Diretas, Akun WA Anggota ICW dan Eks Pimpinan KPK Dikirimi Video Porno
loading...
A
A
A
JAKARTA - Akun WhatsApp anggota Indonesian Corruption Watch (ICW) dan mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diretas. Peretasan itu dilakukan saat acara Konferensi Pers (Konpers) konpers secara virtual sedang berlangsung. Konpers untuk menyikapi pembebastugasan 75 pegawai KPK yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) tersebut, diretas dengan cara memunculkan gambar dan video porno, hingga percobaan pembajakan akun WhatsApp.
Peneliti ICW, Wana Alamsyah mengidentifikasi ada sembilan upaya peretasan dalam konpers tersebut. "Sepanjang jalannya konferensi pers, setidaknya ada sembilan pola peretasan atau gangguan yang dialami," kata Wana melalui keterangan resminya, Senin (17/5/2021).
Upaya peretasan pertama, beber Wana, adanya orang yang menggunakan nama para pembicara untuk masuk ke media zoom. Tak hanya itu, nama para staf ICW juga digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk bisa masuk dan mengikuti konpers lewat media zoom. "Ketiga, menunjukkan foto dan video porno di dalam ruangan zoom. Keempat, mematikan mic dan video para pembicara. Kelima, membajak akun ojek online Nisa Rizkiah puluhan kali guna mengganggu konsentrasinya sebagai moderator acara," imbuhnya
Keenam, sambung dia, ada pihak yang coba mengambil alih akun WhatsApp delapan staf ICW. Di mana, sebagian nomor staf ICW ada yang di-take over, dan ada pula yang sudah berhasil dipulihkan. Sedangkan beberapa orang lainnya, mengalami percobaan. "Ketujuh, beberapa orang yang nomor Whatsappnya diretas sempat mendapatkan telepon masuk menggunakan nomor luar negeri (Amerika Serikat) dan juga puluhan kali dari nomor asal provider Telkomsel," ungkapnya.
Sementara percobaan peretasan kedelapan yakni dengan mengambil alih akun telegram dan e-mail beberapa staf ICW. Namun, kata Wana, upaya pengambialihan tersebut gagal. Sembilan, tautan yang diberikan kepada pembicara mantan pimpinan KPK, Abraham Samad tidak dapat diakses tanpa alasan yang jelas. "Penting untuk diingat, bahwa upaya pembajakan ini bukan kali pertama terjadi pada aktivis masyarakat sipil. Sebelumnya, pada kontroversi proses pemilihan Pimpinan KPK, revisi UU KPK 2019, UU Minerba, serta UU Cipta Kerja praktik ini pernah terjadi," bebernya.
Berdasarkan data yang dihimpun Wana, peretasan tersebut bukan hanya dialami oleh ICW saja. Kata dia, anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan Lokataru juga pernah mengalami hal serupa. "ICW menduga ini dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak sepakat dengan advokasi masyarakat sipil terkait penguatan pemberantasan korupsi. Pembungkaman suara kritis warga melalui serangan digital merupakan cara baru yang anti demokrasi. Maka dari itu, kami mengecam segala tindakan-tindakan itu dan mendesak agar penegak hukum menelusuri serta menindak pihak yang ingin berusaha untuk membatasi suara kritis warga negara," pungkasnya.
Sekadar informasi, ICW menyelenggarakan konpers secara virtual dengan tema 'Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai'. Dalam konpers tersebut, turut hadir sejumlah pembicara yang merupakan mantan pimpinan KPK. Mereka yakni, Busyro Muqoddas; Adnan Pandu Praja; Saut Situmorang; Moch Jasin; Bambang Widjojanto; serta Agus Rahardjo.
Peneliti ICW, Wana Alamsyah mengidentifikasi ada sembilan upaya peretasan dalam konpers tersebut. "Sepanjang jalannya konferensi pers, setidaknya ada sembilan pola peretasan atau gangguan yang dialami," kata Wana melalui keterangan resminya, Senin (17/5/2021).
Upaya peretasan pertama, beber Wana, adanya orang yang menggunakan nama para pembicara untuk masuk ke media zoom. Tak hanya itu, nama para staf ICW juga digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk bisa masuk dan mengikuti konpers lewat media zoom. "Ketiga, menunjukkan foto dan video porno di dalam ruangan zoom. Keempat, mematikan mic dan video para pembicara. Kelima, membajak akun ojek online Nisa Rizkiah puluhan kali guna mengganggu konsentrasinya sebagai moderator acara," imbuhnya
Keenam, sambung dia, ada pihak yang coba mengambil alih akun WhatsApp delapan staf ICW. Di mana, sebagian nomor staf ICW ada yang di-take over, dan ada pula yang sudah berhasil dipulihkan. Sedangkan beberapa orang lainnya, mengalami percobaan. "Ketujuh, beberapa orang yang nomor Whatsappnya diretas sempat mendapatkan telepon masuk menggunakan nomor luar negeri (Amerika Serikat) dan juga puluhan kali dari nomor asal provider Telkomsel," ungkapnya.
Sementara percobaan peretasan kedelapan yakni dengan mengambil alih akun telegram dan e-mail beberapa staf ICW. Namun, kata Wana, upaya pengambialihan tersebut gagal. Sembilan, tautan yang diberikan kepada pembicara mantan pimpinan KPK, Abraham Samad tidak dapat diakses tanpa alasan yang jelas. "Penting untuk diingat, bahwa upaya pembajakan ini bukan kali pertama terjadi pada aktivis masyarakat sipil. Sebelumnya, pada kontroversi proses pemilihan Pimpinan KPK, revisi UU KPK 2019, UU Minerba, serta UU Cipta Kerja praktik ini pernah terjadi," bebernya.
Berdasarkan data yang dihimpun Wana, peretasan tersebut bukan hanya dialami oleh ICW saja. Kata dia, anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan Lokataru juga pernah mengalami hal serupa. "ICW menduga ini dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak sepakat dengan advokasi masyarakat sipil terkait penguatan pemberantasan korupsi. Pembungkaman suara kritis warga melalui serangan digital merupakan cara baru yang anti demokrasi. Maka dari itu, kami mengecam segala tindakan-tindakan itu dan mendesak agar penegak hukum menelusuri serta menindak pihak yang ingin berusaha untuk membatasi suara kritis warga negara," pungkasnya.
Sekadar informasi, ICW menyelenggarakan konpers secara virtual dengan tema 'Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai'. Dalam konpers tersebut, turut hadir sejumlah pembicara yang merupakan mantan pimpinan KPK. Mereka yakni, Busyro Muqoddas; Adnan Pandu Praja; Saut Situmorang; Moch Jasin; Bambang Widjojanto; serta Agus Rahardjo.
(cip)