Adapun permintaan itu disampaikan oleh Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Mulyanto saat Rapat Kerja (Raker) antara Komisi VII DPR dengan Menristek, Direktur LBM Eijkman dan Kepala LPNK Ristek, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin 18 Januari 2021. "Hal ini penting karena kita tengah berkejaran dengan waktu terkait pandemi COVID-19 ini," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Selasa (19/1/2021). Baca juga: Pemerintah Didesak Percepat Produksi Vaksin Merah Putih
Mulyanto mengatakan komitmen terhadap 3 juta vaksin Sinovac sudah terlanjur diambil pemerintah walaupun vaksin ini hanya memiliki efikasi sebesar 65%. "Karena itu masih diperlukan tambahan lebih dari 100 juta dosis vaksin untuk vaksinasi penduduk Indonesia secara signifikan. Jumlah ini sangat besar dan secara bisnis merupakan pasar yang empuk," tegas Anggota Komisi VII DPR ini.
Menurutnya, produksi dan penggunaan vaksin Merah Putih sangat penting agar Indonesia tidak tergantung pada vaksin impor dan sekadar menjadi pasar bisnis vaksin semata. Selain itu, dia khawatir uang negara yang terbatas dan didapat dari utang terkuras habis hanya untuk membeli vaksin impor.
Baca Juga:
"Karena itu sangat masuk akal kalau kita menggesa riset dan produksi vaksin Merah Putih agar segera digunakan bagi pemulihan pandemi COVID-19. Jangan sampai terlambat yakni diproduksi pada saat pasar vaksin sudah jenuh," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pengadaan vaksin tidak boleh dimonopoli oleh satu produk dengan harga yang tak terkendali. Dia menilai potensi pasar vaksin jangan hanya dinikmati oleh berbagai produk impor yang menyedot devisa negara.
Untuk itu perlu intervensi negara untuk mendorong riset dan produksi vaksin Merah Putih. "Ini penting agar kita tidak sekadar menjadi negara pengguna dan pembeli, tetapi menjadi negara pembuat, yang berbasis keunggulan para innovator handal nasional. Kita bisa," pungkasnya.
Diketahui, dalam Raker bersama Komisi VII DPR, Menristek Bambang Brodjonegoro menyatakan ada 11 platform riset vaksin Merah Putih oleh 6 lembaga riset yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM. Yang tercepat, LBM Eijkman menjadwakan uji klinis tahap 1-3 bersama BUMN Bio Farma pada buan Juli-Desember 2021 dan target memperoleh izin BPOM dan diproduksi massal pada bulan Januari 2022. Baca juga: Bio Farma Produksi Vaksin Merah Putih di Kuartal III-2021
Raker Komisi VII DPR dengan Menristek ditutup dengan kesepakatan akan segera menjadwalkan rapat gabungan komisi DPR untuk membahas percepatan riset dan produksi vaksin Merah Putih.
(kri)