Peringatan Haul 100 Tahun Soeharto, Tutut : Momen Meneruskan Perjuangan Sang Ayah

Selasa, 08 Juni 2021 - 22:34 WIB
loading...
Peringatan Haul 100 Tahun Soeharto, Tutut : Momen Meneruskan Perjuangan Sang Ayah
Putri pertama Presiden Indonesia ke-2 Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana yang lebih dikenal sebagai mbak Tutut, berharap momentum haul 100 tahun dapat memberi spirit bagi anak bangsa meneruskan perjuangan mendiang sang ayah. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Putri pertama Presiden Indonesia ke-2 Soeharto , Siti Hardijanti Rukmana yang lebih dikenal sebagai mbak Tutut, berharap momentum haul 100 tahun dapat memberi spirit bagi anak bangsa meneruskan perjuangan mendiang sang ayah.

"Mudah-mudahan kita yang melanjutkan perjuangan HM Soeharto senantiasa diberikan kekuatan, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga betul-betul dapat melanjutkan apa yang menjadi cita-cita Bapak Pembangunan," katanya saat acara Peringatan Haul 100 Tahun Haji Muhammad Soeharto dari Masjid Agung At-Tin Jakarta, Selasa (8/6/2021).

HM Soeharto, lanjut Tutut, lahir pada 8 Juni 1921 di Desa Kemusuk, Yogyakarta dan dibesarkan di lingkungan Muhammadiyah. Jasanya membangun citra Islam di Indonesia cukup signifikan. Di antaranya menggagas pembangunan 999 masjid di seluruh Indonesia melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila.

"Beliau adalah orang tua bijak yang sangat kami kagumi dan sayangi. Beliau adalah guru dan teladan yang amat kami hormati. Beliau selalu melangkah dengan semangat kerja tak kenal lelah tanpa pamrih, jujur, tekun, tegas, dan bijaksana," ujar Tutut. (Baca juga; Ustaz Haikal Hassan Pimpin Doa di Peringatan 100 Tahun Soeharto )

Setiap langkah Soeharto, selalu dilandasi dengan kedisiplinan yang tinggi sesuai jiwa kemiliteran sejak usia muda. "Dibarengi tuntunan agama yang lekat dalam jiwanya sejak kecil. Bapak pantang menyerah dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil meskipun banyak kendala yang dihadapi," ungkapnya.

Ayahnya sering mengingatkan filosofi Tri Dharma Mangkunegaran. Sebuah doktrin Pangeran Sambernyowo, leluhur keluarga dalam menumbuhkan rasa cinta rakyat kepada bangsa. Doktrin itu dikenal dengan Tri Dharma yaitu Melu Handarbeni, Melu Hangrungkebi, Mulat Sariro Hangrosowani.

Bahwa, sebagai rakyat harus tumbuh rasa ikut memiliki (Melu Handarbeni) terhadap bangsa kita yang besar ini. Untuk itu, harus mengenal secara mendalam terhadap jati diri bangsa dan harus memiliki wawasan kebangsaan yang mendalam. (Baca juga; Imam Besar Masjid Istiqlal: Soeharto Banyak Sekolahkan Anak dan Bangun Ribuan Masjid )

"Jika sudah tumbuh rasa memiliki, maka akan tumbuh tanggung jawab membela dan menjaga bangsa ini serta memajukannya (Melu Hangrungkebi) untuk kesejahteraan bersama. Dengan kata lain memiliki tanggung jawab kebangsaan," bebernya.

Semasa hidupnya, kata Tutut, ayahnya kerap berpesan agar pandai bersyukur. Keluarganya dididik dalam spirit keagamaan dan tidak semata dibesarkan untuk bisa menikmati gemerlapnya kehidupan.

"Kami ditempa dan diajarkan bagaimana mencintai perjuangan terhadap bangsa untuk mewujudkan cita-cita adil makmur berdasarkan Pancasila," ungkapnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1932 seconds (0.1#10.140)