Mundurnya Belva Devara karena Besarnya Tekanan Publik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mundurnya Adamas Belva Syah Devara dari staf khusus (stafsus) 'milenial' Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai tidak lepas dari tekanan publik yang besar. Pembelaannya melalui media sosial tidak berarti apa-apa.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat mengatakan, ini era baru yang disebut the power of socmed. Pernyataan Belva untuk meredam tekanan dan dugaan konflik kepentingan antara dirinya dan Ruangguru tetap tak bisa membuatnya bertahan di lingkaran Istana.
Belva disorot setelah Ruangguru ditunjuk sebagai mitra penyedia jasa pelatihan daring dalam program Kartu Prakerja. "Tapi tekanan publik lebih kuat, yang membuat akhirnya Belva lebih memilih sebagai entrepreneur dan CEO Ruangguru,” terangnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (22/4/2020).
Masyarakat, menurut Cecep, melihat kasus Belva ini syarat konflik kepentingan yakni ada perusahaan Belva yang mengggarap proyek negara. "Kita tidak bisa menafikan konflik kepentingan antara Belva sebagai stafsus dan CEO Ruangguru dan Skill Academy," tuturnya. ( ).
Menurut dia, Belva seharusnya bisa membedakan dan memberi batasan antara dirinya sebagai stafsus dan pengusaha. Cecep menilai Belva juga masih minim pengalaman dalam birokrasi dan politik praktis. "Banyak kepentingan ketika Jokowi memilih stafsus milenial. Ini dalam rangka akomodasi dan meraih basis dukungan," ujarnya.
Dalam beberapa pekan ini, stafsus 'milenial' Jokowi banyak berbuat ulah. Andi Taufan Garuda Putra sempat membuat geger dengan membuat surat permohonan berkop Sekretariat Kabinet. Surat itu meminta seluruh camat untuk melibatkan PT Amartha Mikro Fintek dalam proses pendataan kebutuhan dan edukasi alat pelindung diri (APD).
Cecep menilai, apabila tekanan publik semakin membesar, sangat mungkin Taufan keluar juga dari Istana. “Ketika dia masuk ke rumah kekuasaan, dia awalnya (melakukan itu) enggak masalah. Lama kelamaan power tend to corrupt, absolute power corrupts absolutely," pungkasnya.
Lihat Juga: Prabowo Subianto Akan Melantik 7 Utusan Khusus Presiden, Termasuk Raffi Ahmad dan Gus Miftah
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat mengatakan, ini era baru yang disebut the power of socmed. Pernyataan Belva untuk meredam tekanan dan dugaan konflik kepentingan antara dirinya dan Ruangguru tetap tak bisa membuatnya bertahan di lingkaran Istana.
Belva disorot setelah Ruangguru ditunjuk sebagai mitra penyedia jasa pelatihan daring dalam program Kartu Prakerja. "Tapi tekanan publik lebih kuat, yang membuat akhirnya Belva lebih memilih sebagai entrepreneur dan CEO Ruangguru,” terangnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (22/4/2020).
Masyarakat, menurut Cecep, melihat kasus Belva ini syarat konflik kepentingan yakni ada perusahaan Belva yang mengggarap proyek negara. "Kita tidak bisa menafikan konflik kepentingan antara Belva sebagai stafsus dan CEO Ruangguru dan Skill Academy," tuturnya. ( ).
Menurut dia, Belva seharusnya bisa membedakan dan memberi batasan antara dirinya sebagai stafsus dan pengusaha. Cecep menilai Belva juga masih minim pengalaman dalam birokrasi dan politik praktis. "Banyak kepentingan ketika Jokowi memilih stafsus milenial. Ini dalam rangka akomodasi dan meraih basis dukungan," ujarnya.
Dalam beberapa pekan ini, stafsus 'milenial' Jokowi banyak berbuat ulah. Andi Taufan Garuda Putra sempat membuat geger dengan membuat surat permohonan berkop Sekretariat Kabinet. Surat itu meminta seluruh camat untuk melibatkan PT Amartha Mikro Fintek dalam proses pendataan kebutuhan dan edukasi alat pelindung diri (APD).
Cecep menilai, apabila tekanan publik semakin membesar, sangat mungkin Taufan keluar juga dari Istana. “Ketika dia masuk ke rumah kekuasaan, dia awalnya (melakukan itu) enggak masalah. Lama kelamaan power tend to corrupt, absolute power corrupts absolutely," pungkasnya.
Lihat Juga: Prabowo Subianto Akan Melantik 7 Utusan Khusus Presiden, Termasuk Raffi Ahmad dan Gus Miftah
(zik)