Lima Srikandi Ini Dikukuhkan Menjadi Profesor Riset
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan melalui Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset mengukuhkan lima srikandi profesor riset asal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes).
Lima Profesor Riset tersebut adalah Sri Irianti, SKM, M.Phil, Ph.D di bidang kesehatan lingkungan, Dr. Ekowati Rahajeng, S.K.M., M.Kes di bidang epidemiologi dan biostatistik, Dr. Rustika, SKM., MKes di bidang epidemiologi dan biostatistik, Dr. Ir. Yuli Widiyastuti, M.P di bidang tanaman obat dan obat tradisional, serta Dr. drg. Indirawati Tjahja Notohartojo., Sp. Perio di bidang epidemiologi dan biostatistik.
Sekretaris Jenderal Kemenkes drg. Oscar Primadi mewakili Menteri Kesehatan mengatakan apa yang digagas dalam profesor riset sangat relevan dengan upaya membangun kesehatan ke depan baik dari aspek deteksi, pencegahan, pengendalian masalah kesehatan.
Oscar turut menyampaikan harapan Menteri Kesehatan kepada Badan Litbangkes, bahwa Badan Litbangkes dapat memberikan kontribusi dalam merekomendasikan inovasi intervensi kesehatan untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan kesehatan.
"Saya menantikan hasil penelitian yang cepat, terkini, tajam, dan tepat sasaran dari Badan Litbangkes," ujar Oscar dalam siaran pers yang diterima SINDO Media, Jumat (4/12/2020).
( ).
Orasi pertama dibuka oleh Sri Irianti dengan menyampaikan orasi bertopik "Inovasi Pengintegrasian Program Water, Sanitation And Hygiene (WaSH) menuju Tercapainya Sustainable Development Goal 6 di Indonesia". Menurut Irianti, intergrasi antarelemen WaSH menjadi solusi penting untuk memperbesar peran WaSH dalam pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan. Selain itu sebagai pemenuhan hak asasi untuk hidup bermanfaat. Integrasi program WaSH bisa menjadi solusi percepatan tercapainnya SDG 6 di Indonesia.
(Untuk mengisi survei calon Presiden 2024 pilihan Anda, silakan klik di sini ).
Ekowati Rahajeng dalam orasinya mengangkat topik "Penguatan Posbindu PTM Dalam Menurunkan Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Utama". Ekowati mengatakan bahwa ada lima kunci untuk memperkuat Posbindu PTM yaitu, peningkatan rutinitas kegiatan, peningkatan kemampuan edukasi dan konseling bagi petugas dan kader, perluasan cakupan sasaran penduduk, optimalisasi pengelolaan PTM di desa, serta penerapan sistem surveilans secara sistematik.
( ).
Selanjutnya, Rustika memberikan orasi dengan topik "Kolaborasi Pembinaan Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Jemaah Haji Dalam Mendukung Istitaah Kesehatan". Dalam orasinya dipaparkan bahwa kolaborasi pembinaan pengendalian faktor risiko PTM bagi jemaah haji perlu dengan melibatkan berbagai sektor. Dengan adanya upaya ini akan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan, serta kebugaran jemaah haji. Hal tersebut dapat menurunkan tinggat kesakitan dan kematian pada jemaah haji.
Kemudian topik orasi "Pengembangan Parameter Standar Simplisia Untuk Menjamin Mutu dan Keamanan Obat Tradisional" disampaikan oleh Yuli. Dijelaskan olehnya menjamin mutu dan keamanan obat tradisional sangat penting untuk otentifikasi simplisia dalam mencegah praktik pemalsuan bahan baku obat tradisional di masyarakat. Pengembangan parameter standar simplisia dapat menjadi acuan bagi industri obat tradisional dan memicu industri bahan baku obat tradisional.
Terakhir, orasi disampaikan oleh Indirawati dengan topik "Percepatan Pengendalian Masalah Status Kesehatan Gigi Mulut Melalui Pendekatan Individu Dan Kontekstual". Indirawati menegaskan upaya promotive dan preventif dalam kesehatan gigi mulut harus diutamakan sesuai dengan standar WHO. Upaya ini sudah terbukti jauh lebih cost effective dan diharapkan dapat mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi pada rongga mulut.
"Sekali lagi saya mengapresiasi atas orasi kelima Profesor Riset hari ini sebagai salah satu pembuktian konsistensi, komitmen, kerja keras dan karya nyata dari SDM Kementerian Kesehatan," tutur Oscar.
Yang lebih membanggakan lagi, kata Oscar, kelima profesor yang dikukuhkan adalah wanita. "Di tengah multiperan sebagai pendamping pasangan, ibu dan pekerja mampu mencapai gelar tertinggi dalam karier peneliti," ujarnya.
Menutup sambutannya, Oscar berharap pengukuhan tersebut memacu semangat serta motivasi bagi peneliti lain di Kementerian Kesehatan untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi pembangunan kesehatan serta memberikan karya terbaiknya bagi bangsa, negara serta masyarakat.
"Saya berharap para Profesor Riset dapat lebih berperan menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yunior, baik dalam hal kepakaran maupun dalam pengembangan jati diri, integritas serta profesionalisme mereka," kata Oscar.
Lima Profesor Riset tersebut adalah Sri Irianti, SKM, M.Phil, Ph.D di bidang kesehatan lingkungan, Dr. Ekowati Rahajeng, S.K.M., M.Kes di bidang epidemiologi dan biostatistik, Dr. Rustika, SKM., MKes di bidang epidemiologi dan biostatistik, Dr. Ir. Yuli Widiyastuti, M.P di bidang tanaman obat dan obat tradisional, serta Dr. drg. Indirawati Tjahja Notohartojo., Sp. Perio di bidang epidemiologi dan biostatistik.
Sekretaris Jenderal Kemenkes drg. Oscar Primadi mewakili Menteri Kesehatan mengatakan apa yang digagas dalam profesor riset sangat relevan dengan upaya membangun kesehatan ke depan baik dari aspek deteksi, pencegahan, pengendalian masalah kesehatan.
Oscar turut menyampaikan harapan Menteri Kesehatan kepada Badan Litbangkes, bahwa Badan Litbangkes dapat memberikan kontribusi dalam merekomendasikan inovasi intervensi kesehatan untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan kesehatan.
"Saya menantikan hasil penelitian yang cepat, terkini, tajam, dan tepat sasaran dari Badan Litbangkes," ujar Oscar dalam siaran pers yang diterima SINDO Media, Jumat (4/12/2020).
( ).
Orasi pertama dibuka oleh Sri Irianti dengan menyampaikan orasi bertopik "Inovasi Pengintegrasian Program Water, Sanitation And Hygiene (WaSH) menuju Tercapainya Sustainable Development Goal 6 di Indonesia". Menurut Irianti, intergrasi antarelemen WaSH menjadi solusi penting untuk memperbesar peran WaSH dalam pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan. Selain itu sebagai pemenuhan hak asasi untuk hidup bermanfaat. Integrasi program WaSH bisa menjadi solusi percepatan tercapainnya SDG 6 di Indonesia.
(Untuk mengisi survei calon Presiden 2024 pilihan Anda, silakan klik di sini ).
Ekowati Rahajeng dalam orasinya mengangkat topik "Penguatan Posbindu PTM Dalam Menurunkan Prevalensi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Utama". Ekowati mengatakan bahwa ada lima kunci untuk memperkuat Posbindu PTM yaitu, peningkatan rutinitas kegiatan, peningkatan kemampuan edukasi dan konseling bagi petugas dan kader, perluasan cakupan sasaran penduduk, optimalisasi pengelolaan PTM di desa, serta penerapan sistem surveilans secara sistematik.
( ).
Selanjutnya, Rustika memberikan orasi dengan topik "Kolaborasi Pembinaan Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Jemaah Haji Dalam Mendukung Istitaah Kesehatan". Dalam orasinya dipaparkan bahwa kolaborasi pembinaan pengendalian faktor risiko PTM bagi jemaah haji perlu dengan melibatkan berbagai sektor. Dengan adanya upaya ini akan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan, serta kebugaran jemaah haji. Hal tersebut dapat menurunkan tinggat kesakitan dan kematian pada jemaah haji.
Kemudian topik orasi "Pengembangan Parameter Standar Simplisia Untuk Menjamin Mutu dan Keamanan Obat Tradisional" disampaikan oleh Yuli. Dijelaskan olehnya menjamin mutu dan keamanan obat tradisional sangat penting untuk otentifikasi simplisia dalam mencegah praktik pemalsuan bahan baku obat tradisional di masyarakat. Pengembangan parameter standar simplisia dapat menjadi acuan bagi industri obat tradisional dan memicu industri bahan baku obat tradisional.
Terakhir, orasi disampaikan oleh Indirawati dengan topik "Percepatan Pengendalian Masalah Status Kesehatan Gigi Mulut Melalui Pendekatan Individu Dan Kontekstual". Indirawati menegaskan upaya promotive dan preventif dalam kesehatan gigi mulut harus diutamakan sesuai dengan standar WHO. Upaya ini sudah terbukti jauh lebih cost effective dan diharapkan dapat mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi pada rongga mulut.
"Sekali lagi saya mengapresiasi atas orasi kelima Profesor Riset hari ini sebagai salah satu pembuktian konsistensi, komitmen, kerja keras dan karya nyata dari SDM Kementerian Kesehatan," tutur Oscar.
Yang lebih membanggakan lagi, kata Oscar, kelima profesor yang dikukuhkan adalah wanita. "Di tengah multiperan sebagai pendamping pasangan, ibu dan pekerja mampu mencapai gelar tertinggi dalam karier peneliti," ujarnya.
Menutup sambutannya, Oscar berharap pengukuhan tersebut memacu semangat serta motivasi bagi peneliti lain di Kementerian Kesehatan untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi pembangunan kesehatan serta memberikan karya terbaiknya bagi bangsa, negara serta masyarakat.
"Saya berharap para Profesor Riset dapat lebih berperan menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yunior, baik dalam hal kepakaran maupun dalam pengembangan jati diri, integritas serta profesionalisme mereka," kata Oscar.
(zik)