Penerapan Soft Approach oleh Densus 88 Dalam Menangani Terorisme Diapresiasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pakar hukum kepolisian Universitas Bhayangkara Edi Hasibuan menyebutkan, penegakan hukum soft approach yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror Polri dalam mengungkap jaringan teroris di Indonesia membuat Kamtibmas selalu kondusif.
"Kami melihat soft approach dalam setiap penegakan hukum sangat bagus dan bisa diterima masyarakat," ungkap Edi Hasibuan dalam YouTubenya Edi Hasibuan Official berjudul “Kenapa Densus 88 Menggunakan Soft Approach Menangkap Pelaku Teror” dikutip SINDOnews, Senin (22/3/2021).
Menurut mantan anggota Kompolnas ini, melihat sejarah penegakkan hukum terhadap pelaku teror di dunia, penangkapan secara terbuka atau hard approch, apalagi menyertakan militer terhadap pelaku teror, tidak banyak memberikan hasil yang bagus. Sebaliknya, penegakan hukum yang lembut dan humanis seperti yang dilakukan Densus 88 Polri justru banyak diapresiasi masyarakat.
Edi melihat, pemerintah seperti yang disampaikan Presiden Jokowi, pendekatan soft power selalu dikedepankan daripada hard power. Pemerintah juga kini terus mengedepankan tindakan preventif dan program deradikalisasi terhadap napi pelaku teror dengan harapan bisa menghilangkan paham radikalisme dan ideologi terorisme dari lingkungan masyrakat termasuk di sekolah sekolah.
"Kita melihat Polri banyak melakukan penangkapan diberbagai tempat. Alhamdulilah, walau ada teror dalam WhatsApp, secara umum situasi tetap terjaga dengan kondusif. Atas teror itu, kita minta seluruh jajaran Polri tingkatkan Kamtibmas dan perkuat kewaspadaaan dalam tugas," tambah doktor ilmu hukum ini.
"Kami melihat soft approach dalam setiap penegakan hukum sangat bagus dan bisa diterima masyarakat," ungkap Edi Hasibuan dalam YouTubenya Edi Hasibuan Official berjudul “Kenapa Densus 88 Menggunakan Soft Approach Menangkap Pelaku Teror” dikutip SINDOnews, Senin (22/3/2021).
Menurut mantan anggota Kompolnas ini, melihat sejarah penegakkan hukum terhadap pelaku teror di dunia, penangkapan secara terbuka atau hard approch, apalagi menyertakan militer terhadap pelaku teror, tidak banyak memberikan hasil yang bagus. Sebaliknya, penegakan hukum yang lembut dan humanis seperti yang dilakukan Densus 88 Polri justru banyak diapresiasi masyarakat.
Edi melihat, pemerintah seperti yang disampaikan Presiden Jokowi, pendekatan soft power selalu dikedepankan daripada hard power. Pemerintah juga kini terus mengedepankan tindakan preventif dan program deradikalisasi terhadap napi pelaku teror dengan harapan bisa menghilangkan paham radikalisme dan ideologi terorisme dari lingkungan masyrakat termasuk di sekolah sekolah.
"Kita melihat Polri banyak melakukan penangkapan diberbagai tempat. Alhamdulilah, walau ada teror dalam WhatsApp, secara umum situasi tetap terjaga dengan kondusif. Atas teror itu, kita minta seluruh jajaran Polri tingkatkan Kamtibmas dan perkuat kewaspadaaan dalam tugas," tambah doktor ilmu hukum ini.
(cip)