Berjuluk Hantu Laut, Ini Sejarah Lahirnya Korps Marinir TNI AL

Senin, 15 November 2021 - 17:40 WIB
loading...
Berjuluk Hantu Laut, Ini Sejarah Lahirnya Korps Marinir TNI AL
Prajurit Korps Komando Angkatan Laut (KKO) kini bernama Korps Marinir. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sejarah lahirnya Korps Marinir TNI AL yang hari ini merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 76 berawal pada 15 November 1945. Di sebuah kota kecil, Tegal, Jawa Tengah sejumlah tokoh dan pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di Koninklijke Marine yakni, Angkatan Laut Kerajaan Belanda dan Kaigun pada masa pendudukan Jepang seperti R.E. Martadinata, Mas Pardi, dan M. Nazir, ikut membidani lahirnya BKR laut yang kini menjadi TNI Angkatan Laut (AL).

Dikutip dari marinir.tnial.mil.id disebutkan, usai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 maka terbentuklah badan-badan perjuangan di seluruh pelosok Indonesia yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan. Di bidang kelautan, para pejuang laut yang terdiri dari para pemuda pelayaran, nelayan, bekas K.M, Kaigun, Heiho membentuk satuan-satuan di pangkalan seluruh Indonesia seperti Marine Keamanan Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat, Corps Marinier, Pasukan Laut dan Korps Keamanan Pantai.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: A/565/1948 pada 9 Oktober 1948 maka ditetapkan adanya Korps Komando di dalam Angkatan Laut sehingga seluruh satuan kelautan tersebut dilebur menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dengan Komandan yang pertama Mayor Agoes Soebekti. Khusus Corps Mariners (CM) di Pangkalan IV Tegal, karena letaknya yang cukup strategis maka diperkuat oleh tujuh batalyon. Persenjataan dan perlengkapan yang semula bervariasi disempurnakan dengan senjata jenis Johnson dari FN (Belgia).



Pada 1955-1959 KKO-AL mengalami perubahan dalam bidang organisasi. Pembinaan personel dan material pada periode ini juga mengalami kemajuan-kemajuan di antaranya melalui bidang pendidikan. Pada 1975 terjadi perubahan besar di mana nama KKO AL yang telah digunakan sejak 1950 dikembalikan lagi menjadi Korps Marinir sesuai dengan sejarah lahirnya Korps sejak 1945. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 14 Nopember 1975.

Berjuluk Hantu Laut, Ini Sejarah Lahirnya Korps Marinir TNI AL


Pada 1984 Korps Marinir kembali mengadakan reorganisasi kekuatan. Kekuatan yang dimiliki saat itu adalah 2 Brigade Infanteri Korps Marinir, 1 Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir, 1 Resimen Bantuan Administrasi Korps Marinir, 1 Komando Latihan Korps Marinir dan 2 Pangkalan Korps Marinir di Jakarta dan Surabaya. Sebelum Reformasi, kekuatan tersebut ditambah dengan masuknya satuan Detasemen Jala Mangkara dan Rumah Sakit TNI AL Marinir Cilandak sebagai Komando Pelaksana Korps Marinir

Seiring perjalanan waktu dan dinamika ancaman, untuk meningkatkan pembinaan dan standardisasi kemampuan tempur pasukan Marinir, Kepala Staf TNI AL mengeluarkan keputusan Nomor. Kep/08/III/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang likuidasi Brigif-1 Marinir, Brigif-2 Marinir, Menbanpurmar dan Menbanminmar. Korps Marinir selanjutnya membentuk Pasukan Marinir-1 (Pasmar-1) dan Brigade Marinir Berdiri Sendiri (Brigmar BS).



Dengan demikian, Satuan-Satuan Komando Pelaksana Korps Marinir terdiri dari Pasukan Marinir-1 di Surabaya, Lanmar Surabaya, Kolatmar di Surabaya, Brigmar BS di Jakarta, Denjaka di Jakarta, Lanmar Jakarta dan Rumkitalmar Cilandak di Jakarta. Kekuatan Pasmar-1 terdiri dari Brigade Infanteri Marinir, Resimen Kavaleri Marinir, Resimen Artileri Marinir, Resimen Bantuan Tempur Marinir, Batalyon Intai Amfibi serta 4 Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan. Sedangkan Kekuatan Brigade Marinir BS terdiri dari 3 Batalyon Infanteri Marinir, Detasemen Bantuan Tempur, Detasemen Kavaleri, Detasemen Artileri, Detasemen Intai Amfibi dan 2 Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan.

Berjuluk Hantu Laut, Ini Sejarah Lahirnya Korps Marinir TNI AL


Pada 2004 terjadi lagi reorganisasi kekuatan di tubuh Korps Marinir dengan terbentuknya Pasmar-2 hasil likuidasi Brigmar BS. Kekuatan Korps Marinir saat itu adalah Pasmar-1 kemudian, Pasmar-2. Selanjutnya terdapat Brigif-3 Marinir yang membawahi Yonif-7, 8 dan 9 Marinir. Komando Pelaksana lain berupa 2 Lanmar Jakarta dan Surabaya, Kolatmar, Denjaka dan Rukitalmar Cilandak.



Seiring dengan validasi organisasi TNI AL menjadi Komando Armada RI dengan membawahi 3 Komando Wilayah Laut, maka organisasi Korps Marinir pun akan mengalami validasi dengan adanya pengembangan kekuatan menjadi 3 Pasmar.

Makna Warna Ungu Baret Marinir

Sebagai pasukan pendarat, Marinir memiliki ciri khusus yakni Baret Ungu. Warna ungu menjadi warna keramat. Di kutip dari “Ensiklopedia Korps Marinir”, alasan pertama warna ungu yang ditetapkan sebagai warna baret Korps Marinir ini adalah, dalam mitologi Jawa warna ungu menjadi warna selendang Nyi Roro Kidul yang juga menjadi penguasa samudera di Indonesia. Selendang berwarna ungu milik Nyi Roro Kidul itu dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.

Alasan lainnya baret berwarna ungu pada Korps Marinir ini adalah warna Bunga Bougenville yang juga berwarna ungu. Jenis bunga itu merupakan bunga yang telah gugur sebelum layu. Yang merupakan lambang dari sebuah pengabdian seorang prajurit Korps Marinir. Khususnya dalam memelihara serta mempertahankan keutuhan negara.

Berjuluk Hantu Laut, Ini Sejarah Lahirnya Korps Marinir TNI AL


Menurut sejarahnya, warna ungu pada baret tersebut juga dikenakan untuk pertama kalinya oleh Korps Marinir saat masih bernama KKO AL. Saat itu masih berupa pita sebagai kode pengaman yang digunakan pada 1958 silam. Ketika itu, pasukan Korps Marinir terlibat di dalam operasi 17 Agustus. Suatu aksi militer dalam memberantas, menumpas pembangkangan yang dilakukan oleh PRRI di Sumatera Barat. Akhirnya, Korps Marinir pun menetapkan warna ungu pada baretnya pada 1961. Tepat saat Batalyon I KKO AL terlibat dalam operasi di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.

Tidak mudah untuk bisa mendapatkan Baret Ungu. Seorang prajurit Marinir harus menjalani sejumlah tahapan di antaranya, mengikuti Pendidikan Komando (Dikko) yang cukup berat selama kurang lebih 77 hari. Di awali dengan tahap dasar komando, tahap laut, tahap hutan, tahap Gerilya Lawan Gerilya (GLG) dan ditutup dengan Lintas Medan (Limed) Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 300 kilometer.

Selain Baret Ungu, prajurit petarung Marinir juga akan mendapatkan Pisau Komando. Pisau tersebut tidak pernah lepas dari lubang kopelrim prajurit di sisi sebelah kiri saat menggunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) adalah Pisau Komando. Pisau dengan kekhasan bertuliskan “Marinir”, ini terbuat dari baja, berbentuk pipih runcing dengan satu sisi tajam dan sisi atas memiliki gerigi ini bukanlah sekedar pakem kelengkapan yang bertujuan untuk menambah nilai estetika uniform prajurit, apalagi sekedar “gagah-gagahan”.

Bentuk pisau Komando Marinir cukup modern menyesuaikan kebutuhan di lapangan. Apabila sebelumnya pisau Komando Marinir cukup sederhana dengan bahan pendukung bagian pisau dari bahan baja dan gagang pisau dari kayu, saat ini bentuknya lebih menarik dengan tambahan sisi bergerigi tajam yang multi fungsi dalam penggunaannya di lapangan. Berat dan bentuknya juga disesuaikan dengan kebutuhan prajurit Marinir.

Dalam tren penggunaannya, pisau Komando Marinir yang digunakan sejak pasukan ini bernama Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dirancang sebagai pisau tempur untuk mendukung pertempuran jarak dekat para prajurit. Selama penugasan operasi, pisau Komando ini menjadi bagian terpenting prajurit KKO AL/ Marinir di saat menghadapi situasi dan kondisi yang sulit di medan pertempuran, situasi sulit di kala prajurit harus survive di hutan belantara, rawa-rawa atau daerah terisolir serta situasi penyelesaian sasaran musuh dengan penggunaan kekuatan diam-diam dan senyap.

Bagaimana pisau ini digunakan? Sebagai pisau tempur, ujung pisau Komando ini dapat digunakan dengan cara ditusukkan, bagian ujung tajam pisau untuk mengiris dan memotong, bagian bergerigi untuk memotong benda keras seperti logam, besi dan sebagainya termasuk bagian gagang pisau untuk melumpuhkan lawan. Khusus dalam operasi senyap, pisau ini digunakan dengan cara dilempar sehingga dapat melumpuhkan musuh dalam jarak yang cukup jauh. Khusus yang terakhir ini, merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki prajurit Korps Marinir.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1268 seconds (0.1#10.140)