Marwan Jafar: BUMN Farmasi Mesti Kuat, Strategis dan Solutif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diminta lebih kreatif, cerdas, bermanfaat bagi mayoritas warga masyarakat serta bagi negara. Terutama dalam memainkan peran pengadaan, importasi, distribusi maupun upaya memproduksi vaksin sendiri.
Anggota DPR RI Marwan Jafar mengatakan, di tengah masa pandemi Covid 19 dan sesudah pandemi, kalangan BUMN farmasi diharapkan juga memiliki inisiatif dan gagasan segar. Hal demikian, sambungnya, untuk menajamkan rencana bisnis yang lebih besar dan strategis berjangka panjang, berkembang, berkelanjutan serta mengoptimalkan benar upaya menjadi industri farmasi yang kokoh di dalam negeri dan berani memasuki pasar regional atau syukur di level global.
Dia juga menegaskan, justru komunitas BUMN farmasi harus melihat sisi lain yang positif di masa Pandemi ini atau saat inilah momentum mahal buat merumuskan ulang rencana bisnis lebih fokus, berani bersaing dengan perusahaan farmasi multinasional dan memperkuat SDM yang berkeahlian tinggi. "Misalnya sebagai perbandingan, sekarang saja apakah BUMN sudah menang bersaing dengan sejumlah perusahaan farmasi swasta nasional di penelitian, laboratorium modern hingga produksi, pengolahan dan pemasaran produk herbal? Ambil contoh produksi minyak kayu putih (eucalyptus) yang sangat dibutuhkan masyarakat di masa Pandemi, pemimpin pasarnya tetap perusahaan farmasi swasta," kata Marwan yang juga Anggota Komisi VI DPR ini kepada wartawan, Senin (29/3/2021).
Menurut mantan Menteri Desa-PDTT ini, BUMN farmasi mesti mampu memanfaatkan momentum saat ini untuk lebih bekerja sama strategis dengan sejumlah stakeholders dunia farmasi. Mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Perdagangan, Kemristek-BPPT, sejumlah lembaga penelitian seperti Eijkman, hingga laboratorium farmasi sejumlah perguruan tinggi, rumah sakit, apotik dan sebagainya.
"Selain itu, di masa pandemi sekarang, hemat saya komunitas BUMN farmasi bisa menjadi jembatan atau memberikan jalan tengah yang solutif, terkait ego keilmuan terkait potensi penemuan vaksin Covid 19 khususnya di lingkungan perguruan tinggi. Ambil contoh, saya mendengar sempat ada persaingan dan ego tidak sehat antara UI dan Undip misalnya, khususnya yang pernah saling mengklaim tentang peluang menemukan vaksin termasuk tingkat kemanjurannya," tukasnya.
Dia mengatakan, sejauh ini muncul kesan di masyarakat, BUMN farmasi sekadar menjadi "tukang jahit" semisal terkait produk seperti vaksin dalam arti bahan baku atau bibit vaksin malahan dari negara luar dan bukan mencoba memaksimalkan bahan baku yg berasal dari dalam negeri atau cenderung lebih suka mengimpor dalam bentuk produk akhir. Maksudnya, apa dan bagaimana solusi yang jitu dan strategis dalam konteks itu mesti ditemukan ran dibahas bersama.
Dia menginformasikan, awal Maret ini pada sebuah pidato ilmiah guru besar farmasi di satu dies natalis perguruan tinggi swasta terkemuka menegaskan, sesungguhnya Indonesia berpotensi besar di pembuatan vaksin atau pencegahan virus dari bahan herbal jahe, madu dan jinten hitam. Cara pembuatan antara lain melalui tahapan nano farmasetik yang serius dan ketat.
"Pertanyaan kita, apa saja peluang yang akan, sedang atau sudah dilakukan oleh kalangan BUMN farmasi kita terkait fakta ilmiah itu? Atau bagaimana sesungguhnya peluang, kekuatan, ancaman dan kelemahan kita terkait potensi domestik bahan herbal kita? Seberapa besar pula kemungkinan BUMN farmasi kita bekerjasama secara saling menguntungkan (win-win businesse) dengan beberapa perusahaan farmasi raksasa dunia, agar mau berinvestasi secara besar di Indonesia," tegas Marwan.
Sekali lagi, Marwan mengingatkan era pandemi dan pascapandemi termasuk fakta saling berlombanya banyak negara menemukan vaksin paling efektif dan aman, kasus pandemi global tersebut diakui atau tidak menjadi pengetahuan dan pengalaman baru, baik bagi kalangan negara maju maupun berkembang. Di sisi lain, hal ini sesungguhnya bisa menjadi momentum pensejajaran di tingkat profesionalitas SDM maupun kepakaran di bidang kemajuan pencapaian.
”Di sisi lain, hal ini sesungguhnya menjadi momentum penyejajaran di tingkat profesionalitas SDM maupun kepakaran di bidang kemajuan pencapaian science dan teknologi farmasi maupun kesehatan atau kedokteran zaman millenial saat ini dan ke depan,” katanya.
Anggota DPR RI Marwan Jafar mengatakan, di tengah masa pandemi Covid 19 dan sesudah pandemi, kalangan BUMN farmasi diharapkan juga memiliki inisiatif dan gagasan segar. Hal demikian, sambungnya, untuk menajamkan rencana bisnis yang lebih besar dan strategis berjangka panjang, berkembang, berkelanjutan serta mengoptimalkan benar upaya menjadi industri farmasi yang kokoh di dalam negeri dan berani memasuki pasar regional atau syukur di level global.
Dia juga menegaskan, justru komunitas BUMN farmasi harus melihat sisi lain yang positif di masa Pandemi ini atau saat inilah momentum mahal buat merumuskan ulang rencana bisnis lebih fokus, berani bersaing dengan perusahaan farmasi multinasional dan memperkuat SDM yang berkeahlian tinggi. "Misalnya sebagai perbandingan, sekarang saja apakah BUMN sudah menang bersaing dengan sejumlah perusahaan farmasi swasta nasional di penelitian, laboratorium modern hingga produksi, pengolahan dan pemasaran produk herbal? Ambil contoh produksi minyak kayu putih (eucalyptus) yang sangat dibutuhkan masyarakat di masa Pandemi, pemimpin pasarnya tetap perusahaan farmasi swasta," kata Marwan yang juga Anggota Komisi VI DPR ini kepada wartawan, Senin (29/3/2021).
Menurut mantan Menteri Desa-PDTT ini, BUMN farmasi mesti mampu memanfaatkan momentum saat ini untuk lebih bekerja sama strategis dengan sejumlah stakeholders dunia farmasi. Mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Perdagangan, Kemristek-BPPT, sejumlah lembaga penelitian seperti Eijkman, hingga laboratorium farmasi sejumlah perguruan tinggi, rumah sakit, apotik dan sebagainya.
"Selain itu, di masa pandemi sekarang, hemat saya komunitas BUMN farmasi bisa menjadi jembatan atau memberikan jalan tengah yang solutif, terkait ego keilmuan terkait potensi penemuan vaksin Covid 19 khususnya di lingkungan perguruan tinggi. Ambil contoh, saya mendengar sempat ada persaingan dan ego tidak sehat antara UI dan Undip misalnya, khususnya yang pernah saling mengklaim tentang peluang menemukan vaksin termasuk tingkat kemanjurannya," tukasnya.
Dia mengatakan, sejauh ini muncul kesan di masyarakat, BUMN farmasi sekadar menjadi "tukang jahit" semisal terkait produk seperti vaksin dalam arti bahan baku atau bibit vaksin malahan dari negara luar dan bukan mencoba memaksimalkan bahan baku yg berasal dari dalam negeri atau cenderung lebih suka mengimpor dalam bentuk produk akhir. Maksudnya, apa dan bagaimana solusi yang jitu dan strategis dalam konteks itu mesti ditemukan ran dibahas bersama.
Dia menginformasikan, awal Maret ini pada sebuah pidato ilmiah guru besar farmasi di satu dies natalis perguruan tinggi swasta terkemuka menegaskan, sesungguhnya Indonesia berpotensi besar di pembuatan vaksin atau pencegahan virus dari bahan herbal jahe, madu dan jinten hitam. Cara pembuatan antara lain melalui tahapan nano farmasetik yang serius dan ketat.
"Pertanyaan kita, apa saja peluang yang akan, sedang atau sudah dilakukan oleh kalangan BUMN farmasi kita terkait fakta ilmiah itu? Atau bagaimana sesungguhnya peluang, kekuatan, ancaman dan kelemahan kita terkait potensi domestik bahan herbal kita? Seberapa besar pula kemungkinan BUMN farmasi kita bekerjasama secara saling menguntungkan (win-win businesse) dengan beberapa perusahaan farmasi raksasa dunia, agar mau berinvestasi secara besar di Indonesia," tegas Marwan.
Sekali lagi, Marwan mengingatkan era pandemi dan pascapandemi termasuk fakta saling berlombanya banyak negara menemukan vaksin paling efektif dan aman, kasus pandemi global tersebut diakui atau tidak menjadi pengetahuan dan pengalaman baru, baik bagi kalangan negara maju maupun berkembang. Di sisi lain, hal ini sesungguhnya bisa menjadi momentum pensejajaran di tingkat profesionalitas SDM maupun kepakaran di bidang kemajuan pencapaian.
”Di sisi lain, hal ini sesungguhnya menjadi momentum penyejajaran di tingkat profesionalitas SDM maupun kepakaran di bidang kemajuan pencapaian science dan teknologi farmasi maupun kesehatan atau kedokteran zaman millenial saat ini dan ke depan,” katanya.
(cip)