Pemilih Jokowi Bermigrasi ke Ganjar Ketimbang Puan karena Popularitas dan Kepantasan

Jum'at, 02 April 2021 - 10:53 WIB
loading...
Pemilih Jokowi Bermigrasi ke Ganjar Ketimbang Puan karena Popularitas dan Kepantasan
Ganjar Pranowo lebih dipilih loyalis Jokowi daripada Puan Maharani karena faktor popularitas. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Perpindahan dukungan pemilih tak berbading lurus dengan dukungan pemilih pada saat pemilu dilaksanakan. Hal itu dikatakan Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam menanggapi survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

Hasil survei menyebutkan data bahwa 18,4 persen pendukung setia Presiden Jokowi memilih memindahkan dukungan ke Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berdasarkan awarenes (kedikenalan) figur yang masuk top of mind Capres 2024 tanpa menyertakan Jokowi.



Menurut Arman, jika yang dipertanyakan adalah dominasi pendukung Jokowi lebih memilih Ganjar dari figur lain, secara teori politik wajar karena Ganjar saat ini cukup cemerlang dalam bursa Pilpres 2024. Bahkan, Arman mengatakan, Survei Nasional IPS terbaru Ganjar masuk dalam radar 3 besar calon terkuat yang berasal dari kader internal PDIP.

"Secara kedekatan partai Jokowi dan Ganjar sama-sama kader PDIP dalam rangka dukung mendukung calon presiden bukan hal yang istimewa," ujarnya saat dihubungi, Jumat (2/4/2021).

Kemudian, jika pertanyaan yang disodorkan ke responden mengapa bukan Puan Maharani yang mendulang muntahan dukungan pemilih setia Jokowi, sedangkan Puan adalah anak Ketua Umum PDIP dan trah Soekarno.



"Tentu publik memiliki pertimbangan lain. Bisa saja terkait popularitas, kesukaan dan kepantasannya (Puan) masih dinilai kurang dibanding Ganjar yang sama-sama kader PDIP," ungkapnya.

Di luar soal migrasi dukungan pemilih Jokowi ke sejumlah figur, termasuk ke kader-kader PDIP, menurut Arman, yang perlu diperhatikan adalah kemenangan dalam pertarungan pemilihan umum baik tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota sampai pemilihan tingkat desa, faktor figur adalah penentu kemenangan.

"Secanggih apa figur itu bisa memimpin dan bukan partai, ormas atau trah siapa karena kembali kepada kapasitas, personalitas dan intelektualitas calon yang dipertaruhkan," kata dia.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1324 seconds (0.1#10.140)