Keteladanan, Bimbingan, dan Dorongan dalam Manajemen Pemerintahan
loading...
A
A
A
Hafidz Muksin
Perencana Ahli Madya Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud
MOMENTUM Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei yang bertepatan dengan bulan suci Ramadan tahun ini memiliki arti penting untuk introspeksi (muhasabah) apakah semboyan Tutwuri Handayani yang dijadikan sebagai logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah dapat kita wujudkan secara nyata dalam tata kelola manajemen pemerintahan yang bersih dan melayani?
Makna ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani yang Ki Hajar Dewantara ajarkan sangatlah bijak, yakni agar “saat kita di depan dapat memberi suri teladan yang baik, saat di tengah dapat membimbing, memberikan motivasi, semangat, menciptakan situasi kondusif, dan saat di belakang dapat memberikan dorongan, baik moril maupun tindakan nyata”.
Tiga kekuatan dalam organisasi kita pada lini depan, lini tengah, dan lini belakang apabila dapat bersinergi dan kompak menyusun strategi perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan tentu akan mudah menciptakan gol (output) sesuai dengan target yang dijanjikan oleh masing-masing pimpinan satuan kerjanya pada awal tahun.
Keteladanan seorang pemimpin sebagai anutan (role model), baik dalam ucapan maupun tindakan, amatlah penting dalam memimpin sebuah organisasi maupun kehidupan bermasyarakat. Pilar utama keteladanan adalah pada akhlak mulia (akhlakul karimah) yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dalam Islam dan juga ajaran agama lainnya, akhlak ditempatkan dalam posisi penting yang harus dipegang teguh para pemeluknya. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. Bahkan, dalam menilai keimanan seseorang, kita juga diminta untuk menilai bagaimana akhlak yang bersangkutan. “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,” pesan Nabi Muhammad SAW.
Pemimpin di samping harus memiliki keteladanan dalam tugasnya di garda depan, juga harus pula didukung dan disuplai oleh para pejabat yang menempati posisi di lini tengah. Keberadaan lini tengah dalam organisasi tidaklah kalah penting. Ibarat dalam skema tim sepak bola, lini tengah merupakan pengatur strategi (playmaker) dalam menciptakan gol dan juga antisipasi terhadap serangan balik (ancaman/tantangan) yang dihadapi.
Peran penting mereka dalam manajemen organisasi harus ditunjukkan dengan memberikan bimbingan kepada para pegawai sekaligus menjadi inspirator, kreator, koordinator, dan inovator dalam mewujudkan tujuan organisasi serta melaksanakan program dan kegiatan prioritas yang ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh George R Terry bahwa manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Di sinilah peran penting para pejabat yang mengampu organisasi sebagai manajer dalam menjalankan fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (bimbingan), dan pengawasan. Komunikasi yang efektif dalam menggelorakan strategi, bimbingan/arahan yang jelas dan sistematis, akan mempercepat proses kerja sama dan kolaborasi antarfungsi dan substansi sehingga membentuk harmoni yang indah sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Tidak hanya bimbingan, namun integritas dan keselarasan pikiran, ucapan dan tindakan harus diwujudkan secara nyata.
Bila pemimpin telah memberikan teladan dan pejabat/manajer telah memiliki skema strategi yang sistematis, jelas, dan terukur, kini tinggal lini belakang yang menjadi motor pelaksana program dan kegiatan yang harus bekerja dengan profesional, akuntabel, dan kreatif. Cara-cara lama yang hanya bersifat rutinitas harus ditinggalkan, digantikan dengan cara-cara baru dengan mengoptimalkan pada pemanfaatan teknologi dan informasi serta efisiensi sumber daya yang dimiliki.
Sejatinya, para pegawai harus bekerja dengan penuh semangat dan keikhlasan sebagai sebuah tugas dan tanggung jawab serta pengabdian. Perlu kolektivitas dorongan dan semangat untuk menyuplai ide, gagasan baru, dan konsep yang ditawarkan kepada pemimpin, baik sebagai terobosan pola pikir maupun pola kerja. Untuk itu, fasilitasi dan dukungan kepada para pegawai agar dapat melaksanakan kreativitas dan inovasi perlu ditingkatkan. Peningkatan kompetensi pegawai sesuai dengan tuntutan tugas dan tanggung jawabnya menjadi modal penting agar mereka terus memiliki integritas yang tinggi, daya kritis dan analisis, serta daya dobrak sebagai agen perubahan.
Perencana Ahli Madya Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud
MOMENTUM Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei yang bertepatan dengan bulan suci Ramadan tahun ini memiliki arti penting untuk introspeksi (muhasabah) apakah semboyan Tutwuri Handayani yang dijadikan sebagai logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah dapat kita wujudkan secara nyata dalam tata kelola manajemen pemerintahan yang bersih dan melayani?
Makna ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani yang Ki Hajar Dewantara ajarkan sangatlah bijak, yakni agar “saat kita di depan dapat memberi suri teladan yang baik, saat di tengah dapat membimbing, memberikan motivasi, semangat, menciptakan situasi kondusif, dan saat di belakang dapat memberikan dorongan, baik moril maupun tindakan nyata”.
Tiga kekuatan dalam organisasi kita pada lini depan, lini tengah, dan lini belakang apabila dapat bersinergi dan kompak menyusun strategi perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan tentu akan mudah menciptakan gol (output) sesuai dengan target yang dijanjikan oleh masing-masing pimpinan satuan kerjanya pada awal tahun.
Keteladanan seorang pemimpin sebagai anutan (role model), baik dalam ucapan maupun tindakan, amatlah penting dalam memimpin sebuah organisasi maupun kehidupan bermasyarakat. Pilar utama keteladanan adalah pada akhlak mulia (akhlakul karimah) yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dalam Islam dan juga ajaran agama lainnya, akhlak ditempatkan dalam posisi penting yang harus dipegang teguh para pemeluknya. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. Bahkan, dalam menilai keimanan seseorang, kita juga diminta untuk menilai bagaimana akhlak yang bersangkutan. “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,” pesan Nabi Muhammad SAW.
Pemimpin di samping harus memiliki keteladanan dalam tugasnya di garda depan, juga harus pula didukung dan disuplai oleh para pejabat yang menempati posisi di lini tengah. Keberadaan lini tengah dalam organisasi tidaklah kalah penting. Ibarat dalam skema tim sepak bola, lini tengah merupakan pengatur strategi (playmaker) dalam menciptakan gol dan juga antisipasi terhadap serangan balik (ancaman/tantangan) yang dihadapi.
Peran penting mereka dalam manajemen organisasi harus ditunjukkan dengan memberikan bimbingan kepada para pegawai sekaligus menjadi inspirator, kreator, koordinator, dan inovator dalam mewujudkan tujuan organisasi serta melaksanakan program dan kegiatan prioritas yang ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh George R Terry bahwa manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Di sinilah peran penting para pejabat yang mengampu organisasi sebagai manajer dalam menjalankan fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (bimbingan), dan pengawasan. Komunikasi yang efektif dalam menggelorakan strategi, bimbingan/arahan yang jelas dan sistematis, akan mempercepat proses kerja sama dan kolaborasi antarfungsi dan substansi sehingga membentuk harmoni yang indah sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Tidak hanya bimbingan, namun integritas dan keselarasan pikiran, ucapan dan tindakan harus diwujudkan secara nyata.
Bila pemimpin telah memberikan teladan dan pejabat/manajer telah memiliki skema strategi yang sistematis, jelas, dan terukur, kini tinggal lini belakang yang menjadi motor pelaksana program dan kegiatan yang harus bekerja dengan profesional, akuntabel, dan kreatif. Cara-cara lama yang hanya bersifat rutinitas harus ditinggalkan, digantikan dengan cara-cara baru dengan mengoptimalkan pada pemanfaatan teknologi dan informasi serta efisiensi sumber daya yang dimiliki.
Sejatinya, para pegawai harus bekerja dengan penuh semangat dan keikhlasan sebagai sebuah tugas dan tanggung jawab serta pengabdian. Perlu kolektivitas dorongan dan semangat untuk menyuplai ide, gagasan baru, dan konsep yang ditawarkan kepada pemimpin, baik sebagai terobosan pola pikir maupun pola kerja. Untuk itu, fasilitasi dan dukungan kepada para pegawai agar dapat melaksanakan kreativitas dan inovasi perlu ditingkatkan. Peningkatan kompetensi pegawai sesuai dengan tuntutan tugas dan tanggung jawabnya menjadi modal penting agar mereka terus memiliki integritas yang tinggi, daya kritis dan analisis, serta daya dobrak sebagai agen perubahan.