HUT ke-76 PETA, Rektor Unhan: Hanya Indonesia yang Berani Melawan Jepang

Minggu, 14 Februari 2021 - 19:39 WIB
loading...
HUT ke-76 PETA, Rektor Unhan: Hanya Indonesia yang Berani Melawan Jepang
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya Amarulla Octavian mengatakan, kiprah Pembela Tanah Air (PETA) dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangat besar. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Kiprah pasukan Pembela Tanah Air (PETA) dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia sangat besar. Hal itu dibuktikan dengan perlawanan bersenjata yang dilakukan PETA terhadap penjajah Jepang.

Hal itu disampaikan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya Amarulla Octavian saat mengikuti webinar memperingati 76 Tahun Kebangkitan PETA yang digelar Yayasan PETA pada Minggu (14/2/2021). ”Selama Perang Dunia ll, Jepang banyak menduduki wilayah di Asia Timur hingga Asia Selatan, termasuk Asia Tenggara. Hanya Indonesia yang berani melawan Jepang pada saat itu melalui perlawanan PETA,” ujar mantan Danseskoal dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.

Dengan keberanian dan pengalamannya di medan pertempuran, kata Octavian, pasukan PETA akhirnya mampu merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. ”Pada 1945-1949, PETA yang sudah menjadi TNI terbukti mampu mengalahkan pemenang Perang Dunia ll,” ucapnya.

Octavian menjelaskan, pembentukan PETA tidak lepas dari peran dari para ulama, Presiden ke 1 RI Soekarno dan tentara Jepang sendiri. Adapun para ulama yang terlibat dalam pembentukan PETA di antaranya, tokoh Muhammadiyah K.H Mas Mansyur yang menjadi anggota dari empat serangkai gerakan Pusat Tenaga Kerja (Putera) dan berjuang membawakan suara kaum santri.

Kemudian, Raden Gatot Mangkoepradja yang menulis surat kepada Gunseikan, Panglima Tentara Jepang di Jakarta meminta dibentuknya barisan pemuda lokal untuk membela Tanah Air. “Perjuangan Raden Gatot Mangkoepradja ini sangat heroik karena menulis surat tersebut dengan tinta yang berasal dari darahnya sendiri,” ucapnya.

Sedangkan, peran dari Presiden Soekarno di antaranya dengan melakukan politik kooperatif yang bertujuan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menjadi tentara terlatih sebagai jalan menuju kemerdekaan Indonesia. ”Hal ini diperkuat dengan maklumat Osamu Seirei Nomor. 44 oleh PanglimaTentara ke 16 Letnan Jenderal Kumakichi Harada sebagai penjabaran teknis perintah dari Tokyo untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serbuan pasukan sekutu,” katanya.

Peran penting PETA dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih oleh Chudanco PETA Latief Hendraningrat bersama Suhud Sastro Kusumo dan Surastri Karma Trimur. “PETA juga berhasil menyusun Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta yang dikenal dengan Sishankamrata. Termasuk mewariskan nilai-nilai kejuangan 1945 yang berisi patriotisme, nasionalisme, kepahlawanan, persatuan dan kesatuan, serta anti penjajah dan penjajahan dan sebagainya,” ucapnya.

Meski Indonesia sudah merdeka, namun ancaman dan tantangan yang dihadapi bangsa ini semakin tetap ada dan semakin kompleks. Selain ancaman militer dan non militer, ada juga ancaman dalam bentuk hibrida. Termasuk ancaman siber dan proxy war. ”Untuk mengantisipasi ancaman tersebut, maka terjadi transformasi Sishankamrata seperti memperkuat pertahanan negara melalui Komponen Cadangan (Komcad), menegaskan diplomasi pertahanan dengan membangun kerja sama pertahanan yang mendukung politik luar negeri Indonesia,” katanya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1211 seconds (0.1#10.140)