Sebelum Buka Pesantren, DPR Minta Pemerintah Bentuk Tim Khusus

Jum'at, 29 Mei 2020 - 08:11 WIB
loading...
A A A
Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas menilai kebijakan new normal atau pola hidup baru di tengah Covid-19 berpotensi menimbulkan masalah baru di lingkungan pesantren jika tidak dilakukan dengan persiapan matang. Apalagi selama ini perhatian pemerintah terhadap pesantren pada masa pandemi hampir tak pernah terdengar. (Lihat Video: Kesal Tak Bisa Kunjungi Kerabat, Emak-Emak Bongkar Barikade Jalan)

"Pesantren ini menjadi anak tiri di negeri ini. Padahal kita tahu, sejarah juga mencatat bahwa pesantren ini memiliki kontribusi yang besar atas kemerdekaan negeri ini," ujar Gus Yaqut dalam Bincang Seru Live IG SINDOnews bertajuk “Menuju New Normal”, Rabu (27/5) malam.

Menurutnya, pesantren sangat rentan jika tatanan normal baru diberlakukan tanpa terlebih dahulu ada persiapan matang. "Pesantren sangat rentan menjadi episentrum baru buat penularan Covid-19 karena rata-rata pesantren itu sangat sederhana. Saya tidak bicara pesantren besar, pesantren modern yang memang sudah mapan dan jumlahnya sedikit. Pesantren kecil-kecil ini banyak dan biasanya satu kamar bisa diisi 10–20 anak. Itu bagaimana mereka bisa melakukan physical distancing sebagai syarat memperlemah penularan Covid-19," tuturnya.

Termasuk juga fasilitas wudu yang masih banyak menggunakan bak penampungan air besar yang digunakan untuk wudu bersama-sama karena tidak ada fasilitas kran air yang mengalir. "Saya kira situasi seperti ini jika pemerintah memberlakukan new normal tanpa memperhatikan keberadaan pesantren, sama saja pemerintah ingin membunuh pesantren. Bukan hanya menganaktirikan, tapi menciptakan episentrum baru," tuturnya.

Gus Yaqut meminta pemerintah memberikan insentif kepada para guru ngaji dengan skema Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Ini penting karena guru ngaji ini selama pandemi nyaris tidak bisa melakukan kegiatan apa pun," urainya. (Baca juga: Warga Depok ke Jakarta Harus Kantongi Izin Keluar Masuk)

Pemerintah juga diminta untuk memberikan stimulus biaya operasional bagi pesantren. Sebab selama ini pesantren umumnya hanya menggantungkan pada dua sumber pendanaan, yakni dari kiainya dan jariah santri yang tidak seberapa. "Nah situasi saat ini kiai kesulitan menyubsidi. Kita tidak bicara kiai-kiai di kota atau kiai di ponpes besar. Di Indonesia ini banyak pesantren kecil yang kiainya lebih banyak bergantung pada undangan-undangan pengajian. Beliau mendapatkan sedikit bisyarah yang kemudian dibagikan untuk operasional pesantren. Sekarang undangan pengajian nggak ada," katanya. (Abdul Rochim)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3882 seconds (0.1#10.140)