rca)