Siaga Bencana, Tetap Waspada Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selain pandemi Covid-19 , Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana alam , seperti banjir, erupsi gunung berapi, tanah longsor, dan gempa bumi yang juga mengintai.
Sampai hari ini tercatat tidak kurang dari 362 orang meninggal dunia dan 39 orang masih dalam pencarian akibat bencana tersebut. “Selain pandemi Covid-19, kita juga dihadapkan pada sejumlah bencana, terutama banjir dan tanah longsor,” ungkap Kepala BNPB Doni Monardo dalam Seminar Nasional Sosialisasi dan Pembelajaran Pemulihan Pasca Bencana Alam: Sosial, Ekonomi dan SDA, secara virtual kemarin. (Baca: Ketika Musibah Datang sebagai Peringatan)
Menurut dia, Indonesia memiliki 295 patahan yang memicu terjadinya potensi bencana gempa bumi. Sebagian besar patahan tersebut berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan bagian timur. Hanya Pulau Kalimantan relatif aman dari patahan tersebut. “Adapun 295 patahan itu sebagian besar berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan bagian timur. Hanya Kalimantan relatif aman dari patahan,” ungkap Doni.
Bahkan, kata Doni, tidak kurang sebanyak 50 desa saat ini berstatus rawan bencana. Jadi, dia meminta semua daerah memperhitungkan potensi terjadinya gempa. Apalagi, hanya Pulau Kalimantan yang aman dari potensi terjadinya gempa. “Oleh karena itu, kita harus bisa memperhitungkan semua daerah yang punya potensi terjadinya gempa. Tidak kurang dari 50 desa berstatus rawan bencana, khususnya bencana gempa,” jelasnya.
Doni mengungkapkan, wilayah Indonesia memiliki pertemuan lempeng patahan subduksi Indo-Australia dan Pasifik yang menjadi pemicu terjadinya gempa dan tsunami di Aceh pada 2004. “Kita punya pertemuan lempeng subduksi induksi Indo-Australia dan Pasifik. Pada 2004 tepatnya tanggal 26 Desember, terjadi gempa dan tsunami di Aceh,” katanya. (Baca juga: Peneliti UI Beberkan Hasil Riset PJJ Selama Pandemi Covid-19)
Doni mengungkapkan, ancaman bencana yang masih terus mengintai wilayah Indonesia adalah bencana geologi dan vulkanologi. Indonesia, menurut dia, punya 500 gunung api dan 127 di antaranya aktif. “Kita punya tiga gunung berapi yang sangat rentan kapan saja bisa meletus. Ada gunung api Purba Danau Toba, Krakatau, dan Tambora,” tandasnya.
Lebih jauh Doni mengingatkan bahwa kerugian akibat bencana yang terjadi pada lima tahun terakhir begitu besar baik jiwa, materi, maupun infrastruktur (lihat grafis). “Indonesia berada pada peringkat pertama korban jiwa terbanyak di dunia. Lebih dari 6.000 warga meninggal karena bencana yang terjadi di beberapa daerah NTB, Sulteng, Selat Sunda, yaitu Banten dan Lampung. Dan pada akhir tahun itu terjadi juga tanah longsor di wilayah Sukabumi yang merenggut satu desa sebanyak 10 orang lebih tertimbun oleh longsoran,” ungkap Doni.
Doni menambahkan, apa yang disampaikan Presiden Jokowi bahwa Salus populi suprema lex, bahwa keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi. “Nah di sinilah, kita tidak cukup hanya berpikir pada konstruksi. Namun, harus mengetahui bagaimana cara melakukan pencegahan dan mitigasinya. Kenali ancamannya, siapkan strateginya, ketahui masalahnya, carikan solusinya,” ungkap Doni. (Baca juga: 2 Olahraga Mudah untuk Turunkan Berat Badan dengan Cepat)
Pada 11 Desember 2020, Doni mengunjungi daerah yang terdampak banjir di Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara. Peninjauan ini untuk mengetahui kondisi terkini, memetakan permasalahan, dan menentukan langkah-langkah penanganan.
Banjir sudah berlangsung selama lima hari. Doni mengatakan, langkah pertama yang diambil adalah memberikan perlindungan kepada para pengungsi. “Memisahkan antara kelompok rentan dengan masyarakat yang secara fisik sehat,” ujarnya. Hal itu dilakukan untuk menghindari penularan virus Sars Cov-II alias Covid-19. Kelompok rentan, antara lain, lansia, mereka yang memiliki penyakit penyerta, ibu hamil dan menyusui, serta balita.
Sampai hari ini tercatat tidak kurang dari 362 orang meninggal dunia dan 39 orang masih dalam pencarian akibat bencana tersebut. “Selain pandemi Covid-19, kita juga dihadapkan pada sejumlah bencana, terutama banjir dan tanah longsor,” ungkap Kepala BNPB Doni Monardo dalam Seminar Nasional Sosialisasi dan Pembelajaran Pemulihan Pasca Bencana Alam: Sosial, Ekonomi dan SDA, secara virtual kemarin. (Baca: Ketika Musibah Datang sebagai Peringatan)
Menurut dia, Indonesia memiliki 295 patahan yang memicu terjadinya potensi bencana gempa bumi. Sebagian besar patahan tersebut berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan bagian timur. Hanya Pulau Kalimantan relatif aman dari patahan tersebut. “Adapun 295 patahan itu sebagian besar berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan bagian timur. Hanya Kalimantan relatif aman dari patahan,” ungkap Doni.
Bahkan, kata Doni, tidak kurang sebanyak 50 desa saat ini berstatus rawan bencana. Jadi, dia meminta semua daerah memperhitungkan potensi terjadinya gempa. Apalagi, hanya Pulau Kalimantan yang aman dari potensi terjadinya gempa. “Oleh karena itu, kita harus bisa memperhitungkan semua daerah yang punya potensi terjadinya gempa. Tidak kurang dari 50 desa berstatus rawan bencana, khususnya bencana gempa,” jelasnya.
Doni mengungkapkan, wilayah Indonesia memiliki pertemuan lempeng patahan subduksi Indo-Australia dan Pasifik yang menjadi pemicu terjadinya gempa dan tsunami di Aceh pada 2004. “Kita punya pertemuan lempeng subduksi induksi Indo-Australia dan Pasifik. Pada 2004 tepatnya tanggal 26 Desember, terjadi gempa dan tsunami di Aceh,” katanya. (Baca juga: Peneliti UI Beberkan Hasil Riset PJJ Selama Pandemi Covid-19)
Doni mengungkapkan, ancaman bencana yang masih terus mengintai wilayah Indonesia adalah bencana geologi dan vulkanologi. Indonesia, menurut dia, punya 500 gunung api dan 127 di antaranya aktif. “Kita punya tiga gunung berapi yang sangat rentan kapan saja bisa meletus. Ada gunung api Purba Danau Toba, Krakatau, dan Tambora,” tandasnya.
Lebih jauh Doni mengingatkan bahwa kerugian akibat bencana yang terjadi pada lima tahun terakhir begitu besar baik jiwa, materi, maupun infrastruktur (lihat grafis). “Indonesia berada pada peringkat pertama korban jiwa terbanyak di dunia. Lebih dari 6.000 warga meninggal karena bencana yang terjadi di beberapa daerah NTB, Sulteng, Selat Sunda, yaitu Banten dan Lampung. Dan pada akhir tahun itu terjadi juga tanah longsor di wilayah Sukabumi yang merenggut satu desa sebanyak 10 orang lebih tertimbun oleh longsoran,” ungkap Doni.
Doni menambahkan, apa yang disampaikan Presiden Jokowi bahwa Salus populi suprema lex, bahwa keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi. “Nah di sinilah, kita tidak cukup hanya berpikir pada konstruksi. Namun, harus mengetahui bagaimana cara melakukan pencegahan dan mitigasinya. Kenali ancamannya, siapkan strateginya, ketahui masalahnya, carikan solusinya,” ungkap Doni. (Baca juga: 2 Olahraga Mudah untuk Turunkan Berat Badan dengan Cepat)
Pada 11 Desember 2020, Doni mengunjungi daerah yang terdampak banjir di Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara. Peninjauan ini untuk mengetahui kondisi terkini, memetakan permasalahan, dan menentukan langkah-langkah penanganan.
Banjir sudah berlangsung selama lima hari. Doni mengatakan, langkah pertama yang diambil adalah memberikan perlindungan kepada para pengungsi. “Memisahkan antara kelompok rentan dengan masyarakat yang secara fisik sehat,” ujarnya. Hal itu dilakukan untuk menghindari penularan virus Sars Cov-II alias Covid-19. Kelompok rentan, antara lain, lansia, mereka yang memiliki penyakit penyerta, ibu hamil dan menyusui, serta balita.