Idul Adha, CENTRIS Ajak Indonesia Upayakan Keadilan bagi Etnis Muslim Uighur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari Raya Idul Adha adalah salah satu hari besar agama Islam yang wajib diperingati oleh seluruh umat muslim seluruh dunia, di mana umat muslim melakukan serangkaian ibadah antara lain Salat Ied, penyembelihan hewan kurban hingga tradisi bersilaturahmi antar sesama.
Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) mengingatkan negara-negara dunia khususnya Indonesia menggalang kekuatan dengan mengeluarkan kebijakan luar negeri mereka masing-masing untuk mendesak China menghentikan aktivitas apapun terhadap etnis muslim Uighur di Xinjian pada Hari Raya Idul Adha.
“Hari ini kan Idul Adha, kita sangsi muslim Uighur dapat menjalankan kewajiban ibadah dan perayaan hari besar umat Islam tersebut, mengingat China hingga detik ini masih menutup rapat akses dan informasi etnis Uighur dari dunia,” ujar Peneliti Senior CENTRIS, AB Solissa kepada wartawan, Selasa (20/7/2021).
AB Solissa mengatakan esensi Idul Adha, Hari Raya Kurban yang sarat makna dan nilai-nilai kehidupan, seyogyanya dapat memberikan paradigma baru dan menggugah sisi kemanusiaan negeri panda tersebut terhadap persoalan kemanusiaan khususnya yang menimpa kaum minoritas di China.
CENTRIS juga menilai negara-negara dunia menggunakan momentum Hari Keadilan Internasional (World Day of International Justice Day) untuk mendesak Pemerintah Tiongkok agar membuka luas sekaligus memberikan akses keluar masuk bagi tim investigasi independen yang diinisiasi oleh organisasi HAM internasional untuk melihat langsung kondisi terkini etnis Uighur.
China sepatutnya menghormati Hari Raya Idul Adha dan Hari Keadilan Internasional yang juga disebut sebagai Hari Keadilan Pidana Internasional sebagai bagian dari masyarakat dunia.
“Tujuan utama disepakatinya World Day of International Justice oleh seluruh negara-negara dunia adalah untuk memberikan rasa keadilan dan kepastian memperoleh keadilan bagi siapapun di muka bumi ini, tak terkecuali kaum minoritas seperti etnis Uighur di China,” jelas AB Solissa.
AB Solissa juga memaparkan Hari Keadilan Internasional juga diperingati oleh dunia internasional sebagai penanda pentingnya memerangi impunitas dan membawa keadilan bagi para korban kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.
Dari berbagai laporan investigasi seperti yang dilakukan jurnalis internasional BBC, Organisasi HAM Amnesty International dan negara-negara adidaya antara lain Amerika Serikat dan Inggris yang peduli akan penegakan HAM, patut diduga telah terjadi kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat HAM yang menjurus pada aksi genosida terhadap etnis Uighur di China.
Laporan yang juga disertai bukti-bukti otentik ini menunjukkan China berniat menargetkan populasi Xinjiang berdasarkan agama dan etnis serta penggunaan kekerasan, intimidasi yang tidak manusiawi untuk menghilangkan keyakinan agama Islam serta praktik etnobudaya Muslim Turki.
Bukan itu saja, etnis Uighur, Kazakh dan muslim lainnya dibawa ke jaringan kamp di Xinjiang untuk indoktrinasi tanpa henti serta penyiksaan fisik dan psikologis dengan metode penyiksaan antara lain pemukulan, setrum listrik, tekanan mental, pengekangan, digantung di dinding, didinginkan di suhu yang sangat dingin, dan dikurung tersendiri.
“Jika membaca laporan tersebut, ini China sadis benar ya, enggak ada prikemanusiaannya. Sadis dan keji, masyarakat dunia harus bersatu untuk mengulurkan tangan menyelamatkan jutaan umat muslim Uighur di sana,” tutur AB Solissa.
“Ingat, World Day of International Justice mengingatkan kita masyarakat dunia untuk membawa siapapun yang melakukan kejahatan kemanusiaan ke meja hijau. Tidak ada impunitas di muka bumi ini bagi pelaku kejahatan kemanusiaan,” pungkas AB Solissa.
Seperti diketahui sebelumnya, hari ini, Selasa (20/7) umat muslim dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1442 H yang berdekatan dengan peringatan Hari Keadilan Internasional (World Day of International Justice) dimana issue minoritas muslim dibeberapa negara, salah satunya di China diketahui kesulitan menjalankan ibadah apalagi merayakan hari besar keagamaan umat islam di sana. Baca juga: Prihatin Idul Adha Penuh Keterbatasan, Anies Baswedan Beri Pesan Menyentuh
Namun sayangnya, usaha dunia internasional untuk menyelamatkan etnis minoritas ini, terkendala dengan sikap keras pemerintah Tiongkok yang enggan membuka diri terhadap permasalahan kemanusiaan yang terjadi di negaranya.
Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) mengingatkan negara-negara dunia khususnya Indonesia menggalang kekuatan dengan mengeluarkan kebijakan luar negeri mereka masing-masing untuk mendesak China menghentikan aktivitas apapun terhadap etnis muslim Uighur di Xinjian pada Hari Raya Idul Adha.
“Hari ini kan Idul Adha, kita sangsi muslim Uighur dapat menjalankan kewajiban ibadah dan perayaan hari besar umat Islam tersebut, mengingat China hingga detik ini masih menutup rapat akses dan informasi etnis Uighur dari dunia,” ujar Peneliti Senior CENTRIS, AB Solissa kepada wartawan, Selasa (20/7/2021).
AB Solissa mengatakan esensi Idul Adha, Hari Raya Kurban yang sarat makna dan nilai-nilai kehidupan, seyogyanya dapat memberikan paradigma baru dan menggugah sisi kemanusiaan negeri panda tersebut terhadap persoalan kemanusiaan khususnya yang menimpa kaum minoritas di China.
CENTRIS juga menilai negara-negara dunia menggunakan momentum Hari Keadilan Internasional (World Day of International Justice Day) untuk mendesak Pemerintah Tiongkok agar membuka luas sekaligus memberikan akses keluar masuk bagi tim investigasi independen yang diinisiasi oleh organisasi HAM internasional untuk melihat langsung kondisi terkini etnis Uighur.
China sepatutnya menghormati Hari Raya Idul Adha dan Hari Keadilan Internasional yang juga disebut sebagai Hari Keadilan Pidana Internasional sebagai bagian dari masyarakat dunia.
“Tujuan utama disepakatinya World Day of International Justice oleh seluruh negara-negara dunia adalah untuk memberikan rasa keadilan dan kepastian memperoleh keadilan bagi siapapun di muka bumi ini, tak terkecuali kaum minoritas seperti etnis Uighur di China,” jelas AB Solissa.
AB Solissa juga memaparkan Hari Keadilan Internasional juga diperingati oleh dunia internasional sebagai penanda pentingnya memerangi impunitas dan membawa keadilan bagi para korban kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.
Dari berbagai laporan investigasi seperti yang dilakukan jurnalis internasional BBC, Organisasi HAM Amnesty International dan negara-negara adidaya antara lain Amerika Serikat dan Inggris yang peduli akan penegakan HAM, patut diduga telah terjadi kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat HAM yang menjurus pada aksi genosida terhadap etnis Uighur di China.
Laporan yang juga disertai bukti-bukti otentik ini menunjukkan China berniat menargetkan populasi Xinjiang berdasarkan agama dan etnis serta penggunaan kekerasan, intimidasi yang tidak manusiawi untuk menghilangkan keyakinan agama Islam serta praktik etnobudaya Muslim Turki.
Bukan itu saja, etnis Uighur, Kazakh dan muslim lainnya dibawa ke jaringan kamp di Xinjiang untuk indoktrinasi tanpa henti serta penyiksaan fisik dan psikologis dengan metode penyiksaan antara lain pemukulan, setrum listrik, tekanan mental, pengekangan, digantung di dinding, didinginkan di suhu yang sangat dingin, dan dikurung tersendiri.
“Jika membaca laporan tersebut, ini China sadis benar ya, enggak ada prikemanusiaannya. Sadis dan keji, masyarakat dunia harus bersatu untuk mengulurkan tangan menyelamatkan jutaan umat muslim Uighur di sana,” tutur AB Solissa.
“Ingat, World Day of International Justice mengingatkan kita masyarakat dunia untuk membawa siapapun yang melakukan kejahatan kemanusiaan ke meja hijau. Tidak ada impunitas di muka bumi ini bagi pelaku kejahatan kemanusiaan,” pungkas AB Solissa.
Seperti diketahui sebelumnya, hari ini, Selasa (20/7) umat muslim dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1442 H yang berdekatan dengan peringatan Hari Keadilan Internasional (World Day of International Justice) dimana issue minoritas muslim dibeberapa negara, salah satunya di China diketahui kesulitan menjalankan ibadah apalagi merayakan hari besar keagamaan umat islam di sana. Baca juga: Prihatin Idul Adha Penuh Keterbatasan, Anies Baswedan Beri Pesan Menyentuh
Namun sayangnya, usaha dunia internasional untuk menyelamatkan etnis minoritas ini, terkendala dengan sikap keras pemerintah Tiongkok yang enggan membuka diri terhadap permasalahan kemanusiaan yang terjadi di negaranya.
(kri)