TNI AU Ungkap Tantangan saat Misi Evakuasi WNI dari Afghanistan
loading...
A
A
A
JAKARTA - TNI Angkatan Udara (AU) berhasil menyelesaikan pelaksanaan misi penerbangan yang diemban oleh 12 awak pesawat Skadron Udara 17 dalam rangka melaksanakan tugas negara mengevakuasi 26 WNI dan 7 warga non WNI dari Kabul, Afghanistan , Jumat (20/8/2021). Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi selama misi itu berlangsung.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Indang Gilang Buldansyah menjelaskan, tantangan pertama yaitu jauhnya jarak yang ditempuh dan waktu yang dibutuhkan cukup panjang.
"Antara Jakarta dan penjemputan cukup jauh, kurang lebih jaraknya 4.100 nautical miles dan waktu tempuh penerbangan dengan boeing kurang lebih 12 jam airtime. Belum lagi waktu untuk melaksanakan review di beberapa tempat," kata Indan kepada wartawan, Minggu (22/8/2021).
Baca juga: Tolak Pengungsi, Putin: Kami Tak Ingin Militan Afghanistan di Rusia
Tantangan selanjutnya, kata Indan, situasi dan kondisi di Afghanistan yang tidak menentu. Dipilihnya unit Boeing 737-400 lantaran pesawat tersebut memiliki kecepatan dan kemampuan yang memadai.
"Situasi di tempat penjemputan yang tidak menentu itu adalah tantangan ya. Namun demikian sudah direncanakan dengan detail dan diputuskanlah pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-400, sehingga proses evakuasi dapat dilaksanakan," paparnya.
Lebih jauh dia mengatakan, koordinasi misi penjemputan harus dilakukan dengan beberapa pihak karena melewati jalur udara banyak negara. Kemudian, pihak TNI AU juga harus berkoordinasi dengan The North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang merupakan pemegang otoritas udara Afghanistan.
Baca juga: Yunani Pagari Perbatasan dengan Turki, Cegah ’Banjir’ Migran dari Afghanistan
"Kita itu melintas beberapa negara, perlu koordinasi untuk meminta izin lintas mendarat di beberapa tempat. Di Afghanistan sendiri ruang udara itu otoritas di negara-negara NATO, termasuk izin mendarat di Bandara Hamid Karza itu juga di NATO. Sehingga kita juga harus koordinasi ke otoritas penerbangan di wilayah udara Afghanistan," katanya.
Tak hanya tantangan itu yang dihadapi prajurit TNI AU, setibanya di Bandara Kabul, Afghanistan, alat pemandu pendaratan di bandara tak dapat beroperasi dengan baik. Menurutnya, lampu pendaratan pun diketahui tidak berfungsi. "Namun saya kira dengan keterampilan kegiatan pendaratan bisa berjalan dengan aman ya," katanya.
Dia menyebut, rencana evakuasi mundur dari waktu yang sudah ditentukan yakni selama 2 jam lantaran permasalahan administrasi. Menurutnya, sesuai dengan rencana, proses evakuasi ditargetkan selesai dalam waktu 30 menit saja.
"Ini bisa diatasi, dan tetep berlangsung dengan aman. Sehingga pesawat bisa kembali ke islamabad dengan selamat, kemudian bisa kembali ke Jakarta," katanya.
Lihat Juga: 12 Daftar Perwira Tinggi TNI AU yang Dimutasi Panglima Agus Subiyanto di Pengujung Oktober
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Indang Gilang Buldansyah menjelaskan, tantangan pertama yaitu jauhnya jarak yang ditempuh dan waktu yang dibutuhkan cukup panjang.
"Antara Jakarta dan penjemputan cukup jauh, kurang lebih jaraknya 4.100 nautical miles dan waktu tempuh penerbangan dengan boeing kurang lebih 12 jam airtime. Belum lagi waktu untuk melaksanakan review di beberapa tempat," kata Indan kepada wartawan, Minggu (22/8/2021).
Baca juga: Tolak Pengungsi, Putin: Kami Tak Ingin Militan Afghanistan di Rusia
Tantangan selanjutnya, kata Indan, situasi dan kondisi di Afghanistan yang tidak menentu. Dipilihnya unit Boeing 737-400 lantaran pesawat tersebut memiliki kecepatan dan kemampuan yang memadai.
"Situasi di tempat penjemputan yang tidak menentu itu adalah tantangan ya. Namun demikian sudah direncanakan dengan detail dan diputuskanlah pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-400, sehingga proses evakuasi dapat dilaksanakan," paparnya.
Lebih jauh dia mengatakan, koordinasi misi penjemputan harus dilakukan dengan beberapa pihak karena melewati jalur udara banyak negara. Kemudian, pihak TNI AU juga harus berkoordinasi dengan The North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang merupakan pemegang otoritas udara Afghanistan.
Baca juga: Yunani Pagari Perbatasan dengan Turki, Cegah ’Banjir’ Migran dari Afghanistan
"Kita itu melintas beberapa negara, perlu koordinasi untuk meminta izin lintas mendarat di beberapa tempat. Di Afghanistan sendiri ruang udara itu otoritas di negara-negara NATO, termasuk izin mendarat di Bandara Hamid Karza itu juga di NATO. Sehingga kita juga harus koordinasi ke otoritas penerbangan di wilayah udara Afghanistan," katanya.
Tak hanya tantangan itu yang dihadapi prajurit TNI AU, setibanya di Bandara Kabul, Afghanistan, alat pemandu pendaratan di bandara tak dapat beroperasi dengan baik. Menurutnya, lampu pendaratan pun diketahui tidak berfungsi. "Namun saya kira dengan keterampilan kegiatan pendaratan bisa berjalan dengan aman ya," katanya.
Dia menyebut, rencana evakuasi mundur dari waktu yang sudah ditentukan yakni selama 2 jam lantaran permasalahan administrasi. Menurutnya, sesuai dengan rencana, proses evakuasi ditargetkan selesai dalam waktu 30 menit saja.
"Ini bisa diatasi, dan tetep berlangsung dengan aman. Sehingga pesawat bisa kembali ke islamabad dengan selamat, kemudian bisa kembali ke Jakarta," katanya.
Lihat Juga: 12 Daftar Perwira Tinggi TNI AU yang Dimutasi Panglima Agus Subiyanto di Pengujung Oktober
(abd)