Berharap 2021 Jauh Lebih Baik

Rabu, 30 Desember 2020 - 05:10 WIB
loading...
Berharap 2021 Jauh Lebih Baik
Perekonomian nasional sepanjang 2020 mendapat tekanan berat akibat pandemi Covid-19. (Ilustrasi: KORAN SINDO/Wawan Bastian)
A A A
TAHUN Baru 2021 segera menjelang dan selamat tinggal 2020 yang penuh ketidakpastian. Pemerintah berharap di pengujung tahun yang diliputi kesedihan dan kekecewaan yang mendalam karena direnggut pandemi Covid-19, laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk kuartal keempat berada di level 0%. Saat ini perekonomian nasional memang dalam kecenderungan pembalikan menuju zona positif, setelah mencatatkan pertumbuhan minus 5,32% pada triwulan kedua dan mengecil menjadi minus 3,49% pada kuartal ketiga tahun ini. Apabila posisi pertumbuhan ekonomi nasional 0% pada tiga bulan terakhir tahun ini, itu akan sangat berpengaruh terhadap laju perputaran perekonomian nasional tahun depan yang diprediksi masih dalam zona sulit dan penuh tantangan.

Bisakah meraih pertumbuhan ekonomi di level 0% pada tiga bulan terakhir tahun ini? Pada kuartal keempat, outlook konsumsi masyarakat berada di kisaran minus 3,6% hingga minus 2,6% akibat peningkatan korban pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kembali diperketat. Adapun konsumsi rumah tangga sepanjang 2020 diperkirakan berada di level minus 2,7% hingga minus 2,4%. Angka tersebut mendorong pemerintah merevisi proyeksi ekonomi tahun ini sedikit menurun pada kisaran minus 2,2% hingga minus 1,7%. Sementara itu, konsumsi pemerintah sepanjang 2020 diprediksi minus 3,1% hingga minus 0,3%, sedang pada kuartal keempat diprediksi terjadi kontraksi. Padahal, untuk belanja pemerintah sudah dilakukan kerja ekstra sejak kuartal ketiga.

Pandemi Covid-19 telah membuat ekonomi nasional babak-belur hingga terjerembap ke dalam jurang resesi ekonomi. Akibat hantaman virus korona, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bisa saja ekonomi nasional pingsan kalau tidak ditangani dengan sigap dan benar. Tengok saja sektor keuangan, terutama dunia perbankan, mengalami tekanan yang luar biasa. Indikatornya terlihat dari pertumbuhan penyaluran kredit yang stagnan. Hal itu sebuah pertanda bahaya karena sektor korporasi tidak berjalan baik.

Bagaimana proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini berdasarkan versi lembaga internasional? Analisis terbaru Bank Dunia menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi nasional lebih lemah dari sebelumnya. Dalam laporan organisasi internasional yang bermarkas di Washington DC, Amerika Serikat, itu laporan bertajuk “Indonesia Economic Prospects (IEP)” telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dari minus 1,6% menjadi minus 2,2%. Laju pemulihan ekonomi mengindikasikan bahwa Indonesia akan menutup tahun dalam resesi. Revisi proyeksi pertumbuhan tidak terlepas dari pembatasan mobilitas masyarakat di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang diwarnai peningkatan kasus.

Di sisi lain, Bank Dunia mengakui bantuan sosial (bansos) yang digelontorkan pemerintah cukup besar dan berpotensi meredam dampak kemiskinan akibat krisis sepanjang tahun ini. Simulasi Bank Dunia menunjukkan, tanpa adanya bansos maka 8,5 juta penduduk Indonesia bakal terjerumus dalam kemiskinan tahun ini. Selain itu, lembaga ini meyakini bansos pemerintah dapat meredam dampak buruk dari pandemi Covid-19 secara signifikan dengan catatan dilaksanakan sepenuhnya. Sayangnya, berbagai penundaan dan tantangan awal dalam menjangkau kelompok terdampak, khususnya sektor informal, sempat tersendat.

Selanjutnya, Bank Dunia memprediksi kinerja ekonomi nasional mulai membaik tahun depan dan perlahan menguat pada 2022. Alasannya, pembatasan aktivitas masyarakat mulai dibuka perlahan dan pada 2022 akan semakin longgar. Untuk itu, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 4,4% tahun depan, seiring meningkatnya kepercayaan konsumen.

Suara senada diungkapkan Menkeu Sri Mulyani bahwa tahun depan ekonomi nasional sudah mulai pulih, meski belum optimal. Untuk tahun depan, pemerintah akan menggelontorkan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp365,5 triliun. Rinciannya, untuk kesehatan dialokasikan Rp25,4 triliun, perlindungan sosial Rp110,20 triliun, dan insentif usaha Rp20,40 triliun. Lalu dukungan UMKM sebesar Rp28,80 triliun, pembiayaan korporasi Rp14,90 triliun, serta pemulihan ekonomi sektoral lewat kementerian dan lembaga sebesar Rp136,7 triliun.

Pemerintah mengakui bahwa perbaikan kinerja ekonomi nasional tahun depan adalah sebuah pekerjaan rumah (PR) yang luar biasa. Dibutuhkan kerja sama dan kekompakan seluruh komponen anak bangsa.

Selamat tinggal 2020 dan selama datang 2021. Semoga lebih baik.
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1599 seconds (0.1#10.140)