25 Relawan Positif COVID-19, Ini Penjelasan Ketua Tim Uji Klinis Vaksin Sinovac
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Universitas Padjajaran (Unpad), Kusnandi Rusmil mengatakan, sebanyak 25 dari 1.620 relawan uji klinis fase III vaksin Sinovac positif terinfeksi virus corona .
"Dari hasil pengikutan ya, kami ikuti ini udah 3 bulan post penyuntikan, ternyata tadi yang dikatakan ketemu total yang sakit ada 25 orang ya. Dari yang 25 orang itu, 18 orang itu plasebo dan 7 orang yang divaksin," kata Kusnandi dalam rapat kerja dengan DPR RI Komisi IX secara virtual, Selasa (19/1/2021).
Tertularnya 25 relawan ini, kata Kusnandi, masih dalam kategori perhitungan efikasi dari kegiatan uji klinis vaksin Sinovac. "Nah, bagaimana menghitungnya bisa sampai begitu? Kami hitung, kan jumlah sampelnya itu ada 1.620, berarti masing-masing dapat 810 yang dapat vaksin dan plasebo. Kemudian dibagi 18 per 810 yang dapat plasebo ya. Dan 7 per 810 yang dapat vaksin," kata Kusnandi.
Sehingga, kata Kusnandi, dalam perhitungan efikasi vaksin Sinovac didapatkan angka 65,3%. "Nah, itu nanti dibandingkan hasil perbandingannya itu adalah 65,3% ya, perbandingan yang sakit itu. Sehingga kita kita katakan bahwa efikasi vaksin ini 65,3% berdasarkan perbandingan yang sakit, yang dapat vaksin dan yang dapat plasebo," katanya.
Kusnandi juga mengatakan bahwa dalam uji klinis ini jumlah subjek sebanyak 1.620 diambil dari semua golongan. "Di Indonesia itu saya melakukan rekrutmen, jumlah subjeknya itu 1.620 itu diambil dari semua golongan. Karena pada waktu rekrutmen, kami mengirimkan pemberitahuan kepada masyarakat di Bandung yang mendaftar pada waktu itu ada 2.400 orang. Padahal kami perlunya 1.800, sehingga yang diundang masuk itu adalah berurutan," katanya.
Kusnandi mengatakan ternyata yang 1.620 itu terdiri dari bermacam-macam strata. "Mulai dari yang tidak menamatkan SD sampai S3, semuanya ada. Dan juga populasinya bermacam-macam dari kedaerahan jadi semuanya ada, tapi nggak rata tentunya kalau yang itu," katanya.
"Nah kemudian kami melakukan sebelum melakukan pemberian suntikan, itu semuanya kamu lakukan swab, swab negatif, PCR negatif baru ikut penelitian ini," ungkap Kusnandi.
"Mereka disuntik pertama kali, kemudian disuntik lagi 14 hari, kemudian setelah 14 hari disuntik diikuti diambil darahnya, kemudian 3 bulan diambil darahnya lagi, dan nanti 6 bulan diambil darahnya lagi. Yang belum kami lakukan sekarang ini, yang pemantauan 6 bulan setelah penyuntikan. Yang 3 bulan setelah penyuntikan sudah selesai," kata Kusnandi.
"Dari hasil pengikutan ya, kami ikuti ini udah 3 bulan post penyuntikan, ternyata tadi yang dikatakan ketemu total yang sakit ada 25 orang ya. Dari yang 25 orang itu, 18 orang itu plasebo dan 7 orang yang divaksin," kata Kusnandi dalam rapat kerja dengan DPR RI Komisi IX secara virtual, Selasa (19/1/2021).
Tertularnya 25 relawan ini, kata Kusnandi, masih dalam kategori perhitungan efikasi dari kegiatan uji klinis vaksin Sinovac. "Nah, bagaimana menghitungnya bisa sampai begitu? Kami hitung, kan jumlah sampelnya itu ada 1.620, berarti masing-masing dapat 810 yang dapat vaksin dan plasebo. Kemudian dibagi 18 per 810 yang dapat plasebo ya. Dan 7 per 810 yang dapat vaksin," kata Kusnandi.
Sehingga, kata Kusnandi, dalam perhitungan efikasi vaksin Sinovac didapatkan angka 65,3%. "Nah, itu nanti dibandingkan hasil perbandingannya itu adalah 65,3% ya, perbandingan yang sakit itu. Sehingga kita kita katakan bahwa efikasi vaksin ini 65,3% berdasarkan perbandingan yang sakit, yang dapat vaksin dan yang dapat plasebo," katanya.
Kusnandi juga mengatakan bahwa dalam uji klinis ini jumlah subjek sebanyak 1.620 diambil dari semua golongan. "Di Indonesia itu saya melakukan rekrutmen, jumlah subjeknya itu 1.620 itu diambil dari semua golongan. Karena pada waktu rekrutmen, kami mengirimkan pemberitahuan kepada masyarakat di Bandung yang mendaftar pada waktu itu ada 2.400 orang. Padahal kami perlunya 1.800, sehingga yang diundang masuk itu adalah berurutan," katanya.
Kusnandi mengatakan ternyata yang 1.620 itu terdiri dari bermacam-macam strata. "Mulai dari yang tidak menamatkan SD sampai S3, semuanya ada. Dan juga populasinya bermacam-macam dari kedaerahan jadi semuanya ada, tapi nggak rata tentunya kalau yang itu," katanya.
"Nah kemudian kami melakukan sebelum melakukan pemberian suntikan, itu semuanya kamu lakukan swab, swab negatif, PCR negatif baru ikut penelitian ini," ungkap Kusnandi.
"Mereka disuntik pertama kali, kemudian disuntik lagi 14 hari, kemudian setelah 14 hari disuntik diikuti diambil darahnya, kemudian 3 bulan diambil darahnya lagi, dan nanti 6 bulan diambil darahnya lagi. Yang belum kami lakukan sekarang ini, yang pemantauan 6 bulan setelah penyuntikan. Yang 3 bulan setelah penyuntikan sudah selesai," kata Kusnandi.
(abd)