Kado HUT RI ke-76: Teknologi Geothermal Pertama di Dunia Karya Perwira Pertamina Geothermal Energy
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha dari PT Pertamina (Persero), terus berinovasi demi mempercepat pengembangan energi panas bumi di Tanah Air. Salah satunya, inovasi yang diciptakan Perwira Pertamina, yaitu Husni Mubarok. Production Enginer PGE ini berhasil mengembangkan sistem pengukuran laju alir dua fase atau two phase flow meter sebagai terobosan teknologi geotermal pertama di dunia.
Teknologi fluida dua fasa karya Husni Mubarok ini sekaligus menjadi persembahan PGE untuk ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-76. "Ini hadiah sederhana dari kami untuk negeri ini," kata Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.
Bermula dari penelitian saat mengambil program doktoral di Selandia Baru, Husni mengembangkan sistem pengukuran laju alir dua fase atau two phase flow meter. Teknologi ini berfungsi untuk memastikan data real-time fluida geotermal pada sumur produksi. Dengan begitu, bisa dipastikan performa operational excellence suatu sumur panas bumi sehingga kualitas sumur pun bisa terjaga.
Husni menyatakan, ide ini muncul saat dia kuliah di University of Auckland. Husni memulainya dengan mengidentifikasi persoalan yang terjadi pada sumur geotermal. “Saya melihat belum ada teknologi yang mengukur fluida dua fase geotermal. Selama 3,5 tahun kuliah di Selandia Baru, saya fokus memikirkan bagaimana menciptakan teknologi ini,” kata Husni yang memulai kuliahnya pada 2016.
Penelitian Husni mendapat dukungan langsung dari PGE dan pemerintah Selandia Baru. Perusahaan energi di negara itu pun bersedia memfasilitasi penelitiannya, yaitu dengan memberikan fasilitas percobaan di sejumlah sumur mereka. Dari situlah Husni bisa menemukan komposisi yang tepat untuk bisa menghasilkan teknologi mengukur fluida dua fase yang bisa diimplementasikan di sumur geotermal.
Lantas apa keunggulan dari teknologi geotermal pertama di dunia ini? Yang jelas, dengan teknologi karya anak bangsa ini perusahaan geotermal bisa memonitor sumur saat produksi. Perusahaan pun bisa mengatasi potensi masalah di sumur geotermal tanpa mengganggu produksi.
“Yang tak kalah penting, staf atau pekerja di bagian produksi bisa memprediksi sumber daya yang ada di lapangan. Alat ini bisa memprediksi berapa lama produktivitas sumur geotermal,” ujar Husni.
Saat ini, teknologi fluida dua fase ini masih dalam tahap field prototype untuk pengujian operasi di lapangan panas bumi. Jika tahap ini rampung, penggunaannya bisa diterapkan lebih luas lagi.
Untuk pelaksanaan pengujian, PT PGE sudah menandatangani kerja sama dengan PT Elnusa Tbk, yang juga anak usaha Pertamina. Penandatanganan kerja sama dilakukan langsung oleh Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto dan Direktur Utama Elnusa Ali Mundakir pada 3 Juni 2021.
"Setelah dilakukan uji operasi, teknologi ini diharapkan dapat digunakan secara luas. Ini juga menjadi kontribusi PGE terhadap pengembangan teknologi geotermal di Indonesia maupun dunia internasional," ujar Ahmad Yuniarto.
Ditargetkan produk ini bisa launching dan diproduksi secara komersial pada akhir 2021 atau awal 2022.
Teknologi fluida dua fasa karya Husni Mubarok ini sekaligus menjadi persembahan PGE untuk ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-76. "Ini hadiah sederhana dari kami untuk negeri ini," kata Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.
Bermula dari penelitian saat mengambil program doktoral di Selandia Baru, Husni mengembangkan sistem pengukuran laju alir dua fase atau two phase flow meter. Teknologi ini berfungsi untuk memastikan data real-time fluida geotermal pada sumur produksi. Dengan begitu, bisa dipastikan performa operational excellence suatu sumur panas bumi sehingga kualitas sumur pun bisa terjaga.
Husni menyatakan, ide ini muncul saat dia kuliah di University of Auckland. Husni memulainya dengan mengidentifikasi persoalan yang terjadi pada sumur geotermal. “Saya melihat belum ada teknologi yang mengukur fluida dua fase geotermal. Selama 3,5 tahun kuliah di Selandia Baru, saya fokus memikirkan bagaimana menciptakan teknologi ini,” kata Husni yang memulai kuliahnya pada 2016.
Penelitian Husni mendapat dukungan langsung dari PGE dan pemerintah Selandia Baru. Perusahaan energi di negara itu pun bersedia memfasilitasi penelitiannya, yaitu dengan memberikan fasilitas percobaan di sejumlah sumur mereka. Dari situlah Husni bisa menemukan komposisi yang tepat untuk bisa menghasilkan teknologi mengukur fluida dua fase yang bisa diimplementasikan di sumur geotermal.
Lantas apa keunggulan dari teknologi geotermal pertama di dunia ini? Yang jelas, dengan teknologi karya anak bangsa ini perusahaan geotermal bisa memonitor sumur saat produksi. Perusahaan pun bisa mengatasi potensi masalah di sumur geotermal tanpa mengganggu produksi.
“Yang tak kalah penting, staf atau pekerja di bagian produksi bisa memprediksi sumber daya yang ada di lapangan. Alat ini bisa memprediksi berapa lama produktivitas sumur geotermal,” ujar Husni.
Saat ini, teknologi fluida dua fase ini masih dalam tahap field prototype untuk pengujian operasi di lapangan panas bumi. Jika tahap ini rampung, penggunaannya bisa diterapkan lebih luas lagi.
Untuk pelaksanaan pengujian, PT PGE sudah menandatangani kerja sama dengan PT Elnusa Tbk, yang juga anak usaha Pertamina. Penandatanganan kerja sama dilakukan langsung oleh Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto dan Direktur Utama Elnusa Ali Mundakir pada 3 Juni 2021.
"Setelah dilakukan uji operasi, teknologi ini diharapkan dapat digunakan secara luas. Ini juga menjadi kontribusi PGE terhadap pengembangan teknologi geotermal di Indonesia maupun dunia internasional," ujar Ahmad Yuniarto.
Ditargetkan produk ini bisa launching dan diproduksi secara komersial pada akhir 2021 atau awal 2022.
(ars)