PAN Targetkan Raih 64 Kursi DPR, Pengamat: Kalau Basisnya Beberapa Survei, Berat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) menargetkan raih 64 kursi DPR RI pada Pemilu 2024. Pengamat politik menilai target ini berat jika basisnya adalah hasil sejumlah survei.
Juru Bicara PAN Viva Yoga Mauladi dalam rilisnya kemarin mengatakan, salah satu hasil Rakernas II PAN di Rumah PAN yakni target perolehan kursi PAN di Pemilu 2024 adalah 64 kursi DPR RI (11 persen) dari total kursi DPR RI.
"Kalau basisnya beberapa survei, maka itu target yang berat," kata pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Robi Nurhadi kepada SINDOnews, Rabu (1/9/2021).
Namun, kata Robi, memang parpol-parpol selalu membuat target minimal dua kali lipat dari potensi suara yang ada. Dengan demikian, hal itu menjadi daya dorong untuk menggerakkan mesin parpolnya
Robi menambahkan, PAN sepertinya mulai meniru gaya politik Partai Golkar yang mencoba bertahan dengan "menggantungkan tangan" kepada siapa pun penguasanya saat ini. "Karena mereka yakin bahwa menjadi bagian dari penguasa lebih memiliki pesona politik. Citra diri parpol memang penting, tetapi mereka cenderung menganggap penting kuasa. Citra diri parpol memang akhirnya tergadaikan," ujarnya.
Fenomena parpol seperti itu, lanjut Robi, memang lama-lama akan tumbang seiring dengan mengikisnya kuasa dan pengaruh, dan tercerdaskannya pemilih. "Basis pertahanan terakhir mereka adalah pemilih tradisional, yang bisa bermakna sebagai pemilih loyal atau pemilih yang transaksional," pungkasnya.
Juru Bicara PAN Viva Yoga Mauladi dalam rilisnya kemarin mengatakan, salah satu hasil Rakernas II PAN di Rumah PAN yakni target perolehan kursi PAN di Pemilu 2024 adalah 64 kursi DPR RI (11 persen) dari total kursi DPR RI.
"Kalau basisnya beberapa survei, maka itu target yang berat," kata pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Robi Nurhadi kepada SINDOnews, Rabu (1/9/2021).
Namun, kata Robi, memang parpol-parpol selalu membuat target minimal dua kali lipat dari potensi suara yang ada. Dengan demikian, hal itu menjadi daya dorong untuk menggerakkan mesin parpolnya
Robi menambahkan, PAN sepertinya mulai meniru gaya politik Partai Golkar yang mencoba bertahan dengan "menggantungkan tangan" kepada siapa pun penguasanya saat ini. "Karena mereka yakin bahwa menjadi bagian dari penguasa lebih memiliki pesona politik. Citra diri parpol memang penting, tetapi mereka cenderung menganggap penting kuasa. Citra diri parpol memang akhirnya tergadaikan," ujarnya.
Fenomena parpol seperti itu, lanjut Robi, memang lama-lama akan tumbang seiring dengan mengikisnya kuasa dan pengaruh, dan tercerdaskannya pemilih. "Basis pertahanan terakhir mereka adalah pemilih tradisional, yang bisa bermakna sebagai pemilih loyal atau pemilih yang transaksional," pungkasnya.
(zik)