Refly Harun Bandingkan Iklim Demokrasi Masa SBY dan Era Jokowi

Senin, 15 Februari 2021 - 06:30 WIB
loading...
Refly Harun Bandingkan Iklim Demokrasi Masa SBY dan Era Jokowi
Refly Harun menilai kehidupan demokrasi saat ini jauh lebih mencekam dibandingkan masa pemerintahan SBY. Foto/youtube
A A A
JAKARTA - Tanggapan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan mantan wakilnya Jusuf Kalla ( JK ) atas pernyataan Presiden Jokowi dinilai menunjukkan adanya masalah pada urusan mengkritik pemerintah.

”Kalau tokoh sekaliber SBY dan JK urun rembug, berari memang ada persoalan,” ujar pengamat hukum dan politik Refly Harun dalam saluran youtube-nya, Minggu (14/2/2021).

(Baca: Soal Kritik Tanpa Dipolisikan, Pengamat: SBY dan JK seperti Tak Pernah Berkuasa)

Seperti diketahui, SBY lewat twitter menyatakan bahwa kritik adalah obat yang menyehatkan meskipun pahit. Sebaliknya pujian adalah gula-gula yang dapat membuat sakit kendati manis. Sementara JK mempertanyakan bagaimana mengutarakan kritik tanpa khawatir dipolisikan.

Refly mengaku tidak tahu pasti apakah SBY atau JK juga bersikap sesuai dengan apa yang mereka utarakan saat ini ketika masih menjabat. Tetapi yang pasti, situasi politik masa pemerintahan SBY dan era Jokowi berbeda sekali.

”Terus terang kalau kita bandingkan, memang situasi politik saat ini lebih mencekam dibandingkan masa SBY. Di masa SBY ada yang dipenjara karena perbedaan pendapat, ada aktivis dibui karena demonstrasi. Tapi yang saya ingin katakan suasana saat ini jauh lebih mencekam dalam hal demokrasi kita,” tutur guru besar hukum tata negara itu.

(Baca: Begini Penjelasan Refly Harun Soal Videonya dengan Gus Nur)

Menurut Refly, salah satu penyebabnya adalah perkembangan pesat media sosial. Yang kedua akibat sikap pemerintah sendiri yang dinilainya tidak mau memegang teguh demokratisasi.

”Bahkan ada kecenderungan menjadi otoritarian. Mudah-mudahan Presiden Jokowi tidak tercatat sebagai presiden yang menumbuhkan kembali otoritarianisme setelah dengan berdarah-darah kita tumbangkan melalui reformasi Mei 1998,” ujarnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1948 seconds (0.1#10.140)