Kemkominfo Ajak Anak Muda Konsumsi Gizi Seimbang dan Sadar Kebersihan
loading...
A
A
A
MANOKWARI - Indonesia masih terus berusaha menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024 sesuai dengan target Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan generasi sehat dan sumber daya manusia yang unggul, berintegritas, dan berdaya saing.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong, pada kegiatan Kepoin GenBest dengan tema “Anak Muda Kece Badai: Konsumsi Gizi Seimbang, Sadar Kebersihan,” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Kamis (19/8).
Usman mengatakan, keseriusan pemerintah dalam mengatasi stunting dilakukan dengan penganggaran kesehatan yang direncanakan 9,4 persen dari belanja negara. “Anggaran ini akan diserahkan salah satunya untuk percepatan penurunan stunting yang dilakukan melalui perluasan cakupan seluruh kabupaten/ kota di Indonesia,” ujarnya.
Ia menambahkan, percepatan penurunan prevalensi stunting ini juga didukung dengan penguatan sinergi berbagai institusi. Saat ini angka prevalensi stunting di Indonesia masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (BKD) WHO, yaitu 20 persen.
Menurutnya, untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah, dibutuhkan kerjasama tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat, khususnya generasi muda sebagai calon orang tua di masa depan. Kesehatan dan gizi remaja sangat penting untuk diperhatikan, karena berpengaruh tidak hanya untuk diri remaja tetapi juga untuk membebaskan anak-anak mereka dari stunting di masa depan.
Senada dengan pernyataan Usman, Tim Komunikasi Informasi dan Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eka Sulistia Ediningsih mengatakan, remaja memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan stunting dengan menyebarkan informasi pencegahan stunting.
“Untuk menjaga anak-anak Indonesia agar tidak stunting, intervensinya harus dimulai dari remaja, kemudian ibu hamil, dan ibu yang mempunyai bayi di bawah dua tahun,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia pun menyarankan kepada remaja untuk mulai menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak melakukan diet keliru, serta menjaga kebersihan diri.
Terkait dengan gizi, dr. Mario Johan Heryputra mengatakan, makanan yang memiliki gizi baik untuk mencegah stunting sejak dini adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, sayur, serta buah yang seimbang.
“Makanan yang bergizi baik untuk remaja harus tinggi kalori karena remaja punya aktivitas yang padat sehingga butuh banyak energi. Makanan untuk remaja harus tinggi protein dan lemak untuk memperkuat otot, mengandung serat, dan mengandung mikronutrien lain seperti zat besi dan kalsium,” ujarnya.
Kebersihan juga menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam upaya mencegah stunting. Menurut Mario ada tiga korelasi antara kebersihan dan stunting, yaitu diare, penyakit cacingan, serta gangguan pencernaan. Ketiga hal ini menjadi faktor penyebab kurang optimalnya penyerapan nutrisi di dalam tubuh, dan jika terjadi dalam jangka panjang bisa menyebabkan stunting.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong, pada kegiatan Kepoin GenBest dengan tema “Anak Muda Kece Badai: Konsumsi Gizi Seimbang, Sadar Kebersihan,” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Kamis (19/8).
Usman mengatakan, keseriusan pemerintah dalam mengatasi stunting dilakukan dengan penganggaran kesehatan yang direncanakan 9,4 persen dari belanja negara. “Anggaran ini akan diserahkan salah satunya untuk percepatan penurunan stunting yang dilakukan melalui perluasan cakupan seluruh kabupaten/ kota di Indonesia,” ujarnya.
Ia menambahkan, percepatan penurunan prevalensi stunting ini juga didukung dengan penguatan sinergi berbagai institusi. Saat ini angka prevalensi stunting di Indonesia masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (BKD) WHO, yaitu 20 persen.
Menurutnya, untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah, dibutuhkan kerjasama tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat, khususnya generasi muda sebagai calon orang tua di masa depan. Kesehatan dan gizi remaja sangat penting untuk diperhatikan, karena berpengaruh tidak hanya untuk diri remaja tetapi juga untuk membebaskan anak-anak mereka dari stunting di masa depan.
Senada dengan pernyataan Usman, Tim Komunikasi Informasi dan Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eka Sulistia Ediningsih mengatakan, remaja memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan stunting dengan menyebarkan informasi pencegahan stunting.
“Untuk menjaga anak-anak Indonesia agar tidak stunting, intervensinya harus dimulai dari remaja, kemudian ibu hamil, dan ibu yang mempunyai bayi di bawah dua tahun,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia pun menyarankan kepada remaja untuk mulai menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak melakukan diet keliru, serta menjaga kebersihan diri.
Terkait dengan gizi, dr. Mario Johan Heryputra mengatakan, makanan yang memiliki gizi baik untuk mencegah stunting sejak dini adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, sayur, serta buah yang seimbang.
“Makanan yang bergizi baik untuk remaja harus tinggi kalori karena remaja punya aktivitas yang padat sehingga butuh banyak energi. Makanan untuk remaja harus tinggi protein dan lemak untuk memperkuat otot, mengandung serat, dan mengandung mikronutrien lain seperti zat besi dan kalsium,” ujarnya.
Kebersihan juga menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam upaya mencegah stunting. Menurut Mario ada tiga korelasi antara kebersihan dan stunting, yaitu diare, penyakit cacingan, serta gangguan pencernaan. Ketiga hal ini menjadi faktor penyebab kurang optimalnya penyerapan nutrisi di dalam tubuh, dan jika terjadi dalam jangka panjang bisa menyebabkan stunting.