Komodor Yos Sudarso, Terkubur di Lautan Lepas Bersama 24 Awaknya

Kamis, 29 Juli 2021 - 05:33 WIB
loading...
Komodor Yos Sudarso, Terkubur di Lautan Lepas Bersama 24 Awaknya
Kisah pertempuran Komodor Yosaphat
A A A
JAKARTA - Kisah pertempuran Komodor Yosaphat "Yos" Sudarso di Laut Arafuru melawan penjajah Belanda menjadi salah satu cerita heroik yang akan selalu dikenang bangsa Indonesia. Keberaniannya bertempur di garis terdepan hingga meregang nyawa di lautan lepas mengambarkan cintanya pada Indonesia yang besar.

Dikutip dari Wikipedia, Yos Sudarso dan para awak kapalnya gugur di Laut Arafuru, Papua saat KRI Macan Tutul yang ia tumpangi tenggelam usai ditembak oleh kapal patroli Hr Ms Eversten milik armada Belanda di tengah lautan.

Yos Sudarso merupakan seorang Deputi Koperasi Trikora, yang memiliki kewajiban besar untuk melakukan patroli dan bergeriliya untuk mendapatkan banyak informasi terkait militer Belanda. Yos Sudarso lahir di Kota Salatiga, Jawa Tengah pada 24 November 1925 dari pasangan Sukarno Darmoprawiro dan Mariyam. Ayah Yos Sudarso bekerja sebagai seorang polisi ketika masa penjajahan.

Sejak kecil, Yos Sudarso dikenal sebagai sosok yang tenang, cerdas, dan juga santun. Yos Sudarso pertama kali mengecap bangku sekolah di HIS (Hollandsch Inlandsch School) yang setingkat dengan SD dan tamat pada tahun 1940.

Setamatnya, dia kemudian melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Kota Muntilan. Namun, pendidikan yang dia tempuh harus berhenti di tengah jalan karena Jepang datang menjajah Indonesia. Kondisi itu memaksa sekolah tersebut harus ditutup.

Tak mau menyerah, Yos Sudarso lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang dan akhirnya menjadi lulusan terbaik. Atas prestasinya tersebut ia kemudian dipekerjakan sebagai mualim di kapal Goo Usamu Butai pada tahun 1944. Karir Yos Sudarso di dunia pelayaran pun dimulai.

Dia lantas bergabung dengan BKR (Badan Keamanan Rakyat) Laut atau yang sekarang dikenal dengan TNI Angkatan Laut setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di lembaga ini, Yos Sudarso sering mengikuti misi atau operasi militer dalam meredam pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah saat Belanda datang dan mengadakan agresi militer sebanyak dua kali.

Saat Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 1950, Yos Sudarso diangkat sebagai komandan kapal di KRI Alu. Dia kemudian berpindah-pindah menjadi komandan KRI Gajah Mada, KRI Rajawali, hingga KRI Pattimura. Pada tahun 1958 ia menjabat sebagai hakim pengadilan tentara walaupun hanya empat bulan.

Pada Desember 1961, Presiden Soekarno membentuk Tri Komando Rakyat atau Trikora menyusul memanasnya kawasan Irian Barat yang ingin direbut kembali oleh Belanda. Beberapa minggu berselang atau tepatnya Januari 1962, Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makassar dan Yos Sudarso sebagai Deputi Operasinya.

Yos Sudarso mengemban tugas yang sangat berat. Kemudian ia mengadakan patrol di sekitar daerah perbatasan pada tanggal 15 Januari 1962, yakni di Laut Arafuru dengan 3 kapal motor jenis torpedo boat yaitu KRI Macan Tutul, KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang.

Tiga kapal torpedo kelas Jaguar meninggalkan Kepulauan Aru pada tengah malam tetapi dicegat oleh pesawat pengintai Belanda, seperti yang telah diantisipasi Belanda selama berminggu-minggu.

Kapal KRI Macan Tutul yang dikomandoi Sudarso pun tenggelam setelah mendapat serangan kapal perusak Belanda Hr Ms Eversten. Yos Sudarso bersama 24 awak kapalnya terkubur di lautan lepas.

Dua kapal lainnya, KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau berhasil putar balik, tetapi satu menabrak karang dan yang lainnya lumpuh karena ditembak. Awak kapal lainnya yang selamat kemudian menjadi tawanan Belanda.

Komodor Yos Sudarso yang semasa kecil bercita-cita sebagai prajurit itu akhirnya gugur di lautan dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Peristiwa itu kemudian diperingati sebagi Hari Dharma Samudra pada setiap 15 Januari.

Indonesia mengeluarkan prangko khusus untuk mengenang jasanya kepada negaranya, sedangkan KRI Harimau dijadikan monumen di Museum Purna Bhakti Pertiwi di Taman Mini Indonesia Indah. Untuk menghormati jasanya, nama Yos Sudarso kerap dijadikan nama jalan protokol di Jakarta hingga nama sebuah pulau di Papua.

Selain itu, ada dua kapal Angkatan Laut Indonesia yang dinamai sesuai namanya. Kapal pertama adalah KRI Jos Sudarso (351), sebuah fregat kelas Riga yang ditugaskan pada tahun 1963 dan pensiun pada tahun 1986. Kapal kedua adalah kapal fregat kelas Van Speijk bekas Belanda bernama KRI Yos Sudarso yang masih aktif di armada hari ini.

Pemerintah Indonesia kemudian menaikkan pangkatnya menjadi Laksamana Muda TNI AL Anumerta Yos Sudarso dan diberi gelar Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 088/TK/Th.1973. tanggal 6 November 1973.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3872 seconds (0.1#10.140)