Ada Varian Baru Covid-19, Epidemiolog Minta Pemerintah Tutup Ruang Gerak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Virus Sars Cov-II terus bermutasi dan kini ditemukan varian baru , B117, yang banyak ditemukan di Inggris. Pemerintah harus mengantisipasi dari sisi pintu masuk hingga menyiapkan fasilitas kesehatan dalam menangani penambahan jumlah pasien.
Epidemiolog Kamaluddin Latief mengatakan, varian baru ini memiliki tingkat penularan 71 persen lebih cepat dibandingkan jenis lama. Yang harus diantisipasi dari virus Sars Cov-II ini adalah fatality rate (kematian) dan penularan. Sejak awal muncul di Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019, virus ini dengan cepat menyebar antarmanusia di seluruh dunia.
"Kombinasi dari kedua itu (fatality dan penularan) yang dikhawatirkan. Jangan sampai virusnya cepat menular dan gampang mematikan. Fatality rate ini artinya jumlah yang meninggal di antara semua yang sudah dinyatakan sakit. Kita selalu mengatakan case fatality cenderung rendah. Jangan lupa dikalikan dengan jumlah kasus aktif, sekarang yang dirawat sudah puluhan ribu," ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO, Selasa (29/12/2020).
Data teranyar dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 , jumlah kasus aktif 108.636 dan suspek 68.181 orang. Penyakit Covid-19 di Indonesia telah merenggut nyawa sebanyak 21.703. Virus Sars Cov-II ini sudah berada di 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota. Kamaluddin mengingatkan pemerintah dan masyarakat agar waspada dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sebab, fasilitas kesehatan sudah kewalahan.
( ).
"Saya menyebut rumah sakit kita kolaps. Jabodetabek, terutama Depok, UGD sudah hampir tidak bisa menampung pasien. (Terjadi juga) di Tangerang Selatan dan Bekasi. Jangan sampai penularan varian baru ini menaikkan (kasus). Artinya, kenaikan penularan itu sangat-sangat berbahaya. Kita harus mengantisipasi betul penularan di komunitas," tutur Dosen Universitas Indonesia (UI) itu.
Penambahan jumlah kasus positif Covid-19 ini diprediksi meningkatkan jumlah pasien gejala berat. Jika demikian, beban akan berada di fasilitas kesehatan. Pemerintah harus memikirkan kesiapan IGD, tenaga medis, peralatan, dan ruang isolasi. Dalam penanganan pasien gejala berat biasanya membutuhkan ventilator. Masalahnya, jumlahnya terbatas.
Kamaluddin memprediksi jumlah orang yang terpapar Covid-19 di Indonesia akan lebih dari 1 juta orang sebelum kuartal pertama tahun 2021. Dia menyatakan, pemerintah dan semua lapisan masyarakat harus bersinergi. Dia menyatakan tidak menutup mata bahwa pemerintah telah melakukan banyak hal dalam menanggulangi pandemi ini.
(
).
Namun, Indonesia sudah keteteran sebelum ada varian baru itu. Kini varian baru itu sudah ada di Singapura dan Malaysia. Bahkan, Kamaluddin menduga varian baru sudah masuk ke Tanah Air. Alasannya, varian baru itu sudah mulai dideteksi sejak September.
"Itu ada jeda waktu dengan melihat mobilitas ke Eropa dan penerbangan yang dibuka. Kita tidak kuat di perbatasan dan pintu-pintu masuk sehingga probabilitas masuknya besar. Jadi sama dengan ketika kasus pertama diumumkan pada 2 Maret, saya mengatakan kasus itu sudah ada sebelum itu," jelasnya.
Epidemiolog Kamaluddin Latief mengatakan, varian baru ini memiliki tingkat penularan 71 persen lebih cepat dibandingkan jenis lama. Yang harus diantisipasi dari virus Sars Cov-II ini adalah fatality rate (kematian) dan penularan. Sejak awal muncul di Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019, virus ini dengan cepat menyebar antarmanusia di seluruh dunia.
"Kombinasi dari kedua itu (fatality dan penularan) yang dikhawatirkan. Jangan sampai virusnya cepat menular dan gampang mematikan. Fatality rate ini artinya jumlah yang meninggal di antara semua yang sudah dinyatakan sakit. Kita selalu mengatakan case fatality cenderung rendah. Jangan lupa dikalikan dengan jumlah kasus aktif, sekarang yang dirawat sudah puluhan ribu," ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO, Selasa (29/12/2020).
Data teranyar dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 , jumlah kasus aktif 108.636 dan suspek 68.181 orang. Penyakit Covid-19 di Indonesia telah merenggut nyawa sebanyak 21.703. Virus Sars Cov-II ini sudah berada di 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota. Kamaluddin mengingatkan pemerintah dan masyarakat agar waspada dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sebab, fasilitas kesehatan sudah kewalahan.
( ).
"Saya menyebut rumah sakit kita kolaps. Jabodetabek, terutama Depok, UGD sudah hampir tidak bisa menampung pasien. (Terjadi juga) di Tangerang Selatan dan Bekasi. Jangan sampai penularan varian baru ini menaikkan (kasus). Artinya, kenaikan penularan itu sangat-sangat berbahaya. Kita harus mengantisipasi betul penularan di komunitas," tutur Dosen Universitas Indonesia (UI) itu.
Penambahan jumlah kasus positif Covid-19 ini diprediksi meningkatkan jumlah pasien gejala berat. Jika demikian, beban akan berada di fasilitas kesehatan. Pemerintah harus memikirkan kesiapan IGD, tenaga medis, peralatan, dan ruang isolasi. Dalam penanganan pasien gejala berat biasanya membutuhkan ventilator. Masalahnya, jumlahnya terbatas.
Kamaluddin memprediksi jumlah orang yang terpapar Covid-19 di Indonesia akan lebih dari 1 juta orang sebelum kuartal pertama tahun 2021. Dia menyatakan, pemerintah dan semua lapisan masyarakat harus bersinergi. Dia menyatakan tidak menutup mata bahwa pemerintah telah melakukan banyak hal dalam menanggulangi pandemi ini.
(
Baca Juga
Namun, Indonesia sudah keteteran sebelum ada varian baru itu. Kini varian baru itu sudah ada di Singapura dan Malaysia. Bahkan, Kamaluddin menduga varian baru sudah masuk ke Tanah Air. Alasannya, varian baru itu sudah mulai dideteksi sejak September.
"Itu ada jeda waktu dengan melihat mobilitas ke Eropa dan penerbangan yang dibuka. Kita tidak kuat di perbatasan dan pintu-pintu masuk sehingga probabilitas masuknya besar. Jadi sama dengan ketika kasus pertama diumumkan pada 2 Maret, saya mengatakan kasus itu sudah ada sebelum itu," jelasnya.