Lewat Prosesi Ini, La Nyalla Mattalitti Didoakan Jadi Presiden
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) AA LaNyalla Mahmud Mattalitti melaksanakan salat Jumat di Masjid Agung Kesultanan Buton, Kompleks Benteng Kesultanan Buton, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (18/6/2021).
Usai salat, La Nyalla dan rombongan tidak beranjak dari areal masjid. La Nyalla bersama senator asal Sultra Amirul Tamim dan Andi Nirwana, serta Ketua Komite III Sylvina Murni mengikuti prosesi Ratibu.
Prosesi Ratibu atau dzikiran merupakan prosesi pembacaan doa yang dilakukan oleh Syara Kidina atau Syara Agama Kesultanan yang merupakan perangkat Masjid Agung Kesultanan Buton.
Biasanya doa ini diminta oleh masyarakat yang hendak punya hajat maupun punya cita-cita lain agar terkabul. Dalam kesempatan itu, La Nyalla meminta didoakan agar bisa menjadi Presiden.La Nyalla harus memberikan pesan dan pasali atau tanda terima kasih yang disampaikan kepada tungguna ganda atau marbot masjid.
Ada empat tungguna ganda yang bertugas. Mereka kemudian menyerahkan pesan itu kepada perangkat Masjid untuk dipanjatkan doa-doa.
Perangkat masjid yang berdoa dalam prosesi Ratibu atau dzikiran terdiri atas empat khatib, 12 moji atau bilal (pengumandang adzan), satu Lakina Agama (dahulu disebut Menteri Agama) dan 1 Imam Masjid.
Doa-doa yang dipanjatkan selain dengan bahasa Arab juga dalam bahasa Buton. Prosesi Ratibu dilakukan dalam waktu sekitar setengah jam.
Untuk diketahui, perangkat Masjid Agung Kesultanan Buton mempunyai jalur keturunan Kesultanan Buton. Khatib, Imam dan Lakina Agama dijabat oleh kaum dari bangsawan kerajaan. Sedangkan 12 Bilal dijabat oleh walaka atau wakil dari masing-masing distrik atau kampung.
La Nyalla dan rombongan mengikuti prosesi tersebut di dalam masjid dengan khusyuk. Usai didoakan, LaNyalla menuju ke Batu Popaua yang ada di sisi depan sebelah kiri Masjid.
Batu Popaua merupakan batu alam berbentuk memanjang dengan lubang di tengahnya dan disakralkan karena dijadikan tempat pengambilan sumpah para raja maupun Sultan.
La Nyalla yang didampingi Wali Kota Baubau AS Tamrin sempat menjejakkan kakinya di batu tersebut. Filosofinya sebagai seorang pemimpin harus mempunyai sifat adil dan bisa berdiri di pihak manapun.
Usai salat, La Nyalla dan rombongan tidak beranjak dari areal masjid. La Nyalla bersama senator asal Sultra Amirul Tamim dan Andi Nirwana, serta Ketua Komite III Sylvina Murni mengikuti prosesi Ratibu.
Prosesi Ratibu atau dzikiran merupakan prosesi pembacaan doa yang dilakukan oleh Syara Kidina atau Syara Agama Kesultanan yang merupakan perangkat Masjid Agung Kesultanan Buton.
Biasanya doa ini diminta oleh masyarakat yang hendak punya hajat maupun punya cita-cita lain agar terkabul. Dalam kesempatan itu, La Nyalla meminta didoakan agar bisa menjadi Presiden.La Nyalla harus memberikan pesan dan pasali atau tanda terima kasih yang disampaikan kepada tungguna ganda atau marbot masjid.
Ada empat tungguna ganda yang bertugas. Mereka kemudian menyerahkan pesan itu kepada perangkat Masjid untuk dipanjatkan doa-doa.
Perangkat masjid yang berdoa dalam prosesi Ratibu atau dzikiran terdiri atas empat khatib, 12 moji atau bilal (pengumandang adzan), satu Lakina Agama (dahulu disebut Menteri Agama) dan 1 Imam Masjid.
Doa-doa yang dipanjatkan selain dengan bahasa Arab juga dalam bahasa Buton. Prosesi Ratibu dilakukan dalam waktu sekitar setengah jam.
Untuk diketahui, perangkat Masjid Agung Kesultanan Buton mempunyai jalur keturunan Kesultanan Buton. Khatib, Imam dan Lakina Agama dijabat oleh kaum dari bangsawan kerajaan. Sedangkan 12 Bilal dijabat oleh walaka atau wakil dari masing-masing distrik atau kampung.
La Nyalla dan rombongan mengikuti prosesi tersebut di dalam masjid dengan khusyuk. Usai didoakan, LaNyalla menuju ke Batu Popaua yang ada di sisi depan sebelah kiri Masjid.
Batu Popaua merupakan batu alam berbentuk memanjang dengan lubang di tengahnya dan disakralkan karena dijadikan tempat pengambilan sumpah para raja maupun Sultan.
La Nyalla yang didampingi Wali Kota Baubau AS Tamrin sempat menjejakkan kakinya di batu tersebut. Filosofinya sebagai seorang pemimpin harus mempunyai sifat adil dan bisa berdiri di pihak manapun.
(dam)