Suara Kritis Elite Demokrat, PKS, dan PAN Cepat Tenggelam, Kenapa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pilihan menjadi oposisi yang dilakukan Partai Demokrat , Partai Keadilan Sejahtera (PKS) , dan Partai Amanat Nasional (PAN) masih terasa perannya. Hanya saja, peran tersebut masih kurang dimaksimalkan dalam menyikapi berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
(Baca juga : Hattrick, Habib Rizieq Sandang Tiga Status Tersangka )
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menganggap, secara kualitas, peran oposisi PKS, Demokrat, dan PAN masih terasa.
(Baca juga : BLT Emak-emak Disalurkan Empat Tahap, Bulan Ini Sudah Cair Nih )
"(Terbukti) banyak elite ketiga partai ini yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah," jelas Adi saat dihubungi SINDOnews, Senin (11/1/2021).
( ).
Menurut Adi, problemnya ada di level kuantitas. Ia memandang, suara kritis mereka kerap cepat tenggelam di tengah dominasi suara mayoritas parpol pro-pemerintah yang berada di parlemen. Sehingga, peran ini cenderung dimainkan secara personal oleh elite-elite mereka.
"Inilah demokrasi kita saat ini. Sangat ditentukan oleh kuantitas karena dalam banyak hal kualitas nomor sekian. Demokrasi elektoral itu esensinya suaranya terbanyak akan selalu jadi pemenang dalam banyak isu strategis," tandas analis politik asal UIN Jakarta ini.
( ).
(Baca juga : Hattrick, Habib Rizieq Sandang Tiga Status Tersangka )
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menganggap, secara kualitas, peran oposisi PKS, Demokrat, dan PAN masih terasa.
(Baca juga : BLT Emak-emak Disalurkan Empat Tahap, Bulan Ini Sudah Cair Nih )
"(Terbukti) banyak elite ketiga partai ini yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah," jelas Adi saat dihubungi SINDOnews, Senin (11/1/2021).
( ).
Menurut Adi, problemnya ada di level kuantitas. Ia memandang, suara kritis mereka kerap cepat tenggelam di tengah dominasi suara mayoritas parpol pro-pemerintah yang berada di parlemen. Sehingga, peran ini cenderung dimainkan secara personal oleh elite-elite mereka.
"Inilah demokrasi kita saat ini. Sangat ditentukan oleh kuantitas karena dalam banyak hal kualitas nomor sekian. Demokrasi elektoral itu esensinya suaranya terbanyak akan selalu jadi pemenang dalam banyak isu strategis," tandas analis politik asal UIN Jakarta ini.
( ).
(zik)