Soal Kelompok MIT, Ustaz Adnan Arsal Dukung Pemerintah untuk Diselesaikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Panglima Muslim saat terjadi konflik di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Ustaz Adnan Arsal angkat bicara, hingga akhirnya daerah tersebut menjadi sarang gerakan Mujahidin Indonesia Timur ( MIT ) yang dikepalai Santoso.
"Saya ultimatum saat itu, yang di Gunung Biru bukan kelompok saya. Yang kita mau, kita sama-sama di kota bersama dengan pemerintah gulirkan kebijakan-kebijakan pembangunan di Poso," kata Ustaz Adnan, di Pondok Pesantren Al Madinah, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (18/9/2021).
"Apakah itu Densus 88, TNI-Polri, kita serahkan pada pemerintah. Kami warga Poso meminta kelompok yang di Gunung Biru diselesaikan, tinggal enam orang saja," tambahnya.
Ustaz Adnan yang kini menjabat sebagai Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso mengatakan, konflik Poso sudah lama selesai, maka dari itu stigma negatif tentang Poso daerah konflik dan tidak aman, sudah tidak tepat disematkan ke Bumi Sintuwu Maroso.
Dia menyampaikan, saat ini seluruh warga Poso hidup dalam kedamaian, antar umat beragam di Poso saling bahu-membahu memajukan Poso agar pembangunan dan kesejahteraan Poso bisa meningkat.
Ia menceritakan, ketimbang berkonflik dengan negara, ia meminta kepada para mujahidin untuk berdamai dan bersama membangun Poso agar penduduknya dapat hidup damai dan sejahtera.
Lewat pendidikan agar anak-anak bangsa di Poso mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan kesempatan untuk bersama-sama memajukan Poso.
"Tidak perlu naik gunung, kita sama-sama membangun Poso, kita lihat masa depan," ujarnya saat menceritakan pengalamannya berdialog dengan para mujahidin.
Sementara di acara yang sama, Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer menyampaikan, kini sudah kurang tepat KH Adnan Arsal menyandang gelar Panglima Muslim Poso, karena saat ini Poso sudah damai, tidak ada lagi konflik yang terjadi.
"Saat ini kita panggil saja Panglima Perdamaian Kiai Adnan Arsal, tokoh yang akan selalu menjaga perdamaian di Poso," ujar Wakil Bupati Dahlan.
Oleh karena itu, arah perjuangannya dimaksudkan untuk selalu menjaga kerukunan dan kedamaian di Poso. Menurut Dahlan, apa yang dilakukan Ustaz Adnan harus menjadi inspirasi seluruh warga Bima untuk selalu menjadi pihak yang mengedepankan perdamaian dan kerukunan ketimbang konflik.
Pasalnya, meski Bima relatif kondusif, bukan berarti potensi konflik tidak ada. Versi Dahlan, konflik hadir akibat kelalaian dan masalah sepele yang tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, Dahlan menilai, perlu semua pihak untuk menahan diri dan mengedepankan perdamaian agar tidak terjadi konflik di wilayah Bima.
"Kita harus mencontoh teladan Kiai Adnan Arsal dalam memperjuangkan perdamaian di Poso, terpenting tidak ada ruang untuk konflik di Bima," tegasnya.
"Saya ultimatum saat itu, yang di Gunung Biru bukan kelompok saya. Yang kita mau, kita sama-sama di kota bersama dengan pemerintah gulirkan kebijakan-kebijakan pembangunan di Poso," kata Ustaz Adnan, di Pondok Pesantren Al Madinah, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (18/9/2021).
"Apakah itu Densus 88, TNI-Polri, kita serahkan pada pemerintah. Kami warga Poso meminta kelompok yang di Gunung Biru diselesaikan, tinggal enam orang saja," tambahnya.
Ustaz Adnan yang kini menjabat sebagai Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso mengatakan, konflik Poso sudah lama selesai, maka dari itu stigma negatif tentang Poso daerah konflik dan tidak aman, sudah tidak tepat disematkan ke Bumi Sintuwu Maroso.
Dia menyampaikan, saat ini seluruh warga Poso hidup dalam kedamaian, antar umat beragam di Poso saling bahu-membahu memajukan Poso agar pembangunan dan kesejahteraan Poso bisa meningkat.
Ia menceritakan, ketimbang berkonflik dengan negara, ia meminta kepada para mujahidin untuk berdamai dan bersama membangun Poso agar penduduknya dapat hidup damai dan sejahtera.
Lewat pendidikan agar anak-anak bangsa di Poso mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan kesempatan untuk bersama-sama memajukan Poso.
"Tidak perlu naik gunung, kita sama-sama membangun Poso, kita lihat masa depan," ujarnya saat menceritakan pengalamannya berdialog dengan para mujahidin.
Sementara di acara yang sama, Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer menyampaikan, kini sudah kurang tepat KH Adnan Arsal menyandang gelar Panglima Muslim Poso, karena saat ini Poso sudah damai, tidak ada lagi konflik yang terjadi.
"Saat ini kita panggil saja Panglima Perdamaian Kiai Adnan Arsal, tokoh yang akan selalu menjaga perdamaian di Poso," ujar Wakil Bupati Dahlan.
Oleh karena itu, arah perjuangannya dimaksudkan untuk selalu menjaga kerukunan dan kedamaian di Poso. Menurut Dahlan, apa yang dilakukan Ustaz Adnan harus menjadi inspirasi seluruh warga Bima untuk selalu menjadi pihak yang mengedepankan perdamaian dan kerukunan ketimbang konflik.
Pasalnya, meski Bima relatif kondusif, bukan berarti potensi konflik tidak ada. Versi Dahlan, konflik hadir akibat kelalaian dan masalah sepele yang tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, Dahlan menilai, perlu semua pihak untuk menahan diri dan mengedepankan perdamaian agar tidak terjadi konflik di wilayah Bima.
"Kita harus mencontoh teladan Kiai Adnan Arsal dalam memperjuangkan perdamaian di Poso, terpenting tidak ada ruang untuk konflik di Bima," tegasnya.
(maf)