Rumah Tanpa Buku seperti Badan Tanpa Jiwa, Bagaimana Sekarang?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagi Denny JA , koleksi buku di rumah dan membacanya, sama pentingnya seperti menyediakan kopi dan teh di dapur, dan meminumnya.
Penulis buku dan peneliti survei ini juga sangat menyukai pepatah lama yang menyatakan rumah tanpa buku seperti badan tanpa jiwa.
Namun Denny tidak menutupi kesedihannya menyikapi fakta yang menyatakan semakin banyak orang tidak membaca buku.
"Tapi dua data di bawah ini membuat sedih pecinta buku. Apa daya, buku semakin tidak dibaca. Semakin banyak orang tak membaca buku," kata Denny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/2/2021).
Adapun dua data itu, yakni pertama dari Pew Research dan Gallup Poll. Di tahun 1978, penduduk Amerika Serikat yang tak membaca satu buku pun di tahun sebelum riset hanya 8%. Pada tahun 2012, penduduk yang sama yang tak membaca satu buku pun di tahun sebelum riset, berlipat menjadi 18%.
Di tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan. Yang tak membaca buku meningkat 23%. Satu dari empat orang Amerika Serikat sudah tak lagi membaca buku.
Jika buku yang dimaksud adalah sastra, angkanya lebih buruk lagi. Riset dilakukan oleh National Endowment untuk populasi Amerika Serikat pada tahun 1982, yang membaca setidaknya satu buku sastra, baik puisi, cerpen, drama, novel, masih mayoritas. Yang membaca 56,9%.
Pada tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan. Yang membaca minimal satu buku sastra merosot hanya 43.1 persen. Dengan kata lain, mayoritas penduduk Amerika Serikat tak lagi membaca satu pun buku sastra.
"Jika di Amerika Serikat mengalami penurunan, yang tradisi membacanya kuat, apalagi di Indonesia," tandasnya.
Dia pun menceritakan tentang kisah pernikahan pasangan bernama Anto dan Ila di awal tahun ini, 18 Januari 2021, menjadi menarik. Dalam lamaran pernikahannya, kata dia, ada ritual seserahan tanda mata. Isi tanda mata dari Anto adalah beberapa buku.
Penulis buku dan peneliti survei ini juga sangat menyukai pepatah lama yang menyatakan rumah tanpa buku seperti badan tanpa jiwa.
Namun Denny tidak menutupi kesedihannya menyikapi fakta yang menyatakan semakin banyak orang tidak membaca buku.
"Tapi dua data di bawah ini membuat sedih pecinta buku. Apa daya, buku semakin tidak dibaca. Semakin banyak orang tak membaca buku," kata Denny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/2/2021).
Adapun dua data itu, yakni pertama dari Pew Research dan Gallup Poll. Di tahun 1978, penduduk Amerika Serikat yang tak membaca satu buku pun di tahun sebelum riset hanya 8%. Pada tahun 2012, penduduk yang sama yang tak membaca satu buku pun di tahun sebelum riset, berlipat menjadi 18%.
Di tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan. Yang tak membaca buku meningkat 23%. Satu dari empat orang Amerika Serikat sudah tak lagi membaca buku.
Jika buku yang dimaksud adalah sastra, angkanya lebih buruk lagi. Riset dilakukan oleh National Endowment untuk populasi Amerika Serikat pada tahun 1982, yang membaca setidaknya satu buku sastra, baik puisi, cerpen, drama, novel, masih mayoritas. Yang membaca 56,9%.
Pada tahun 2015, pertanyaan yang sama diajukan. Yang membaca minimal satu buku sastra merosot hanya 43.1 persen. Dengan kata lain, mayoritas penduduk Amerika Serikat tak lagi membaca satu pun buku sastra.
"Jika di Amerika Serikat mengalami penurunan, yang tradisi membacanya kuat, apalagi di Indonesia," tandasnya.
Dia pun menceritakan tentang kisah pernikahan pasangan bernama Anto dan Ila di awal tahun ini, 18 Januari 2021, menjadi menarik. Dalam lamaran pernikahannya, kata dia, ada ritual seserahan tanda mata. Isi tanda mata dari Anto adalah beberapa buku.