Kalau Pendukung Palestina Kuat, Israel Main Petasan Saja Enggak Berani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagian masyarakat dunia marah terhadap aksi Israel yang melakukan serangan brutal terhadap Palestina. Alhasil, kecaman hingga aksi turun ke jalan pun dilakukan warga di banyak negara sebagai bentuk protes.
Aksi juga dilakukan di Indonesia, negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Lalu apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk Palestina? Juga negara-negara Muslim di dunia untuk menghentikan serangan Israel?
Sementara itu Konflik yang terjadi telah puluhan tahun dan pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel terus dilakukan hingga tersisa 30% saja, berdasarkan peta wilayah tahun 1964.
Penulis sekaligus motivator yang memiliki perhatian besar terhadap Palestina, Ippho Santosa menjelaskan, agresi Israel terhadap Palestina telah berlangsung puluhan tahun.
"Bahkan saya mencatat, angka selama 12 tahun terakhir ini, korban yang ditimbulkan akibat agresi mereka sudah ribuan," tuturnya saat berbicara dalam diskusi yang digelar Dompet Dhuafa, Rabu 19 Mei 2021 siang.
Dia mengatakan, selama puluhan tahun itu, dunia internasional diam. Sebagai negara, Palestina bahkan dianggap tidak ada. Seolah-olah dunia seperti membenarkan apa yang dilakukan oleh Israel.
"Tahun 2013, saya jalan-jalan ke halaman kantor PBB. Di sana, ada 100 lebih bendera. Saya cek satu persatu. Saya ingin tahu, ada tidak bendera Palestina. Ternyata tidak ada. Baru 2015, ada bendera Palestina," tuturnya.
Diamnya dunia internasional, terhadap agresi Israel, tentu bukan tanpa sebab. Israel dilindungi oleh kekuatan ekonomi besar dari negara-negara sekutunya yang ada di seluruh dunia. Sedangkan Palestina negara miskin.
"Masalahnya karena kita yang lemah, dan negara-negara Muslim juga lemah. Jadi orang seenaknya. Coba Palestina kuat dan negara sekutunya kuat, orang pasti enggak berani sembarangan melakukan itu," sambungnya.
Dia mengambil contoh Amerika Serikat. Salah satu negara pendukung Israel ini memiliki banyak sekali pengusaha. Jumlahnya sekira 37 juta. Di tangan para pengusaha ini, kekuatan ekonomi dunia telah dikendalikan.
"Sebenarnya kekuatan negara-negara sekutu Israel ini, bersama kelompok-kelompoknya itu kuatnya luar biasa. Contoh kita lihat Amerika Serikat. Amerika ini, jumlah pengusahanya saja ada sebanyak 37 juta orang," bebernya.
Satu pengusaha di Amerika Serikat, pemilik Amazon, Jeff Bezos, kekuatan ekonominya sama dengan New Zaeland. Sementara kekayaan bos Facebook, Mark Zuckerberg, telah setara kekayaan tiga negara di dunia.
"Kalau pemilik Tesla, Elon Musk, kekuatannya sama dengan APBN Indonesia tahun 2020. Jadi kita untuk makan 270 juta orang selama setahun, sama dengan kekuatan ekonominya pemilik Tesla. Itu baru tiga orang," tegasnya.
Dengan sumber kekuatan ekonomi ini, Israel merasa sangat kuat. Sedang kekayaan negara-negara Muslim, seperti Arab Saudi dan Qatar, sangat jauh di bawah kekuatan itu. "Sekarang jumlah negara yang mengakui Palestina dan Israel, lebih banyak Israel saat ini dan negaranya maju-maju. Jadi kalau kita ngomong negara kayanya Arab Saudi dan Qatar, enggak ada apa-apanya," sambungnya.
Dalam perang ini, Palestina dan negara yang mendukungnya tidak punya modal atau kekuatan ekonomi besar. Seperti Indonesia yang tidak berpunya, hanya mengecam saja. "Ya, kita kalah kuat, kalah kaya dengan negara-negara lain. Nah itu, jadi dengan ini saja kita dihadapkan dengan ketimpangan yang luar biasa. Lalu Palestina sekutunya siapa? Ternyata hampir enggak ada," ujarnya.
Lebih lanjut, Ippho menambahkan, teori yang mengatakan, pendudukan Israel terhadap Palestina karena soal agama atau perang suci, menurutnya hanya omong kosong saja. "Kalau kita orang Indonesia sekuat Amerika, atau Malaysia sekuat Uni Eropa, dan kita bilang ini Palestina jangan diganggu, ini sekutu kami. Saya yakin, itu Israel main petasan saja enggak bakalan berani," katanya.
Aksi juga dilakukan di Indonesia, negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Lalu apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk Palestina? Juga negara-negara Muslim di dunia untuk menghentikan serangan Israel?
Sementara itu Konflik yang terjadi telah puluhan tahun dan pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel terus dilakukan hingga tersisa 30% saja, berdasarkan peta wilayah tahun 1964.
Penulis sekaligus motivator yang memiliki perhatian besar terhadap Palestina, Ippho Santosa menjelaskan, agresi Israel terhadap Palestina telah berlangsung puluhan tahun.
"Bahkan saya mencatat, angka selama 12 tahun terakhir ini, korban yang ditimbulkan akibat agresi mereka sudah ribuan," tuturnya saat berbicara dalam diskusi yang digelar Dompet Dhuafa, Rabu 19 Mei 2021 siang.
Dia mengatakan, selama puluhan tahun itu, dunia internasional diam. Sebagai negara, Palestina bahkan dianggap tidak ada. Seolah-olah dunia seperti membenarkan apa yang dilakukan oleh Israel.
"Tahun 2013, saya jalan-jalan ke halaman kantor PBB. Di sana, ada 100 lebih bendera. Saya cek satu persatu. Saya ingin tahu, ada tidak bendera Palestina. Ternyata tidak ada. Baru 2015, ada bendera Palestina," tuturnya.
Diamnya dunia internasional, terhadap agresi Israel, tentu bukan tanpa sebab. Israel dilindungi oleh kekuatan ekonomi besar dari negara-negara sekutunya yang ada di seluruh dunia. Sedangkan Palestina negara miskin.
"Masalahnya karena kita yang lemah, dan negara-negara Muslim juga lemah. Jadi orang seenaknya. Coba Palestina kuat dan negara sekutunya kuat, orang pasti enggak berani sembarangan melakukan itu," sambungnya.
Dia mengambil contoh Amerika Serikat. Salah satu negara pendukung Israel ini memiliki banyak sekali pengusaha. Jumlahnya sekira 37 juta. Di tangan para pengusaha ini, kekuatan ekonomi dunia telah dikendalikan.
"Sebenarnya kekuatan negara-negara sekutu Israel ini, bersama kelompok-kelompoknya itu kuatnya luar biasa. Contoh kita lihat Amerika Serikat. Amerika ini, jumlah pengusahanya saja ada sebanyak 37 juta orang," bebernya.
Satu pengusaha di Amerika Serikat, pemilik Amazon, Jeff Bezos, kekuatan ekonominya sama dengan New Zaeland. Sementara kekayaan bos Facebook, Mark Zuckerberg, telah setara kekayaan tiga negara di dunia.
"Kalau pemilik Tesla, Elon Musk, kekuatannya sama dengan APBN Indonesia tahun 2020. Jadi kita untuk makan 270 juta orang selama setahun, sama dengan kekuatan ekonominya pemilik Tesla. Itu baru tiga orang," tegasnya.
Dengan sumber kekuatan ekonomi ini, Israel merasa sangat kuat. Sedang kekayaan negara-negara Muslim, seperti Arab Saudi dan Qatar, sangat jauh di bawah kekuatan itu. "Sekarang jumlah negara yang mengakui Palestina dan Israel, lebih banyak Israel saat ini dan negaranya maju-maju. Jadi kalau kita ngomong negara kayanya Arab Saudi dan Qatar, enggak ada apa-apanya," sambungnya.
Dalam perang ini, Palestina dan negara yang mendukungnya tidak punya modal atau kekuatan ekonomi besar. Seperti Indonesia yang tidak berpunya, hanya mengecam saja. "Ya, kita kalah kuat, kalah kaya dengan negara-negara lain. Nah itu, jadi dengan ini saja kita dihadapkan dengan ketimpangan yang luar biasa. Lalu Palestina sekutunya siapa? Ternyata hampir enggak ada," ujarnya.
Lebih lanjut, Ippho menambahkan, teori yang mengatakan, pendudukan Israel terhadap Palestina karena soal agama atau perang suci, menurutnya hanya omong kosong saja. "Kalau kita orang Indonesia sekuat Amerika, atau Malaysia sekuat Uni Eropa, dan kita bilang ini Palestina jangan diganggu, ini sekutu kami. Saya yakin, itu Israel main petasan saja enggak bakalan berani," katanya.
(dam)