Denny JA dan Era Baru Penulis Entrepreneur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dunia penulis dan intelektual tidak lagi bersifat aksetisme atau jalan yang tidak memperdulikan kehidupan material dan kekayaan duniawi.
Dulu dunia intelektual adalah dunia yang hanya mementingkan akal budi dan kekayaan rohani saja. Namun Denny JA memberontak tradisi itu. Baginya, menjadi intelektual, penulis, dan opinion maker justru akan lebih sempurna jika juga kaya raya.
"Berita baik untuk dunia penulis dan intelektual di Indonesia. Hidup di dunia gagasan itu, tak lagi harus bersahaja," demikian pendapat Satrio Arismunandar, praktisi media.
Satrio mencontohkan Denny JA yang dinilainya tumbuh menjadi spesies intelektual unik. Di satu sisi dia produktif hingga menulis 57 judul buku mulai dari demokrasi, marketing politik, sastra hingga agama. ( )
Pernyataan Satrio ini viral di WhatsApp grup, menimbulkan berbagai respons. Termasuk respons kaget banyak pihak bahwa Denny JA sang penulis dan penyair itu memiliki aset yang sudah mencapai angka ajaib, Rp1 triliun.
Menurut dia, isu ini penting diangkat bukan dalam rangka glorifikasi pribadi Denny JA. Tapi Denny JA membawa tradisi baru dunia penulis Indonesia,"Yaitu datangnya era Penulis Entrepreneur," tutur Satrio yang diposting juga di laman akun Facebook Denny JA, Senin (5/1/2021).
Dengan kaya raya, lanjut dia, sang intelektual bisa membiayai sendiri karyanya. Mempunyai banyak waktu luang untuk berkarya karena tak lagi harus bekerja. Dia juga bisa menjadi dermawan, membantu tumbuhnya tradisi keilmuwan.
Denny dikatakannya juga mempopulerkan tradisi meme, menghasilkan puluhan video animasi. Dia juga menulis di jurnal akademik dunia, yang untuk dimuat di sana harus melampaui dulu review para akademisi internasional.
Di saat yang sama, Denny juga memikili puluhan usaha properti, tambang, food and beverage, hotel, convenience store, hingga perusahaan konsultan politik. ( )
Menurut Satrio, pertama kali Denny JA mengemukakan gagasan intelektual Entrepreneur di publik ketika dia menulis di buku 70 tahun Djohan Effendi, tahun 2009.
Djohan Effendi dikenal salah satu penggagas pembaharuan Islam di samping Nurcholish Madjid, Abdurahman Wahid, dan Ahmad Wahib. Djohan juga pernah menjadi menteri ketika Gus Dur menjadi presiden.
Dikenal hidup sangat bersahaja, Djohan Effendi meneruskan tradisi intelektual yang asketis. Dalam buku 70 tahun Djohan Effendi, Denny menulis. “Saya mengagumi tradisi hidup bersahaja Djohan Effendi. Tapi saya secara sadar memilih jalam hidup yang berbeda.”
“Ada pilihan lain. Menjadi intelektual,” tulis Denny,
“tapi juga kaya raya. Sehingga sang intelektual dapat membangun perpustakaan untuk publik, membiayai film yang bagus, hingga membantu puluhan anak yatim untuk bersekolah,” lanjutnya.
Denny JA tak hanya menuliskan gagasannya. Dia mencontohkan. Di samping produktif menulis, Denny pun produktif hidup di dunia bisnis.
Denny pun kaya raya. Lalu Denny menghabiskan miliaran rupiah mendorong sosialisasi Pancasila. Ia habiskan miliaram rupiah untuk menggerakkan puisi esai. Juga diketahui luas, Denny menjadi dermawan membantu banyak kehidupan para aktivis dan penulis.
Denny JA juga dikatakannya sebagai founding father profesi konsultan politik Indonesia. Dikenal juga sebagai pelopor puisi esai. Juga Ia dianggap pelopor meme politik di Indonesia.
Dulu dunia intelektual adalah dunia yang hanya mementingkan akal budi dan kekayaan rohani saja. Namun Denny JA memberontak tradisi itu. Baginya, menjadi intelektual, penulis, dan opinion maker justru akan lebih sempurna jika juga kaya raya.
"Berita baik untuk dunia penulis dan intelektual di Indonesia. Hidup di dunia gagasan itu, tak lagi harus bersahaja," demikian pendapat Satrio Arismunandar, praktisi media.
Satrio mencontohkan Denny JA yang dinilainya tumbuh menjadi spesies intelektual unik. Di satu sisi dia produktif hingga menulis 57 judul buku mulai dari demokrasi, marketing politik, sastra hingga agama. ( )
Pernyataan Satrio ini viral di WhatsApp grup, menimbulkan berbagai respons. Termasuk respons kaget banyak pihak bahwa Denny JA sang penulis dan penyair itu memiliki aset yang sudah mencapai angka ajaib, Rp1 triliun.
Menurut dia, isu ini penting diangkat bukan dalam rangka glorifikasi pribadi Denny JA. Tapi Denny JA membawa tradisi baru dunia penulis Indonesia,"Yaitu datangnya era Penulis Entrepreneur," tutur Satrio yang diposting juga di laman akun Facebook Denny JA, Senin (5/1/2021).
Dengan kaya raya, lanjut dia, sang intelektual bisa membiayai sendiri karyanya. Mempunyai banyak waktu luang untuk berkarya karena tak lagi harus bekerja. Dia juga bisa menjadi dermawan, membantu tumbuhnya tradisi keilmuwan.
Denny dikatakannya juga mempopulerkan tradisi meme, menghasilkan puluhan video animasi. Dia juga menulis di jurnal akademik dunia, yang untuk dimuat di sana harus melampaui dulu review para akademisi internasional.
Di saat yang sama, Denny juga memikili puluhan usaha properti, tambang, food and beverage, hotel, convenience store, hingga perusahaan konsultan politik. ( )
Menurut Satrio, pertama kali Denny JA mengemukakan gagasan intelektual Entrepreneur di publik ketika dia menulis di buku 70 tahun Djohan Effendi, tahun 2009.
Djohan Effendi dikenal salah satu penggagas pembaharuan Islam di samping Nurcholish Madjid, Abdurahman Wahid, dan Ahmad Wahib. Djohan juga pernah menjadi menteri ketika Gus Dur menjadi presiden.
Dikenal hidup sangat bersahaja, Djohan Effendi meneruskan tradisi intelektual yang asketis. Dalam buku 70 tahun Djohan Effendi, Denny menulis. “Saya mengagumi tradisi hidup bersahaja Djohan Effendi. Tapi saya secara sadar memilih jalam hidup yang berbeda.”
“Ada pilihan lain. Menjadi intelektual,” tulis Denny,
“tapi juga kaya raya. Sehingga sang intelektual dapat membangun perpustakaan untuk publik, membiayai film yang bagus, hingga membantu puluhan anak yatim untuk bersekolah,” lanjutnya.
Denny JA tak hanya menuliskan gagasannya. Dia mencontohkan. Di samping produktif menulis, Denny pun produktif hidup di dunia bisnis.
Denny pun kaya raya. Lalu Denny menghabiskan miliaran rupiah mendorong sosialisasi Pancasila. Ia habiskan miliaram rupiah untuk menggerakkan puisi esai. Juga diketahui luas, Denny menjadi dermawan membantu banyak kehidupan para aktivis dan penulis.
Denny JA juga dikatakannya sebagai founding father profesi konsultan politik Indonesia. Dikenal juga sebagai pelopor puisi esai. Juga Ia dianggap pelopor meme politik di Indonesia.
(dam)