Guru Besar UI Ungkap Pentingnya Menjaga Kecukupan Hidrasi bagi Ibu Hamil dan Menyusui
loading...
A
A
A
JAKARTA - Air memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh, termasuk bagi ibu di masa kehamilan dan menyusui. Namun faktanya, 2 dari 5 ibu hamil dan 1 dari 2 ibu menyusui di Indonesia tercatat belum tercukupi kebutuhan minum hariannya.
Data ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidrasi atau air minum bagi ibu di masa kehamilan dan menyusui masih seringkali terlupakan. Padahal di masa tersebut justru kebutuhan cairan bagi ibu akan semakin meningkat untuk menunjang masa kehamilan yang sehat serta kualitas dan kuantitas ASI.
"Menjaga kecukupan hidrasi selama kehamilan dan menyusui merupakan hal yang sangat penting. Pada masa kehamilan, kandungan air pada ibu hamil akan meningkat dari 6L menjadi 8L. Selain itu, volume darah akan meningkat sekitar 40-50%, serta dibutuhkan 500-1.500 ml cairan untuk pembentukan air ketuban serta sekitar 500 ml cairan untuk mendukung fungsi placenta. Sementara itu, pada masa menyusui, 87-90% ASI terdiri dari air, jadi kecukupan hidrasi akan sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitasnya dan secara langsung akan berdampak pada status hidrasi bayi," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Budi Wiweko pada konferensi daring Obstetri dan Ginekologi yang diselenggarakan oleh Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Minggu (19/9/2021).
Baca juga: Ini Tiga Penyebab Utama Kematian pada Ibu Hamil
Menurutnya, ibu hamil dan menyusui yang kurang konsumsi air dan mengalami dehidrasi akan menunjukkan gejala seperti sakit kepala, sembelit, sulit konsentrasi, mudah mengantuk, lemas, mulut kering, dan produksi ASI akan berkurang. Minum lebih banyak air akan dapat mengurangi keluhan mual dan muntah, konstipasi, infeksi saluran kemih, serta risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung dan penyakit ginjal selama masa kehamilan. Tidak kalah pentingnya, konsumsi air yang cukup juga akan berpengaruh pada kondisi janin. Kondisi hidrasi ibu yang baik akan mendukung proses sirkulasi janin dan membantu proses produksi cairan ketuban.
"Cairan ketuban yang cukup akan mengurangi potensi bayi lahir prematur, cacat bawaan, dan bayi lahir dengan berat badan rendah," kata Budi Wiweko.
Ahli Obstetri dan Ginekologi FK UI dan RSCM Jakarta, Prof Budi Imam Santoso menjelaskan bahwa status kecukupan hidrasi juga akan mencegah terjadinya oligohidramnion yang merupakan kondisi berkurangnya cairan amnion atau ketuban pada masa kehamilan. Pada kondisi oligohidramnion, secara kuantitatif, volume cairan amnion atau cairan ketuban yang dimiliki oleh ibu tersebut kurang dari 500 ml atau memiliki angka ICA (Indeks Cairan Amnion) kurang dari 5 cm. Secara umum, prevalensi oligohidramnion pada ibu hamil berada di angka 3-5% dan umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Baca juga: Bahayakan Ibu Hamil dan Bayi, Komnas PA dan YLKI Dukung Pelabelan Kemasan Plastik Mengandung BPA
"Oligohidramnion dapat disebabkan oleh berbagai etiologi. Minum cukup air dengan jumlah yang direkomendasikan yaitu Antara 1.500-2.500 ml dapat membantu memperbaiki ICA pada kondisi oligohydramnion," katanya.
Moderator, M Alamsyah Aziz juga mengingatkan kembali bahwa saat kehamilan sangat perlu memperhatikan jumlah air minum serta kualitasnya untuk mendukung kehamilan yang sehat. "Berdasarkan Permenkes RI nomor 28 tahun 2019, dan juga atas rekomendasi POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) dianjurkan bagi ibu hamil mengonsumsi 8-10 gelas perhari dan 10-12 gelas perhari bagi ibu menyusui," katanya.
Nutrition & Science Director Danone-AQUA, Tria Rosemiarti turut menjelaskan, untuk menjaga kecukupan hidrasi dan memastikan kuantitas asupan air harian, maka perlu selalu menyediakan air di setiap aktivitas, baik di rumah, lokasi kerja, atau pun di perjalanan. Selain itu, perlu membiasakan minum setidaknya satu gelas air setelah bangun dan sebelum tidur serta saat saat tubuh membutuhkan air untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
"Penting juga memperhatikan kualitas air yang dikonsumsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 492/2010, air minum yang baik memiliki kriteria tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung zat-zat berbahaya. Hal yang perlu diingat juga kita harus memastikan sumber airnya berkualitas dan terlindungi. Untuk mencukupi kebutuhan hidrasi, ibu hamil dapat mengonsumsi AQUA, karena berdasarkan hasil uji coba, 9 dari 10 Ibu hamil setuju bahwa minum AQUA tidak membuat mereka mual atau eneg," katanya.
Data ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidrasi atau air minum bagi ibu di masa kehamilan dan menyusui masih seringkali terlupakan. Padahal di masa tersebut justru kebutuhan cairan bagi ibu akan semakin meningkat untuk menunjang masa kehamilan yang sehat serta kualitas dan kuantitas ASI.
"Menjaga kecukupan hidrasi selama kehamilan dan menyusui merupakan hal yang sangat penting. Pada masa kehamilan, kandungan air pada ibu hamil akan meningkat dari 6L menjadi 8L. Selain itu, volume darah akan meningkat sekitar 40-50%, serta dibutuhkan 500-1.500 ml cairan untuk pembentukan air ketuban serta sekitar 500 ml cairan untuk mendukung fungsi placenta. Sementara itu, pada masa menyusui, 87-90% ASI terdiri dari air, jadi kecukupan hidrasi akan sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitasnya dan secara langsung akan berdampak pada status hidrasi bayi," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Budi Wiweko pada konferensi daring Obstetri dan Ginekologi yang diselenggarakan oleh Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Minggu (19/9/2021).
Baca juga: Ini Tiga Penyebab Utama Kematian pada Ibu Hamil
Menurutnya, ibu hamil dan menyusui yang kurang konsumsi air dan mengalami dehidrasi akan menunjukkan gejala seperti sakit kepala, sembelit, sulit konsentrasi, mudah mengantuk, lemas, mulut kering, dan produksi ASI akan berkurang. Minum lebih banyak air akan dapat mengurangi keluhan mual dan muntah, konstipasi, infeksi saluran kemih, serta risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung dan penyakit ginjal selama masa kehamilan. Tidak kalah pentingnya, konsumsi air yang cukup juga akan berpengaruh pada kondisi janin. Kondisi hidrasi ibu yang baik akan mendukung proses sirkulasi janin dan membantu proses produksi cairan ketuban.
"Cairan ketuban yang cukup akan mengurangi potensi bayi lahir prematur, cacat bawaan, dan bayi lahir dengan berat badan rendah," kata Budi Wiweko.
Ahli Obstetri dan Ginekologi FK UI dan RSCM Jakarta, Prof Budi Imam Santoso menjelaskan bahwa status kecukupan hidrasi juga akan mencegah terjadinya oligohidramnion yang merupakan kondisi berkurangnya cairan amnion atau ketuban pada masa kehamilan. Pada kondisi oligohidramnion, secara kuantitatif, volume cairan amnion atau cairan ketuban yang dimiliki oleh ibu tersebut kurang dari 500 ml atau memiliki angka ICA (Indeks Cairan Amnion) kurang dari 5 cm. Secara umum, prevalensi oligohidramnion pada ibu hamil berada di angka 3-5% dan umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Baca juga: Bahayakan Ibu Hamil dan Bayi, Komnas PA dan YLKI Dukung Pelabelan Kemasan Plastik Mengandung BPA
"Oligohidramnion dapat disebabkan oleh berbagai etiologi. Minum cukup air dengan jumlah yang direkomendasikan yaitu Antara 1.500-2.500 ml dapat membantu memperbaiki ICA pada kondisi oligohydramnion," katanya.
Moderator, M Alamsyah Aziz juga mengingatkan kembali bahwa saat kehamilan sangat perlu memperhatikan jumlah air minum serta kualitasnya untuk mendukung kehamilan yang sehat. "Berdasarkan Permenkes RI nomor 28 tahun 2019, dan juga atas rekomendasi POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) dianjurkan bagi ibu hamil mengonsumsi 8-10 gelas perhari dan 10-12 gelas perhari bagi ibu menyusui," katanya.
Nutrition & Science Director Danone-AQUA, Tria Rosemiarti turut menjelaskan, untuk menjaga kecukupan hidrasi dan memastikan kuantitas asupan air harian, maka perlu selalu menyediakan air di setiap aktivitas, baik di rumah, lokasi kerja, atau pun di perjalanan. Selain itu, perlu membiasakan minum setidaknya satu gelas air setelah bangun dan sebelum tidur serta saat saat tubuh membutuhkan air untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
"Penting juga memperhatikan kualitas air yang dikonsumsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 492/2010, air minum yang baik memiliki kriteria tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung zat-zat berbahaya. Hal yang perlu diingat juga kita harus memastikan sumber airnya berkualitas dan terlindungi. Untuk mencukupi kebutuhan hidrasi, ibu hamil dapat mengonsumsi AQUA, karena berdasarkan hasil uji coba, 9 dari 10 Ibu hamil setuju bahwa minum AQUA tidak membuat mereka mual atau eneg," katanya.
(abd)