Tak Cuma Puan Maharani, Nama-nama Ini Berpeluang Dampingi Prabowo di Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nama Ketua Umum Partai Gerindra yang kini menjabat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto seringkali masuk daftar kandidat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 mendatang di berbagai hasil survei.
Salah satunya survei Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) dan diumumkan pada Sabtu 8 Mei 2021, Prabowo berada di posisi pertama sebagai presiden 2024 dengan perolehan 57,1%.
Pada survei terbaru Indometer yang dirilis Jumat 7 Mei 2021, elektabilitas Prabowo sebagai calon presiden berada di urutan kedua dengan 17,4%. Kemudian, di survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang diumumkan pada Kamis 1 April 2021, Prabowo berada di urutan pertama dengan perolehan 20 persen pada kategori top of mind.
Selanjutnya, versi Lembaga survei KedaiKOPI yang diumumkan pada Senin 12 April 2021, nama Prabowo berada di puncak sebagai calon yang paling berpotensi maju Pilpres 2024 dengan perolehan 24,5%.
Begitu pula berdasarkan survei nasional Charta Politika Indonesia yang diumumkan pada Minggu 28 Maret 2021, Prabowo di posisi teratas dengan perolehan 19,6 persen dalam simulasi 12 nama yang disodorkan ke responden.
Sedangkan kriteria pendamping Prabowo di Pilpres mendatang, kata dia, tentunya memiliki elektabilitas yang tinggi. “Namun walaupun Puan elektabilitasnya rendah. Namun dia berangkat dari the rulling party (partai pemenang), yang banyak menguasai jabatan-jabatan politik untuk menekan kepala daerah agar mendukung mereka nanti,” pungkasnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara mengatakan jika Prabowo maju kembali dalam Pilpres 2024, maka sosok pendampingnya atau cawapres menjadi sangat penting. “Sebagai ketum parpol papan atas, Gerindra, menjabat Menhan, dan punya elektabilitas yang bagus, persoalan signifikan bagi mantan Danjen Kopassus itu bukan bisa maju atau tidak, tetapi bisa menang atau enggak,” kata Igor yang juga sebagai Direktur Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) ini.
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa prinsip utama dalam memilih cawapres di 2024 selain pertimbangan presidential threshold, figur tersebut harus yang bisa meningkatkan elektabilitas sebagai pasangan calon. Atau, lanjut dia, minimal Cawapres pendamping Prabowo itu tidak mengurangi tingkat keterpilihan mereka saat nanti berkontestasi dan berkompetisi.
“Yang kedua, karena Prabowo berlatar belakang militer, maka pasangannya harus dari kalangan sipil yang berusia lebih muda. Bisa menteri yang paham masalah ekonomi, Airlangga Hartarto atau Sandiaga Uno, bisa ketua DPR perempuan, Puan Maharani atau Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, bisa kepala daerah Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, atau berpasangan dengan ketum parpol berbasis massa Islam, seperti Muhaimin Iskandar. Diantara nama-nama tersebut, Prabowo Subianto lebih berpeluang maju di Pilpres 2024 bersama Puan Maharani (PDIP), Airlangga Hartarto (Golkar), atau Muhaimin Iskandar (PKB),” pungkasnya. Baca juga: Momen Heroik Paspampres Todongkan Senjata ke Agen Mossad Israel
Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengungkapkan berdasarkan survei terbaru KedaiKOPI, pasangan calon presiden dan wakil presiden yang paling menarik pemilih adalah kombinasi antara tokoh berlatarbelakang militer dengan sipil. “Itu ada 41 persen yang bilang militer dan sipil. Sedangkan kalau militer dengan militer itu hanya 11,7 persen,” kata Kunto.
Jadi, kata dia, pendamping Prabowo di Pilpres mendatang harus dari sipil. Dia menambahkan, sipil ini bisa dari beragam profesi, misalnya dari kepala daerah, pengusaha, professional, menteri atau eks menteri. “Jadi menurut saya, ada banyak pilihan tuh yang sudah mengerucut. Kalau kriteria jenis kelamin, kebanyakan laki-laki dengan laki-laki, itu ada 81,3 persen yang bilang bahwa presidennya laki-laki, calon wakil presidennya laki-laki itu akan lebih menarik bagi pemilih,” tuturnya.
Mengenai nama-nama yang bisa dilirik Prabowo untuk dijadikan pendampingnya di Pilpres mendatang, menurut dia ada banyak. “Misalnya tokoh antikorupsi karena korupsi jadi vocal point selama Pemerintahan Jokowi ini, apalagi dengan isu KPK kemarin. Menurut saya, tokoh antikorupsi seperti Abraham Samad atau Sudirman Said bisa jadi pilihan,” ungkapnya.
Jika pendampingnya berlatarbelakang kepala daerah, kata dia, ada banyak lagi pilihannya. “Ada Ganjar Pranowo, ada Zulkiflimansyah yang dari timur, atau beberapa kepala daerah yang lain,” sambungnya.
Kemudian, kata dia, banyak juga menteri atau mantan menteri yang bisa dipertimbangkan menjadi pendamping Prabowo di Pilpres mendatang. “Ada Erick Thohir misalnya, kalau mau lebih kontroversial lebih populis lagi mungkin Susi Pudjiastuti bisa jadi pilihan. Jadi menurut saya, pilihannya ada banyak, dan enggak ada pilihan ideal, yang jelas harus kembali ke strateginya Gerindra dan Pak Prabowo dulu, strateginya bagaimana begitu,” tuturnya.
Salah satunya survei Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) dan diumumkan pada Sabtu 8 Mei 2021, Prabowo berada di posisi pertama sebagai presiden 2024 dengan perolehan 57,1%.
Pada survei terbaru Indometer yang dirilis Jumat 7 Mei 2021, elektabilitas Prabowo sebagai calon presiden berada di urutan kedua dengan 17,4%. Kemudian, di survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang diumumkan pada Kamis 1 April 2021, Prabowo berada di urutan pertama dengan perolehan 20 persen pada kategori top of mind.
Selanjutnya, versi Lembaga survei KedaiKOPI yang diumumkan pada Senin 12 April 2021, nama Prabowo berada di puncak sebagai calon yang paling berpotensi maju Pilpres 2024 dengan perolehan 24,5%.
Begitu pula berdasarkan survei nasional Charta Politika Indonesia yang diumumkan pada Minggu 28 Maret 2021, Prabowo di posisi teratas dengan perolehan 19,6 persen dalam simulasi 12 nama yang disodorkan ke responden.
Sedangkan kriteria pendamping Prabowo di Pilpres mendatang, kata dia, tentunya memiliki elektabilitas yang tinggi. “Namun walaupun Puan elektabilitasnya rendah. Namun dia berangkat dari the rulling party (partai pemenang), yang banyak menguasai jabatan-jabatan politik untuk menekan kepala daerah agar mendukung mereka nanti,” pungkasnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara mengatakan jika Prabowo maju kembali dalam Pilpres 2024, maka sosok pendampingnya atau cawapres menjadi sangat penting. “Sebagai ketum parpol papan atas, Gerindra, menjabat Menhan, dan punya elektabilitas yang bagus, persoalan signifikan bagi mantan Danjen Kopassus itu bukan bisa maju atau tidak, tetapi bisa menang atau enggak,” kata Igor yang juga sebagai Direktur Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) ini.
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa prinsip utama dalam memilih cawapres di 2024 selain pertimbangan presidential threshold, figur tersebut harus yang bisa meningkatkan elektabilitas sebagai pasangan calon. Atau, lanjut dia, minimal Cawapres pendamping Prabowo itu tidak mengurangi tingkat keterpilihan mereka saat nanti berkontestasi dan berkompetisi.
“Yang kedua, karena Prabowo berlatar belakang militer, maka pasangannya harus dari kalangan sipil yang berusia lebih muda. Bisa menteri yang paham masalah ekonomi, Airlangga Hartarto atau Sandiaga Uno, bisa ketua DPR perempuan, Puan Maharani atau Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, bisa kepala daerah Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, atau berpasangan dengan ketum parpol berbasis massa Islam, seperti Muhaimin Iskandar. Diantara nama-nama tersebut, Prabowo Subianto lebih berpeluang maju di Pilpres 2024 bersama Puan Maharani (PDIP), Airlangga Hartarto (Golkar), atau Muhaimin Iskandar (PKB),” pungkasnya. Baca juga: Momen Heroik Paspampres Todongkan Senjata ke Agen Mossad Israel
Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengungkapkan berdasarkan survei terbaru KedaiKOPI, pasangan calon presiden dan wakil presiden yang paling menarik pemilih adalah kombinasi antara tokoh berlatarbelakang militer dengan sipil. “Itu ada 41 persen yang bilang militer dan sipil. Sedangkan kalau militer dengan militer itu hanya 11,7 persen,” kata Kunto.
Jadi, kata dia, pendamping Prabowo di Pilpres mendatang harus dari sipil. Dia menambahkan, sipil ini bisa dari beragam profesi, misalnya dari kepala daerah, pengusaha, professional, menteri atau eks menteri. “Jadi menurut saya, ada banyak pilihan tuh yang sudah mengerucut. Kalau kriteria jenis kelamin, kebanyakan laki-laki dengan laki-laki, itu ada 81,3 persen yang bilang bahwa presidennya laki-laki, calon wakil presidennya laki-laki itu akan lebih menarik bagi pemilih,” tuturnya.
Mengenai nama-nama yang bisa dilirik Prabowo untuk dijadikan pendampingnya di Pilpres mendatang, menurut dia ada banyak. “Misalnya tokoh antikorupsi karena korupsi jadi vocal point selama Pemerintahan Jokowi ini, apalagi dengan isu KPK kemarin. Menurut saya, tokoh antikorupsi seperti Abraham Samad atau Sudirman Said bisa jadi pilihan,” ungkapnya.
Jika pendampingnya berlatarbelakang kepala daerah, kata dia, ada banyak lagi pilihannya. “Ada Ganjar Pranowo, ada Zulkiflimansyah yang dari timur, atau beberapa kepala daerah yang lain,” sambungnya.
Kemudian, kata dia, banyak juga menteri atau mantan menteri yang bisa dipertimbangkan menjadi pendamping Prabowo di Pilpres mendatang. “Ada Erick Thohir misalnya, kalau mau lebih kontroversial lebih populis lagi mungkin Susi Pudjiastuti bisa jadi pilihan. Jadi menurut saya, pilihannya ada banyak, dan enggak ada pilihan ideal, yang jelas harus kembali ke strateginya Gerindra dan Pak Prabowo dulu, strateginya bagaimana begitu,” tuturnya.
(dam)