Waspadai Potensi Gempa-Tsunami di Selatan Jatim

Rabu, 09 Juni 2021 - 05:50 WIB
loading...
A A A
Dosen Departemen Teknik Geofisika itu menambahkan, tingginya intensitas terjadinya gempa ini patut dicurigai. Belajar dari gempa besar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 27 Mei 2005 silam, salah satu yang menjadi pertanda sebelum gempa adalah terekam aktivitas kegempaan yang semakin sering. Saat itu, frekuensi gempa mengalami kenaikan, tetapi tidak lebih dari 50 gempa setiap bulannya. Adapun , di lima bulan terakhir ini gempa yang terekam selalu lebih dari 500 kejadian per bulan.

‘’Memang sangat jauh perbedaan frekuensi tahun 2005 lalu dengan tahun sekarang ini. Makanya, sudah sepantasnya kita jauh lebih waspada. Terlebih lagi, tumbukan lempeng yang menyusun Jawa Timur ini panjangnya sekitar 250 sampai 300 kilometer,’’ katanya.

Dia juga menjelaskan, perkembangan yang ada juga menunjukkan gempa sangat mungkin terjadi di berbagai titik di wilayah yang ada di sekitar zona subduksi, yakni zona tempat terjadinya tumbukan itu. Meski menurut penelitian aktivitas seismik yang terekam selama ini tidak merata, tetapi menurut Amien, justru hal itu yang perlu dijadikan perhatian.

“Jika sewajarnya intensitas gempa di setiap titik zona subduksi adalah sama, tetapi ditemukan zona dengan gap seismic, artinya ada kemungkinan lempengan terkunci dan akan lepas sewaktu-waktu,” jelasnya.



Untuk diketahui, permodelan BMKG selaras dengan sebuah penelitian yang juga menemukan potensi gempa berkekuatan besar di selatan Pulau Jawa. Penelitian dimaksud hasil kolaborasi 11 peneliti dari berbagai institusi berbeda dengan judul implikasi gempa bumi megathrust dan tsunami dari celah seismik di selatan Jawa Indonesia.

Seperti judulnya, riset yang di publish di jurnal ilmiah Nature ini meneliti berbagai sisi tentang seismic gap di selatan Pulau Jawa. Kajian para peneliti ini mengungkap relokasi gempa bumi yang dicatat oleh BMKG di Indonesia dan inversi data global positioning system (GPS) menunjukan ada celah seismik yang jelas di sebelah selatan Pulau Jawa.

Kesenjangan seismik itu diduga terkait dengan sumber potensi gempa megathrust di masa depan di wilayah tersebut. Untuk menilai bahaya gelombang yang akan terjadi, pemodelan tsunami dilakukan berdasarkan beberapa skenario yang melibatkan gempa bumi tsunamigenik besar yang ditimbulkan oleh pecahan di sepanjang segmen megathrust selatan Jawa.

Dari hasil pemodelan dalam penelitian ini menunjukkan skenario terburuknya jika 2 segmen megatrust di selatan Jawa pecah secara bersamaan, terdapat potensi tsunami dengan ketinggian maksimum hingga 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di Jawa Timur. Dalam skenario terburuk gempa megatrust tersebut, rata-rata ketinggian maksimum tsunami di seluruh pantai selatan Jawa adalah 4,5 meter.

Para peneliti dalam riset ini menyimpulkan hasil pemodelan mereka selaras dengan seruan untuk memperkuat Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (InaTEWS), khususnya di Jawa yang padat penduduk. Dalam penelitian itu juga disebutkan celah seismik di lepas pantai barat daya Sumatera, yang memiliki risiko untuk dapat terjadinya peristiwa megathrust di masa depan, telah dipelajari secara rinci.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1211 seconds (0.1#10.140)