Masjid Istiqlal Gagas Program Pendidikan Ulama Perempuan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan setelah dilaksanakan renovasi, Masjid Istiqlal menggagas program takhassus atau pendidikan kader ulama perempuan .
“Kita masjid Istiqlal ini baru melakukan renovasi diresmikan oleh bapak Presiden. Kemudian, program new istiqlalnya programnya diresmikan oleh bapak Wakil Presiden kemarin. Dan salah satu diantara yang paling banyak favoritnya adalah pendidikan kader ulama perempuan,” kata Nasaruddin secara virtual, Kamis (11/2/2021).
(Baca: Mengenal Enam Ulama Perempuan Ahli Tafsir)
Bahkan, kata Nasaruddin bahwa pendidikan kader ulama perempuan ini pertama ada di Istiqlal. “Kita lah yang pertama di Indonesia ini yang menggagas apa itu “takhassus” untuk ulama perempuan. Jadi kurikulumnya digodok sedemikian rupa yang bisa memberikan pemberdayaan terhadap ulama perempuan,” katanya.
Dengan program ini, kata Nasaruddin akan ada tafsir Alquran dan Hadist dengan perspektif perempuan. “Sehingga demikian nanti tafsir yang dikarang atau disusun oleh siapapun itu ada perspektif khusus tentang perempuan. Selama ini kan yang menyusun tafsir, menulis tafsir, menjelaskan tentang quran para laki-laki. Apa jadinya quran itu, jika par mufasiroh, adalah perempuan.”
“Nah, kita perlu ini supaya menjadi khalifah di muka bumi ini kita perlu mencontoh Tuhan. Allah mengelola bumi ini lebih menonjol sebagai the mother of God daripada the father of God. Kita jangan sampai menjadi khalifah di muka bumi ini over maskulin dalam mengelola alam raya ini. akibatnya apa? Gempa bumi, banjir, longsor, dan sebagainya karena kita maskulin,” kata Nasaruddin.
(Baca: Gerakan 1 Juta Sajadah, Imam Besar Masjid Istiqlal: Pertama dalam Sejarah Indonesia)
Menurut dia, program ini dilatarbelakangi bahwa 80% asmaul husna atau nama-nama Allah adalah feminin. “Nah Quran itu harus dibaca sesuai dengan asmaul husna. Nama-nama Allah itu 99, 80% itu nama-nama feminin. Hanya 20% nama maskulin. Itupun yang terkumpul di halaman Quran, Ar-rahim itu maha penyayang terulang 114 kali, Ar-rahmah 57 kali,” katanya.
“Kita masjid Istiqlal ini baru melakukan renovasi diresmikan oleh bapak Presiden. Kemudian, program new istiqlalnya programnya diresmikan oleh bapak Wakil Presiden kemarin. Dan salah satu diantara yang paling banyak favoritnya adalah pendidikan kader ulama perempuan,” kata Nasaruddin secara virtual, Kamis (11/2/2021).
(Baca: Mengenal Enam Ulama Perempuan Ahli Tafsir)
Bahkan, kata Nasaruddin bahwa pendidikan kader ulama perempuan ini pertama ada di Istiqlal. “Kita lah yang pertama di Indonesia ini yang menggagas apa itu “takhassus” untuk ulama perempuan. Jadi kurikulumnya digodok sedemikian rupa yang bisa memberikan pemberdayaan terhadap ulama perempuan,” katanya.
Dengan program ini, kata Nasaruddin akan ada tafsir Alquran dan Hadist dengan perspektif perempuan. “Sehingga demikian nanti tafsir yang dikarang atau disusun oleh siapapun itu ada perspektif khusus tentang perempuan. Selama ini kan yang menyusun tafsir, menulis tafsir, menjelaskan tentang quran para laki-laki. Apa jadinya quran itu, jika par mufasiroh, adalah perempuan.”
“Nah, kita perlu ini supaya menjadi khalifah di muka bumi ini kita perlu mencontoh Tuhan. Allah mengelola bumi ini lebih menonjol sebagai the mother of God daripada the father of God. Kita jangan sampai menjadi khalifah di muka bumi ini over maskulin dalam mengelola alam raya ini. akibatnya apa? Gempa bumi, banjir, longsor, dan sebagainya karena kita maskulin,” kata Nasaruddin.
(Baca: Gerakan 1 Juta Sajadah, Imam Besar Masjid Istiqlal: Pertama dalam Sejarah Indonesia)
Menurut dia, program ini dilatarbelakangi bahwa 80% asmaul husna atau nama-nama Allah adalah feminin. “Nah Quran itu harus dibaca sesuai dengan asmaul husna. Nama-nama Allah itu 99, 80% itu nama-nama feminin. Hanya 20% nama maskulin. Itupun yang terkumpul di halaman Quran, Ar-rahim itu maha penyayang terulang 114 kali, Ar-rahmah 57 kali,” katanya.
(muh)