Ray Rangkuti: PDIP Gelisah Ketidakpuasan Meluas, Ikat Gerindra Tetap Satu Gerbong

Rabu, 25 Agustus 2021 - 16:00 WIB
loading...
Ray Rangkuti: PDIP Gelisah Ketidakpuasan Meluas, Ikat Gerindra Tetap Satu Gerbong
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai PDIP sedang berusaha mengikat Gerindra tetap berada di gerbong yang sama seiring meluasnya ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai pertemuan PDIP dengan Partai Gerindra tak lepas dari kegelisahan banteng moncong putih atas ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.

"PDI Perjuangan mulai menangkap sinyal makin tingginya kegelisahan dan ketidakpuasan di tengah masyarakat atas kinerja pemerintah. Maraknya mural salah satu indikasi makin tingginya ketidakpuasan dan juga protes masyarakat. Tentu, jika tidak dikelola dapat menimbulkan ketidakstabilan politik," ucap Ray dalam keterangan tertulis, Rabu (25/8/2021).

Ray menilai tujuan pertemuan itu tidak lain untuk mengikat Gerindra untuk tetap satu 'gerbong' kabinet maupun diluar kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Mengikat Gerindra untuk tetap bersama-sama dalam kabinet dan nantinya di luar kabinet. Dalam kabinet, selain untuk memastikan pemerintah tetap dipertahankan, juga mengurangi dominasi 'anak emas' pak Jokowi: LBP. Sebab, peran LBP yang terlalu besar di dalam kabinet jelas menjadikan kader-kader terbaik PDIP dan Gerindra seperti kurang optimal. Tak satupun anggota kabinet dari partai ini yang dilibatkan di luar tugas pokok dan kewajiban masing-masing sebagai anggota kabinet tertentu," terang direktur eksekutif Lingkar Madani tersebut.

Baca juga: PDIP-Gerindra Bertemu dan Prabowo Dampingi Jokowi ke Kaltim, Ini Makna 2 Peristiwa Tersebut

Menurut Ray pertemuan tersebut juga bertujuan mendorong Puan Maharani untuk menjadi calon RI 2 mendampingi Prabowo Subianto.

"Merayu Gerindra untuk tetap dalam irama pencapresan 2024 yang akan datang. Tak dapat dipungkiri, posisi PDIP yang sepertinya telah kuat mendorong ibu Puan Maharani untuk maju sebagai cawapres bagi Prabowo makin bulat. Dan memang, inilah pilihan paling realistis dan pragmatis jika tetap dalam skenario ibu Puan menuju RI 2. Mengapa dirayu? Sebab posisi Gerinda bisa luwes. Mereka bisa dan dapat berkoalisi dengan siapa dan partai manapun. Tak terkecuali dengan PKS, PD dan lainnya. Semua ketegangan politik akan mencair jika partai-partai ini melihat masa depan cerah jika bersama Prabowo dan Gerindra. Sementara PDIP sulit berzizag sebab hanya satu pilihan: mendorong ibu Puan Maharani," ungkapnya.

Ray juga menyebut tidak menutup kemungkinan pertemuan tersebut membahas peluang Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo disandingkan saat kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

"Termasuk di dalam hitungan kemungkinan Prabowo dan Ganjar Pranowo dipasangkan di pilpres 2024 yang akan datang. Tentu bukan karena didorong oleh PDIP tapi kemungkinan didorong partai-partai lainnya. Tak menutup kemungkinan juga didorong oleh Pak Jokowi. Itu, jika pak Prabowo misalnya tidak dipasangan dengan pak Jokowi yang bisa jadi berkenan dicalonkan sebagai cawapres nya pak Prabowo. Prabowo - Ganjar jelas dapat menjadikan mendulang suara besar. Keduanya memiliki elektabilitas yang berimbang," tuturnya.



"Jika dipasangkan, jelas akan menjadi kekuatan yang sangat mampu bersaing dengan pasangan capres-cawapres manapun. Lalu siapa pendukungnya? Kalau lihat suara bisa kuat di pasangan ini, partai-partai lain bisa ketarik. PKB, PAN, PPP, Nasdem, bahkan Golkar bisa bergabung. Apalagi, misalnya, pasangan ini didukung oleh Pak Jokowi. Tentu magnet untuk menarik partai lain bergabung akan semakin besar," imbuhnya.

Lebih lanjut, Ray menambahkan skenario pemasangan Prabowo-Ganjar akan merugikan PDI Perjuangan. Maka konsolidasi dari jauh-jauh hari bertujuan untuk menguatkan komitmen Gerindra bekerjasama dengan PDI Perjuangan.

"Tapi, apakah Gerindra akan terus bersama dengan PDIP? Untuk memastikan pemerintah tidak mengalami gangguan stabilitas politik, Gerindra akan bersama dengan PDIP. Tetapi untuk capres dan cawapres? Tunggu dulu. Masih ada 2 tahun lagi ke depan. Dan dalam 2 tahun segala hal bisa berubah secara politik," pungkasnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1818 seconds (0.1#10.140)