Lompatan Kekuatan Laut Indonesia
loading...
A
A
A
“Pembelian alutsista TNI selalu didasari dengan kalkulasi tempur sesuai doktrin dan strategi Sishankamrata. Artinya, pembangunan postur pertahanan, termasuk pembelian alutsista selalu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan,” ujar Nuning Kertopati kepada Koran SINDO, Minggu (13/6).
Menurut dia, luas perairan Indonesia hingga hak berdaulat di ZEE dan landas kontinental yang mencapai lebih dari 200 mil laut tentunya membutuhkan kapal perang jenis Frigate. Kebutuhan operasional di laut yang memiliki sea state 3 ke atas tentu membutuhkan kapal perang yang memiliki kemampuan jelajah lebih dari 15 hari.
Selain daya jelajah, dibutuhkan juga kapal perang yang mampu mengoperasikan semua jenis peralatan deteksi, baik deteksi udara, deteksi permukaan laut, dan deteksi bawah permukaan laut. Karena itu, dibutuhkan kapal perang jenis Frigate agar mampu membawa ketiga jenis peralatan deteksi tersebut. Belum lagi persenjataan yang harus dimiliki melengkapi sistem deteksi.
“Dengan proyeksi 25 tahun, maka pembelian kapal perang jenis Frigate tergolong cukup proporsional dengan kemampuan keuangan negara. Perhitungan benefit and cost analysis dapat disimulasikan hingga 25 tahun sehingga diperoleh rasio kebutuhan menghasilkan jumlah kapal perang yang harus dibeli. Kemenhan RI telah melakukan berbagai simulasi untuk mencapai nilai yang maksimal,” ujarnya.
Anggota Komisi I DPR Christina Aryani menyatakan dukungan atas langkah Kementerian Pertahanan memperkuat TNI dengan alutsista canggih. Sebab dalam pandangannya, , ancaman dari sisi militer dapat dilihat secara nyata dan sering terjadi, seperti pelanggaran wilayah laut seperti penyelundupan manusia, narkoba dan barang lainnya. Menurut diam, fakta tersebut terjadi karena kita tidak bisa mengawasi laut secara optimal.
"Bagaimana kita ingin menjaga kekayaan kita kalau alutsista belum mumpuni. Bukan hanya kapal perang atau kapal patroli tapi juga radar atau pengawasan dari udara dan darat juga penting sehingga memang dibutuhkan alutsista yang memadai," ungkapnya.
Seperti diketahui, kabar pembelian enam fregat Italia diumumkan Fincantieri yang menyebut Kementerian Pertahanan Indonesia telah meneken kontrak pembelian tersebut, besar dukungan logistiknya. Fincantieri sebagai kontraktor utama akan melibat perusahaan kelas dunia seperti Leonardo untuk combat system, MBDA untuk komponen rudal, Elettronika untuk komponen EW, serta galangan kapal nasional PT PAL yang disebut kebagian membangun 2 kapal frigat FREMM.
Desain Fregat FREMM sendiri merupakan hasil kerjasama Italia yang diwakili Fincantieri dengan Prancis yang diwakili Naval Grup. Italia selanjutnya memberi nama kapal canggih tersebut dengan Bergamini dan Prancis menamainya dengan Aquitane. Fregat FREMMmemiliki ukuran 144,6 meter dengan bobot 6.700 ton.
Sedangkan fregate bekas kelas Maestale berukuran 122,7 meter dengan bobot 3,040 ton. Rencananya kapal ini akan diakuisis terlebih dulu setelah pensiun dari AL Italia dan akan menjalani modernisasi terlebih dulu. Jika kabar pembelian ini terwujud, Indonesia akan menjadi negeri pengguna ke-10. Negara lain yang membeli kapal tersebut adalah Amerika Serikat yang memborong 10 kapal.
Menurut dia, luas perairan Indonesia hingga hak berdaulat di ZEE dan landas kontinental yang mencapai lebih dari 200 mil laut tentunya membutuhkan kapal perang jenis Frigate. Kebutuhan operasional di laut yang memiliki sea state 3 ke atas tentu membutuhkan kapal perang yang memiliki kemampuan jelajah lebih dari 15 hari.
Selain daya jelajah, dibutuhkan juga kapal perang yang mampu mengoperasikan semua jenis peralatan deteksi, baik deteksi udara, deteksi permukaan laut, dan deteksi bawah permukaan laut. Karena itu, dibutuhkan kapal perang jenis Frigate agar mampu membawa ketiga jenis peralatan deteksi tersebut. Belum lagi persenjataan yang harus dimiliki melengkapi sistem deteksi.
“Dengan proyeksi 25 tahun, maka pembelian kapal perang jenis Frigate tergolong cukup proporsional dengan kemampuan keuangan negara. Perhitungan benefit and cost analysis dapat disimulasikan hingga 25 tahun sehingga diperoleh rasio kebutuhan menghasilkan jumlah kapal perang yang harus dibeli. Kemenhan RI telah melakukan berbagai simulasi untuk mencapai nilai yang maksimal,” ujarnya.
Anggota Komisi I DPR Christina Aryani menyatakan dukungan atas langkah Kementerian Pertahanan memperkuat TNI dengan alutsista canggih. Sebab dalam pandangannya, , ancaman dari sisi militer dapat dilihat secara nyata dan sering terjadi, seperti pelanggaran wilayah laut seperti penyelundupan manusia, narkoba dan barang lainnya. Menurut diam, fakta tersebut terjadi karena kita tidak bisa mengawasi laut secara optimal.
"Bagaimana kita ingin menjaga kekayaan kita kalau alutsista belum mumpuni. Bukan hanya kapal perang atau kapal patroli tapi juga radar atau pengawasan dari udara dan darat juga penting sehingga memang dibutuhkan alutsista yang memadai," ungkapnya.
Seperti diketahui, kabar pembelian enam fregat Italia diumumkan Fincantieri yang menyebut Kementerian Pertahanan Indonesia telah meneken kontrak pembelian tersebut, besar dukungan logistiknya. Fincantieri sebagai kontraktor utama akan melibat perusahaan kelas dunia seperti Leonardo untuk combat system, MBDA untuk komponen rudal, Elettronika untuk komponen EW, serta galangan kapal nasional PT PAL yang disebut kebagian membangun 2 kapal frigat FREMM.
Desain Fregat FREMM sendiri merupakan hasil kerjasama Italia yang diwakili Fincantieri dengan Prancis yang diwakili Naval Grup. Italia selanjutnya memberi nama kapal canggih tersebut dengan Bergamini dan Prancis menamainya dengan Aquitane. Fregat FREMMmemiliki ukuran 144,6 meter dengan bobot 6.700 ton.
Sedangkan fregate bekas kelas Maestale berukuran 122,7 meter dengan bobot 3,040 ton. Rencananya kapal ini akan diakuisis terlebih dulu setelah pensiun dari AL Italia dan akan menjalani modernisasi terlebih dulu. Jika kabar pembelian ini terwujud, Indonesia akan menjadi negeri pengguna ke-10. Negara lain yang membeli kapal tersebut adalah Amerika Serikat yang memborong 10 kapal.
(ynt)