Petani Penyangga Tatanan Negeri

Minggu, 31 Mei 2020 - 11:08 WIB
loading...
Petani Penyangga Tatanan Negeri
Kepala Subbagian Analisis Data, Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian, Darmawan Setyobudi. Foto/SINDOnews
A A A
Darmawan Setyobudi
Kepala Subbagian Analisis Data, Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian

KUNCI sukses negara agraris adalah pemimpin bisa menyatu dan dekat dengan petani. Tanpa empati, kebijakan pertanian justru malah mematikan kehidupan petani. Kebijakan pemerintah tidak memusuhi dan menelantarkan nasib petani nasional. Saat ini, mayoritas petani nasional membutuhkan sentuhan dan perhatian lebih.

Apakah saat ini petani kurang mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah? Inilah tugas kita semua untuk mengelaborasi agar ada keperpihakan pemerintah dan stakeholder di bangsa ini untuk saling bersinergi mendukung petani.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa tugas negara adalah menyediakan pangan bagai rakyat dalam keadaan genting apapun. Sinergi antar pihak menjadi kunci penyediaan pangan secara mandiri atau berdaulat.

Di awal era kemerdekaan bangsa Indonesia pemerintah dan stakeholder mampu menggabungkan logika dengan olah rasa. Dengan begitu, bisa memposisikan diri bagaimana menjadi rakyat yang butuh makan, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk memenuhi tugas itu.

Logika petani amat sederhana, jadilah bagian dari mereka, berikan teladan sederhana, bangkitkan harapan untuk bisa menjadi pejuang kemandirian ekonomi bangsa sebagai basis kekuatan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, tumbuhkan keyakinan bahwa kita bisa sejahtera bersama.

Hanya berbagi dan mencoba untuk mengetuk hati dan rasa kita bersama, apakah kita sudah kehilangan empati kepada kalangan petani?. Jika kita gagal berempati dan merasakan kehidupan masyarakat petani maka kebijakan yang dihasilkan cenderung tidak pro-petani, bahkan malah mematikan nasib petani sendiri.

Pangan di Tengah Pandemi Covid 19
Ancaman krisis pangan terjadi di tengah pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan adanya karantina wilayah (lockdown) di sejumlah negara menyebabkan distribusi terhambat. Selain itu faktor cuaca mempengaruhi produksi di dalam negeri.

Akibatnya, sebanyak 195 juta orang terancam kehilangan pekerjaan, 420 sampai 580 juta peningkatan orang miskin, perdagangan dunia menurun pada kisaran 13 hingga 32%, pun sebanyak 40,1% perjalanan turis dunia menurun (sumber; world economic outlook IMF, April 2020).

Dampak besar dari semua itu adalah terjadinya resesi ekonomi global sudah di depan mata. Krisis akibat pandemi Covid-19 ini turut dirasakan Indonesia. Sejumlah lembaga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal merosot. Hal ini akan berimbas pada peningkatan jumlah orang miskin di tanah air. Perekonomian global pada tahun 2020 diprediksi tumbuh negative atau mengalami resesi -3%.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6446 seconds (0.1#10.140)