Hasto Ungkap Politik Megawati yang Diajarkan kepada Kader PDIP
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto ikut terlibat dalam peluncuran buku berjudul Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam.
Peluncuran buku digelar di Kantor DPP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Rabu (24/3/2021). Acara tersebut ditayangkan di Channel Youtube dan akun Instagram milik Partai berlambang Banteng moncong putih itu.
Hasto menuturkan, buku yang mengisahkan tentang kepedulian Megawati dalam merawat lingkungan itu menjadi pedoman dan mengajarkan kader partai untuk peduli terhadap lingkungan. Hasto juga mendorong politik kebangsaan harus mengedepankan politik lingkungan.
"Kami di partai oleh Bu Megawati agak terharu, karena beliau selalu mengajarkan kami berpolitik itu merawat kehidupan, berpolitik itu membangun peradaban. Maka kebiasaan beliau menanam bagi kami itu jadi sesuatu tradisi kontemplasi yang di mana bagi seluruh kader PDIP sangat penting," kata Hasto.
Hasto menjelaskan, Presiden Kelima Indonesia itu mengajarkan nilai luhur tentang kebudayaan memayu hanuning bawana. Maknanya, seluruh manusia harus menyatu dengan alam raya. Apalagi Indonesia merupakan negara yang dikaruniai keindahan yang luar biasa serta keanekaragaman flora dan fauna.
"Kami harus kembangkan sebagai suatu bentuk semangat untuk berdikari. Kalau kami melihat dari apa yang disampaikan Bu Mega, rasanya kami harus terus membangun semangat juang itu agar Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini, mampu berdaulat di bidang pangan sehingga kita tidak perlu lagi impor. Karena tinggal kemauan dari kita," tutur Hasto.
Hadir dua orang penulis buku, yakni Kristin Samah dan Maria Karsia. Keduanya pun membeberkan latar belakang kenapa menulis buku tersebut.
Kristin mengatakan, buku kelima yang ditulisnya itu mengangkat nilai-nilai kehidupan dari sosok Megawati yang biasanya dikenal sebagai figur yang mapan secara politik.
"Ini jauh lebih bernilai dari sekadar politik, buku yang terakhir ini. Kalau mengutip pernyataan Pak Sekjen di prolog, ini adalah kitab kehidupan," kata Kristin.
Dalam buku ini, kata Kristin, pihaknya memperbanyak foto yang monumental dan menuliskan kutipan langsung dari Megawati. Dia menilai metode tersebut membuat buku ini enak sekaligus ringan dibaca.
"Bukan karena pendek-pendek naskahnya, bobotnya kurang. Justru bobotnya sangat substansial. Karena berbicara soal politik pangan, politik, cara berpolitik yang beradab dan seterusnya. Banyak sekali nilai-nilainya," tutur Kristin.
Sementara itu, Maria menjelaskan, banyak pelajaran yang dipetik dari seorang Megawati di dalam buku ini. Maria mengungkapkan Megawati banyak mengenal tanaman, termasuk tanaman langka. Bahkan, Megawati juga menceritakan kunang-kunang di balik kehidupan.
Maria mengaku harus mencari foto kunang-kunang dari berbagai daerah. Dia menyadari hal itu sangat sulit. Dia mengaku mencari kunang-kunang di Jakarta dan Jawa Barat, tetapi tak kunjung didapat. Akhirnya, kata Maria, kunang-kunang berhasil ditemui di Tabanan, Bali.
"Oleh Bupati Ni Putu Eka Wiryastuti, itu ada rupanya di Tabanan. Karena masih persawahan tidak adanya pestisida, jadi kunang-kunang nyaman di situ. Kunang-kunangnya hidup di situ. Itu adalah indikator kehidupan. Itu baru saya sadari dan itu adalah ajaran Ibu Mega yang disampaikan kepada kadernya. Jagalah lingkungan lalu berikanlah keseimbangan pada ekosistem," jelas Maria.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Pangan, Pertanian, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup I Made Urip menilai buku ini membuktikan bahwa kehidupan putri Proklamator RI Bung Karno itu layak menjadi teladan rakyat. Khususnya bagi kader partai. Dia mendorong semua kader PDIP untuk membaca buku ini.
"Kami juga atas perintahan Bu Megawati mencanangkan gerakan menanam yang dilakukan secara intensif. Mudah-mudahan lingkungan kita lestari," kata Made Urip yang juga anggota Komisi IV DPR itu.
Di acara itu, hadir juga Menteri Sosial Tri Rismaharini, mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih, mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf.
Peluncuran buku digelar di Kantor DPP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Rabu (24/3/2021). Acara tersebut ditayangkan di Channel Youtube dan akun Instagram milik Partai berlambang Banteng moncong putih itu.
Hasto menuturkan, buku yang mengisahkan tentang kepedulian Megawati dalam merawat lingkungan itu menjadi pedoman dan mengajarkan kader partai untuk peduli terhadap lingkungan. Hasto juga mendorong politik kebangsaan harus mengedepankan politik lingkungan.
"Kami di partai oleh Bu Megawati agak terharu, karena beliau selalu mengajarkan kami berpolitik itu merawat kehidupan, berpolitik itu membangun peradaban. Maka kebiasaan beliau menanam bagi kami itu jadi sesuatu tradisi kontemplasi yang di mana bagi seluruh kader PDIP sangat penting," kata Hasto.
Hasto menjelaskan, Presiden Kelima Indonesia itu mengajarkan nilai luhur tentang kebudayaan memayu hanuning bawana. Maknanya, seluruh manusia harus menyatu dengan alam raya. Apalagi Indonesia merupakan negara yang dikaruniai keindahan yang luar biasa serta keanekaragaman flora dan fauna.
"Kami harus kembangkan sebagai suatu bentuk semangat untuk berdikari. Kalau kami melihat dari apa yang disampaikan Bu Mega, rasanya kami harus terus membangun semangat juang itu agar Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini, mampu berdaulat di bidang pangan sehingga kita tidak perlu lagi impor. Karena tinggal kemauan dari kita," tutur Hasto.
Hadir dua orang penulis buku, yakni Kristin Samah dan Maria Karsia. Keduanya pun membeberkan latar belakang kenapa menulis buku tersebut.
Kristin mengatakan, buku kelima yang ditulisnya itu mengangkat nilai-nilai kehidupan dari sosok Megawati yang biasanya dikenal sebagai figur yang mapan secara politik.
"Ini jauh lebih bernilai dari sekadar politik, buku yang terakhir ini. Kalau mengutip pernyataan Pak Sekjen di prolog, ini adalah kitab kehidupan," kata Kristin.
Dalam buku ini, kata Kristin, pihaknya memperbanyak foto yang monumental dan menuliskan kutipan langsung dari Megawati. Dia menilai metode tersebut membuat buku ini enak sekaligus ringan dibaca.
"Bukan karena pendek-pendek naskahnya, bobotnya kurang. Justru bobotnya sangat substansial. Karena berbicara soal politik pangan, politik, cara berpolitik yang beradab dan seterusnya. Banyak sekali nilai-nilainya," tutur Kristin.
Sementara itu, Maria menjelaskan, banyak pelajaran yang dipetik dari seorang Megawati di dalam buku ini. Maria mengungkapkan Megawati banyak mengenal tanaman, termasuk tanaman langka. Bahkan, Megawati juga menceritakan kunang-kunang di balik kehidupan.
Maria mengaku harus mencari foto kunang-kunang dari berbagai daerah. Dia menyadari hal itu sangat sulit. Dia mengaku mencari kunang-kunang di Jakarta dan Jawa Barat, tetapi tak kunjung didapat. Akhirnya, kata Maria, kunang-kunang berhasil ditemui di Tabanan, Bali.
"Oleh Bupati Ni Putu Eka Wiryastuti, itu ada rupanya di Tabanan. Karena masih persawahan tidak adanya pestisida, jadi kunang-kunang nyaman di situ. Kunang-kunangnya hidup di situ. Itu adalah indikator kehidupan. Itu baru saya sadari dan itu adalah ajaran Ibu Mega yang disampaikan kepada kadernya. Jagalah lingkungan lalu berikanlah keseimbangan pada ekosistem," jelas Maria.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Pangan, Pertanian, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup I Made Urip menilai buku ini membuktikan bahwa kehidupan putri Proklamator RI Bung Karno itu layak menjadi teladan rakyat. Khususnya bagi kader partai. Dia mendorong semua kader PDIP untuk membaca buku ini.
"Kami juga atas perintahan Bu Megawati mencanangkan gerakan menanam yang dilakukan secara intensif. Mudah-mudahan lingkungan kita lestari," kata Made Urip yang juga anggota Komisi IV DPR itu.
Di acara itu, hadir juga Menteri Sosial Tri Rismaharini, mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih, mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf.
(dam)