Setara Institute: Kekecewaan Publik terhadap Pemerintah Bisa Ditunggangi Teroris

Sabtu, 28 November 2020 - 19:28 WIB
loading...
Setara Institute: Kekecewaan Publik terhadap Pemerintah Bisa Ditunggangi Teroris
Setara Institute meminta aparat keamanan mewaspadai potensi bangkitnya sel-sel tidur teroris dengan memanfaatkan kekecewaan publik atas kinerja pemerintah. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Aksi teror dan ekstremisme-kekerasan kembali terjadi di Sulawesi Tengah, tepatnya di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Empat orang dalam satu keluarga dibunuh secara sadis. Sebuah rumah ibadah Bala Keselamatan serta enam rumah diduga dibakar kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.

Peristiwa yang mengakibatkan ratusan warga harus diungsikan tempat yang lebih aman ini memantik kecaman sekaligus simpati publik.

“Mengutuk tindakan biadab oleh kelompok bersenjata tersebut dan turut berduka cita atas meninggalnya warga sipil yang menjadi korban serangan kemplotan teroris di Sulawesi Tengah,” tegas Wakil Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos dalam keterangannya kepada SINDOnews, Sabtu (28/11/2020).

(Baca: Rancangan Perpres TNI Tangani Terorisme Abaikan Prinsip HAM)

Setelah analisis yang dilakukan, Bonar menduga tindakan kekerasan bersenjata secara sadis tersebut dilakukan oleh MIT Poso. Mereka adalah sisa-sisa kelompok Santoso yang belum berhasil diringkus oleh Satuan Tugas Operasi Tinombala.

Berdasarkan jarak antara Poso Pesisir Utara, lokasi MIT sebelumnya berbasis dan melakukan aktivitas, dengan Lemban Tongoa hanya sekitar 23-25 kilometer. Kabupaten Sigi sendiri secara geografis berada di antara Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong yang selama ini dianggap sebagai teritori MIT Poso.

Lantaran itu, ia berharap Satgas Operasi Tinombala yang masa tugasnya sudah diperpanjang sampai 31 Desember 2020 dapat mengoptimalkan sisa masa tugas untuk perburuan belasan anggota MIT Poso yang masih berkeliaran di hutan dan pegunungan sekitar Poso. “Komplotan teroris Poso tersebut tidak boleh diremehkan, apalagi dianggap lemah,” ujarnya.

(Baca: Takut Teror Pembantaian-Pembakaran Kelompok Mujahidin Indonesia Timur, 150 KK Mengungsi)

Terkait dengan tragedi itu, Direktur Riset Setara Institute Halili Hasan mengungkapkan Ali Kalora telah mengambil alih kepemimpinan MIT Poso pasca tewasnya Santoso dan tertangkapnya Basri pada 2016. Namun, hingga kini petinggi kelompok tersebut masih tak tersentuh aparat.

“Satgas dan seluruh aparat keamanan harus menjamin seluruh warga negara, termasuk di pedalaman dan pegunungan Sulawesi Tengah, dari serangan kelompok manapun yang mengancam keamanan dan keselamatan (human security) mereka,” ujar Halili.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1232 seconds (0.1#10.140)