Wapres Ma'ruf Amin sebut Perubahan Perilaku Dapat Mengakhiri Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menegaskan untuk mengakhiri pandemi virus corona (Covid-19) harus melakukan perubahan perilaku secara berkelanjutan.
Misalnya, disiplin protokol kesehatan 3M (mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan). Ma’ruf mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat ini tidak hanya diterapkan untuk sementara waktu sampai pemberian vaksinasi. Namun, diharapkan dapat menjadi budaya dan gaya hidup baru masyarakat Indonesia. (Baca: Ketika Musibah Datang Sebagai Peringatan)
“Pemerintah menyadari agar akhir dari pandemi Covid-19 ini dapat segera terwujud, karena itu dibutuhkan perubahan perilaku masyarakat secara berkelanjutan. Saya setuju jika program ini dilanjutkan,” tutur Ma’ruf, dalam sambutannya pada acara ‘Pembekalan Peserta Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku’ yang digelar secara virtual, kemarin.
Menurut dia, untuk mewujudkan hal tersebut perlu peran penting dari insan pers. Terutama untuk mencerdaskan masyarakat melalui pemberitaan yang edukatif, informatif, akurat, dan komprehensif dalam menggambarkan fenomena Covid-19 dan berbagai dampaknya. Dengan demikian, masyarakat dapat semakin memahami cara-cara melindungi diri, keluarga, dan lingkungan sekitar secara tepat.
Di samping pemberitaan mengenai perubahan perilaku, Ma’ruf mengatakan insan pers juga merupakan garda terdepan dalam menginformasikan program vaksinasi kepada masyarakat secara luas.
“Dalam menyuguhkan informasi mengenai vaksin Covid-19, insan pers perlu menyertakan data dukung dan penjelasan ilmiah dari para pakar sehingga mampu menumbuhkan kesadaran dan keyakinan masyarakat akan manfaat vaksin,” ungkapnya. (Baca juga: Begini Persyaratan Mengikuti SNMPTN 2021)
Bahkan, secara khusus, Ma’ruf meminta dukungan pers untuk kelancaran vaksinasi. “Secara khusus, saya juga ingin meminta dukungan para insan pers untuk turut mendukung kelancaran diseminasi informasi vaksin yang telah kita nantikan bersama dengan terus menyemarakkan semangat #VaksinasiUntukNegeri, #VaksinasiUntukNegeri, melalui pemberitaan-pemberitaan yang sesuai,” ucapnya.
63% Peran Media
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo menegaskan 63% keberhasilan program perubahan perilaku disiplin protokol kesehatan 3M adalah peran dari media. Diketahui, saat ini Dewan Pers bersama Satgas Penanganan Covid-19 menyelenggarakan Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku dengan jumlah penerima fellowship lebih 4.000 peserta dari para insan media.
Doni dalam sambutannya mengapresiasi program ini karena membantu Satgas untuk mengoreksi berita mengenai Covid-19 yang tidak benar. “Kami laporkan bahwa Satgas sangat terbantu dengan adanya program ini,” ungkap Doni.
Menurut dia, kenapa program ini menjadi salah satu program prioritas? Berdasarkan data diperoleh, keberhasilan sosialisasi dalam menghadapi Covid-19 tidak terlepas dari peran media. Dan, tercatat tidak kurang dari 63% keberhasilan program sosialisasi itu ditentukan media. (Baca juga: 5 Makanan Asam yang Ampuh Menurunkan Berat Badan)
“Karena sebelum ada program ini, sangat banyak berita yang menyimpang dari fakta dan kenyataan. Kami di Satgas sangat kesulitan untuk membantahnya, untuk mengoreksinya. Namun, sejak tiga bulan terakhir ini, setiap ada berita-berita yang mengarah kepada hoaks atau berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, kami dibantu oleh teman-teman wartawan yang tergabung dalam Fellowship Journalisme,” papar Doni.
Dia mengucapkan terima kasih kepada seluruh insan pers media yang telah membantu dalam menghadapi pandemi Covid-19. “Sekali lagi, kami keluarga besar Satgas Covid-19 menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para wartawan yang juga sebagai relawan yang telah bersedia membantu bangsa kita, membantu masyarakat kita, untuk bersama-sama menghadapi pandemi Covid-19,” tandasnya.
Sementara itu, upaya pemerintah dalam menyiapkan vaksin Covid-19 terus dilakukan. Selain penyediaan vaksin Covid-19 dengan tahapan pengujian hingga dikeluarkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Bahkan, kesiapan tenaga kesehatan juga dilakukan kepada 440.000 tenaga kesehatan (nakes) dan 23.000 vaksinator yang siap sukseskan vaksinasi Covid-19 hingga ke seluruh daerah. Lalu, bagaimana persiapannya saat ini? (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan pihaknya terus melakukan persiapan dengan melatih para vaksinator yang ditargetkan sebanyak 23.000 vaksinator.
“November lalu sudah ada 7.000 dari 23.000 target tenaga kesehatan, yakni para vaksinator yang telah dilatih. Sampai tanggal 5 Desember dari data yang saya dapat sudah dilakukan pelatihan sebanyak 12.408 orang untuk 21 provinsi. Sementara workshop penyiapan bagi tenaga vaksinator telah dilangsungkan untuk 29.635 orang dari 34 provinsi,” ungkap Oscar, kemarin.
Persiapan ini, kata Oscar, telah berjalan sesuai dengan rencana. Artinya, semuanya berjalan sesuai rencana. Dan, Insya Allah, kesiapan-kesiapan itu kita jaga, dari sisi jumlah proporsional di semua provinsi akan tercakup. “Tentunya modul-modulnya itu kita adaptasi kepada yang selama ini sudah menjadi kurikulum dalam bentuk virtual,” ungkapnya. (Lihat videonya: Komnas HAM Investigasi Kasus Penembakan Simpatisan FPI)
Lalu, daerah mana saja yang sudah berhasil melakukan simulasi dan bagaimana dengan kesediaan alat kesehatan untuk program vaksinasi massal nanti? Di Kota Bogor, simulasi dihadiri Presiden Jokowi dengan Pak Menteri Kesehatan. Kemudian di Puskesmas Cikarang Utara Bekasi tanggal 19 November hadir Wakil Presiden Ma'ruf Amin. “Artinya, semuanya itu memang harus dilakukan seperti ini, baru kita tahu gitu ada satu persoalan yang harus kita perbaiki. Ada masalah yang kurang ya, namanya di pekerjaan besar ya,” papar Oscar.
Dia mengungkapkan para tenaga kesehatan khususnya di Dinas Kesehatan (Dinkes) juga Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menjadi ujung tombak program vaksinasi Covid-19. Oscar mengingatkan untuk para nakes di daerah menyampaikan informasi vaksin Covid-19 sesuai dengan daerah masing-masing agar informasi ke masyarakat bisa lebih baik. “Kalau memang bisa bersifat local wisdom ya, bahasa-bahasa daerah yang bisa disampaikan ke masyarakatnya akan lebih baik,” katanya. (Binti Mufarida)
Misalnya, disiplin protokol kesehatan 3M (mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan). Ma’ruf mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat ini tidak hanya diterapkan untuk sementara waktu sampai pemberian vaksinasi. Namun, diharapkan dapat menjadi budaya dan gaya hidup baru masyarakat Indonesia. (Baca: Ketika Musibah Datang Sebagai Peringatan)
“Pemerintah menyadari agar akhir dari pandemi Covid-19 ini dapat segera terwujud, karena itu dibutuhkan perubahan perilaku masyarakat secara berkelanjutan. Saya setuju jika program ini dilanjutkan,” tutur Ma’ruf, dalam sambutannya pada acara ‘Pembekalan Peserta Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku’ yang digelar secara virtual, kemarin.
Menurut dia, untuk mewujudkan hal tersebut perlu peran penting dari insan pers. Terutama untuk mencerdaskan masyarakat melalui pemberitaan yang edukatif, informatif, akurat, dan komprehensif dalam menggambarkan fenomena Covid-19 dan berbagai dampaknya. Dengan demikian, masyarakat dapat semakin memahami cara-cara melindungi diri, keluarga, dan lingkungan sekitar secara tepat.
Di samping pemberitaan mengenai perubahan perilaku, Ma’ruf mengatakan insan pers juga merupakan garda terdepan dalam menginformasikan program vaksinasi kepada masyarakat secara luas.
“Dalam menyuguhkan informasi mengenai vaksin Covid-19, insan pers perlu menyertakan data dukung dan penjelasan ilmiah dari para pakar sehingga mampu menumbuhkan kesadaran dan keyakinan masyarakat akan manfaat vaksin,” ungkapnya. (Baca juga: Begini Persyaratan Mengikuti SNMPTN 2021)
Bahkan, secara khusus, Ma’ruf meminta dukungan pers untuk kelancaran vaksinasi. “Secara khusus, saya juga ingin meminta dukungan para insan pers untuk turut mendukung kelancaran diseminasi informasi vaksin yang telah kita nantikan bersama dengan terus menyemarakkan semangat #VaksinasiUntukNegeri, #VaksinasiUntukNegeri, melalui pemberitaan-pemberitaan yang sesuai,” ucapnya.
63% Peran Media
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo menegaskan 63% keberhasilan program perubahan perilaku disiplin protokol kesehatan 3M adalah peran dari media. Diketahui, saat ini Dewan Pers bersama Satgas Penanganan Covid-19 menyelenggarakan Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku dengan jumlah penerima fellowship lebih 4.000 peserta dari para insan media.
Doni dalam sambutannya mengapresiasi program ini karena membantu Satgas untuk mengoreksi berita mengenai Covid-19 yang tidak benar. “Kami laporkan bahwa Satgas sangat terbantu dengan adanya program ini,” ungkap Doni.
Menurut dia, kenapa program ini menjadi salah satu program prioritas? Berdasarkan data diperoleh, keberhasilan sosialisasi dalam menghadapi Covid-19 tidak terlepas dari peran media. Dan, tercatat tidak kurang dari 63% keberhasilan program sosialisasi itu ditentukan media. (Baca juga: 5 Makanan Asam yang Ampuh Menurunkan Berat Badan)
“Karena sebelum ada program ini, sangat banyak berita yang menyimpang dari fakta dan kenyataan. Kami di Satgas sangat kesulitan untuk membantahnya, untuk mengoreksinya. Namun, sejak tiga bulan terakhir ini, setiap ada berita-berita yang mengarah kepada hoaks atau berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, kami dibantu oleh teman-teman wartawan yang tergabung dalam Fellowship Journalisme,” papar Doni.
Dia mengucapkan terima kasih kepada seluruh insan pers media yang telah membantu dalam menghadapi pandemi Covid-19. “Sekali lagi, kami keluarga besar Satgas Covid-19 menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para wartawan yang juga sebagai relawan yang telah bersedia membantu bangsa kita, membantu masyarakat kita, untuk bersama-sama menghadapi pandemi Covid-19,” tandasnya.
Sementara itu, upaya pemerintah dalam menyiapkan vaksin Covid-19 terus dilakukan. Selain penyediaan vaksin Covid-19 dengan tahapan pengujian hingga dikeluarkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Bahkan, kesiapan tenaga kesehatan juga dilakukan kepada 440.000 tenaga kesehatan (nakes) dan 23.000 vaksinator yang siap sukseskan vaksinasi Covid-19 hingga ke seluruh daerah. Lalu, bagaimana persiapannya saat ini? (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan pihaknya terus melakukan persiapan dengan melatih para vaksinator yang ditargetkan sebanyak 23.000 vaksinator.
“November lalu sudah ada 7.000 dari 23.000 target tenaga kesehatan, yakni para vaksinator yang telah dilatih. Sampai tanggal 5 Desember dari data yang saya dapat sudah dilakukan pelatihan sebanyak 12.408 orang untuk 21 provinsi. Sementara workshop penyiapan bagi tenaga vaksinator telah dilangsungkan untuk 29.635 orang dari 34 provinsi,” ungkap Oscar, kemarin.
Persiapan ini, kata Oscar, telah berjalan sesuai dengan rencana. Artinya, semuanya berjalan sesuai rencana. Dan, Insya Allah, kesiapan-kesiapan itu kita jaga, dari sisi jumlah proporsional di semua provinsi akan tercakup. “Tentunya modul-modulnya itu kita adaptasi kepada yang selama ini sudah menjadi kurikulum dalam bentuk virtual,” ungkapnya. (Lihat videonya: Komnas HAM Investigasi Kasus Penembakan Simpatisan FPI)
Lalu, daerah mana saja yang sudah berhasil melakukan simulasi dan bagaimana dengan kesediaan alat kesehatan untuk program vaksinasi massal nanti? Di Kota Bogor, simulasi dihadiri Presiden Jokowi dengan Pak Menteri Kesehatan. Kemudian di Puskesmas Cikarang Utara Bekasi tanggal 19 November hadir Wakil Presiden Ma'ruf Amin. “Artinya, semuanya itu memang harus dilakukan seperti ini, baru kita tahu gitu ada satu persoalan yang harus kita perbaiki. Ada masalah yang kurang ya, namanya di pekerjaan besar ya,” papar Oscar.
Dia mengungkapkan para tenaga kesehatan khususnya di Dinas Kesehatan (Dinkes) juga Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menjadi ujung tombak program vaksinasi Covid-19. Oscar mengingatkan untuk para nakes di daerah menyampaikan informasi vaksin Covid-19 sesuai dengan daerah masing-masing agar informasi ke masyarakat bisa lebih baik. “Kalau memang bisa bersifat local wisdom ya, bahasa-bahasa daerah yang bisa disampaikan ke masyarakatnya akan lebih baik,” katanya. (Binti Mufarida)
(ysw)