Wapres: Ajarkan Islam yang Ramah, Bukan Islam yang Marah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin berpesan agar Mathla'ul Anwar mengajarkan Islam yang ramah, bukan Islam yang marah. Hal ini diungkapkan Wapres saat menutup Muktamar ke-20 Mathla'ul Anwar.
"Saya meminta Mathla'ul Anwar terus menjaga komitmen dan khittah-nya dengan terus mengajarkan Islam yang wasathy, yaitu Islam yang ramah, bukan Islam yang marah," ujar Ma'ruf Amin dari Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Sabtu (3/4/2021).
Ma'ruf Amin juga menekankan, ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin harus disampaikan dengan penuh kelembutan dan kedamaian, bukan mengedepankan konflik, apalagi cara kekerasan.
"Dakwah Islam harus kita jalankan dengan cara dan narasi yang sejuk, narasi kerukunan, bukan narasi konflik apalagi dengan cara kekerasan. Dakwah wasathy juga merupakan tradisi dakwah yang diajarkan oleh Pendiri Mathla’ul Anwar KH. Mas Abdurrahman," tegasnya.
"Dalam kaitan itu, saya menyampaikan penghargaan atas respons cepat Mathla'ul Anwar mengutuk peristiwa kekerasan yang terjadi beberapa hari belakangan ini, baik di Makassar maupun Jakarta," sambungnya.
Karena itu, Ma'ruf Amin menekankan pentingnya Mathla'ul Anwar membenahi ribuan satuan pendidikan di bawah pengelolaannya sebagai langkah awal untuk menata umat secara luas dalam bingkai persatuan dan kemajuan bangsa Indonesia.
"Tema (Muktamar) 'Menata Umat, Merekat Bangsa' sangatlah tepat, tidak saja bagi Mathla'ul Anwar, tapi juga segenap organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan di Indonesia, karena kita semua telah sepakat untuk mewujudkan cita-cita bersama, yaitu Indonesia yang rukun, bersatu, adil, dan maju," tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ma’ruf Amin juga meminta Mathla'ul Anwar menjalankan tugas keulamaan yaitu iqamatul mashalih wal manafi', membangun kemaslahatan dan kemanfaatan, dan izalatul mafasid wal adhrar, menghilangkan kerusakan-kerusakan dan bahaya.
"Bahaya yang sedang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah Covid-19 yang juga merupakan bahaya global (ad-dhararul áam). Oleh karena itu menjadi kewajiban kita semua untuk menangkal bahaya tersebut," pungkasnya.
"Saya meminta Mathla'ul Anwar terus menjaga komitmen dan khittah-nya dengan terus mengajarkan Islam yang wasathy, yaitu Islam yang ramah, bukan Islam yang marah," ujar Ma'ruf Amin dari Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Sabtu (3/4/2021).
Ma'ruf Amin juga menekankan, ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin harus disampaikan dengan penuh kelembutan dan kedamaian, bukan mengedepankan konflik, apalagi cara kekerasan.
"Dakwah Islam harus kita jalankan dengan cara dan narasi yang sejuk, narasi kerukunan, bukan narasi konflik apalagi dengan cara kekerasan. Dakwah wasathy juga merupakan tradisi dakwah yang diajarkan oleh Pendiri Mathla’ul Anwar KH. Mas Abdurrahman," tegasnya.
"Dalam kaitan itu, saya menyampaikan penghargaan atas respons cepat Mathla'ul Anwar mengutuk peristiwa kekerasan yang terjadi beberapa hari belakangan ini, baik di Makassar maupun Jakarta," sambungnya.
Karena itu, Ma'ruf Amin menekankan pentingnya Mathla'ul Anwar membenahi ribuan satuan pendidikan di bawah pengelolaannya sebagai langkah awal untuk menata umat secara luas dalam bingkai persatuan dan kemajuan bangsa Indonesia.
"Tema (Muktamar) 'Menata Umat, Merekat Bangsa' sangatlah tepat, tidak saja bagi Mathla'ul Anwar, tapi juga segenap organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan di Indonesia, karena kita semua telah sepakat untuk mewujudkan cita-cita bersama, yaitu Indonesia yang rukun, bersatu, adil, dan maju," tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ma’ruf Amin juga meminta Mathla'ul Anwar menjalankan tugas keulamaan yaitu iqamatul mashalih wal manafi', membangun kemaslahatan dan kemanfaatan, dan izalatul mafasid wal adhrar, menghilangkan kerusakan-kerusakan dan bahaya.
"Bahaya yang sedang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah Covid-19 yang juga merupakan bahaya global (ad-dhararul áam). Oleh karena itu menjadi kewajiban kita semua untuk menangkal bahaya tersebut," pungkasnya.