Risma, Birokrat Ulung yang Dipercaya Jokowi Jadi Menteri Sosial
loading...
A
A
A
Di rumahnya, Risma tetaplah ibu yang penyayang. Ia menikah dengan Ir. Djoko Saptoadji dan dikaruniai dua anak yakni Fuad Bernardi dan Tantri Gunarni Saptoadji.
Menjadi ASN sudah lama diidamkan ketika melihat ayahnya berkerja sebagai ASN di kantor pajak. Risma menghabiskan masa kecilnya sekolah di SD Negeri Kediri. Di tingkat SMP, dia melanjutkan ke Surabaya serta belajar di SMP Negeri 10 Surabaya.
Ada cerita unik ketika Risma harus berperang melawan penyait asma. Ketika melanjutkan pendidikan di SMA 5, Risma mengikuti cabang olahraga lari untuk mengantisipasi penyakit asma yang dia derita.
Risma memiliki dua keuntungan untuk dirinya sendiri. Selain sehat dari Asma, dia pun menjadi pelari andalan Kota Surabaya. Setelah lulus SMA, Risma memilih untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, ia mengambil S1 jurusan arsitek di ITS dan melanjutkan S2 jurusan Managemen Pembangunan Kota di ITS juga.
Ketika menjabat sebagai wali kota, berbagai penghargaan terus diterima Risma. Baik itu skala nasional maupun internasional. Risma pun masih sering untuk melihat langsung proyek pembangunan kota. Memberikan masukan jembatan. Membangun ratusan jembatan baru serta 450 lebih taman di Surabaya.
Tidak Mengejutkan
Penunjukkan Risma menjadi Mensos memang tidak mengejutkan. Banyak pihak yang memprediksi dirinya akan menjadi pengganti Juliari P Batubara yang tersandung kasus korupsi. Risma dan Juliari sama-sama berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).( )
Nama Risma mulai semakin dikenal publik setelah berani menutup lokalisasi Gang Dolly, tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara yang terletak di permukiman Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
Perempuan berjilbab itu dikenal tegas. Risma juga acapkali mengamuk. Dia pernah marah-marah saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Surabaya karena mempermasalahkan perihal software e-KTP yang tidak beroperasi secara benar.
Risma juga pernah memarahi PNS yang sedang bergulat saat upacara. Dia juga pernah marah saat mendapati Kantor Kecamatan Tandes dalam kondisi kotor. Alhasil, Camat dan petugas jaga kena semprot. Risma juga pernah marah-marah ke para demonstran penolak UU Omnibus Law Cipta Kerja yang merusak sejumlah fasilitas di Kota Surabaya.
Menjadi ASN sudah lama diidamkan ketika melihat ayahnya berkerja sebagai ASN di kantor pajak. Risma menghabiskan masa kecilnya sekolah di SD Negeri Kediri. Di tingkat SMP, dia melanjutkan ke Surabaya serta belajar di SMP Negeri 10 Surabaya.
Ada cerita unik ketika Risma harus berperang melawan penyait asma. Ketika melanjutkan pendidikan di SMA 5, Risma mengikuti cabang olahraga lari untuk mengantisipasi penyakit asma yang dia derita.
Risma memiliki dua keuntungan untuk dirinya sendiri. Selain sehat dari Asma, dia pun menjadi pelari andalan Kota Surabaya. Setelah lulus SMA, Risma memilih untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, ia mengambil S1 jurusan arsitek di ITS dan melanjutkan S2 jurusan Managemen Pembangunan Kota di ITS juga.
Ketika menjabat sebagai wali kota, berbagai penghargaan terus diterima Risma. Baik itu skala nasional maupun internasional. Risma pun masih sering untuk melihat langsung proyek pembangunan kota. Memberikan masukan jembatan. Membangun ratusan jembatan baru serta 450 lebih taman di Surabaya.
Tidak Mengejutkan
Penunjukkan Risma menjadi Mensos memang tidak mengejutkan. Banyak pihak yang memprediksi dirinya akan menjadi pengganti Juliari P Batubara yang tersandung kasus korupsi. Risma dan Juliari sama-sama berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).( )
Nama Risma mulai semakin dikenal publik setelah berani menutup lokalisasi Gang Dolly, tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara yang terletak di permukiman Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
Perempuan berjilbab itu dikenal tegas. Risma juga acapkali mengamuk. Dia pernah marah-marah saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Surabaya karena mempermasalahkan perihal software e-KTP yang tidak beroperasi secara benar.
Risma juga pernah memarahi PNS yang sedang bergulat saat upacara. Dia juga pernah marah saat mendapati Kantor Kecamatan Tandes dalam kondisi kotor. Alhasil, Camat dan petugas jaga kena semprot. Risma juga pernah marah-marah ke para demonstran penolak UU Omnibus Law Cipta Kerja yang merusak sejumlah fasilitas di Kota Surabaya.