Sempat Dikritik IDI, Menkes Dinilai Cukup Tanggap Tangani Pandemi
loading...

Pernyataan Wakil Ketua PB IDI Slamet Budiarto soal empat kegagalan Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam penanganan pandemi, menuai kritik. Foto/SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Wakil Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto soal empat kegagalan Menteri Kesehatan ( Menkes ) Budi Gunadi Sadikin dalam penanganan pandemi virus Corona (Covid-19), menuai kritik.
Baca juga: Menkes Sebut Covid-19 Bisa Bertahan Ratusan Tahun, Harus Mampu Berdampingan
Lembaga Bantuan Hukum Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (LBH SEMMI) menilai, pendapat Slamet tidak relevan dengan data dan fakta yang ada.
"Bahkan dia menyampaikan data yang salah kepada media. Ini kesalahan fatal," ujar Direktur LBH PB SEMMI, Gurun Arisastra, Jumat (13/8/2021).
Baca juga: Cegah Laju Infeksi Covid-19, Menkes Targetkan 300-400 Ribu Testing per Hari
Maka itu, dia menilai data yang disampaikan Slamet cenderung menyesatkan. Diketahui, Slamet menilai cakupan vaksinasi baru menyentuh 24.888.506 dari target 208.265.720 orang.
"Data itu salah dan ngawur. Seharusnya Slamet Budiarto itu merujuk data yang sahih dari Kementerian Kesehatan perihal pencapaian vaksinasi. Data dari situs vaksin.kemenkes.go.id per 12 Agustus 2021, jumlah vaksinasi sudah hampir mencapai 78,6 juta dosis dengan perincian vaksinasi tahap 1 sebantak 52.477.210 dosis dan vaksin tahap 2 sebanyak 26.034.881 dosis," tuturnya.
Dia juga berpendapat, tiga alasan lain tentang kegagalan Budi Gunadi versi Slamet pun tidak berdasar sama sekali. Adapun yang dimaksud tidak berdasar sama sekali itu yang menyebut kasus kematian yang terus meningkat, tidak mampu menyediakan obat, oksigen, fasilitas kesehatan, dan SDM serta Budi Gunadi dinilai tak memiliki keahlian dan pemahaman tentang kesehatan.
Menurut dia, tiga alasan lain yang digunakan Slamet Budiarto menyerang Menkes juga sangat subyektif sekali. Dia menambahkan, kasus kematian yang meningkat akibat varian delta masih lebih sedikit dibanding tingkat kesembuhan.
"Tidak benar jika disebut Menkes tidak mampu menyediakan obat dan oksigen. Budi Gunadi sebagai Menkes sangat tanggap, kok. Buktinya, sekarang sudah tidak ada lagi antrean panjang orang di tempat pengisian oksigen," jelasnya.
Baca juga: Menkes Sebut Covid-19 Bisa Bertahan Ratusan Tahun, Harus Mampu Berdampingan
Lembaga Bantuan Hukum Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (LBH SEMMI) menilai, pendapat Slamet tidak relevan dengan data dan fakta yang ada.
"Bahkan dia menyampaikan data yang salah kepada media. Ini kesalahan fatal," ujar Direktur LBH PB SEMMI, Gurun Arisastra, Jumat (13/8/2021).
Baca juga: Cegah Laju Infeksi Covid-19, Menkes Targetkan 300-400 Ribu Testing per Hari
Maka itu, dia menilai data yang disampaikan Slamet cenderung menyesatkan. Diketahui, Slamet menilai cakupan vaksinasi baru menyentuh 24.888.506 dari target 208.265.720 orang.
"Data itu salah dan ngawur. Seharusnya Slamet Budiarto itu merujuk data yang sahih dari Kementerian Kesehatan perihal pencapaian vaksinasi. Data dari situs vaksin.kemenkes.go.id per 12 Agustus 2021, jumlah vaksinasi sudah hampir mencapai 78,6 juta dosis dengan perincian vaksinasi tahap 1 sebantak 52.477.210 dosis dan vaksin tahap 2 sebanyak 26.034.881 dosis," tuturnya.
Dia juga berpendapat, tiga alasan lain tentang kegagalan Budi Gunadi versi Slamet pun tidak berdasar sama sekali. Adapun yang dimaksud tidak berdasar sama sekali itu yang menyebut kasus kematian yang terus meningkat, tidak mampu menyediakan obat, oksigen, fasilitas kesehatan, dan SDM serta Budi Gunadi dinilai tak memiliki keahlian dan pemahaman tentang kesehatan.
Menurut dia, tiga alasan lain yang digunakan Slamet Budiarto menyerang Menkes juga sangat subyektif sekali. Dia menambahkan, kasus kematian yang meningkat akibat varian delta masih lebih sedikit dibanding tingkat kesembuhan.
"Tidak benar jika disebut Menkes tidak mampu menyediakan obat dan oksigen. Budi Gunadi sebagai Menkes sangat tanggap, kok. Buktinya, sekarang sudah tidak ada lagi antrean panjang orang di tempat pengisian oksigen," jelasnya.
Lihat Juga :