Pengamat Intelijen Ungkap Kriteria Calon Kapolri Pengganti Jenderal Idham Aziz
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jenderal Idham Aziz akan paripurna dari tugasnya sebagai Kepala Kepolisian RI ( Kapolri ) awal 2021 mendatang. Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengaku akan segera menyerahkan track record dan prestasi Perwira Tinggi (Pati) Polri kepada Presiden Jokowi.
Pengamat intelijen, Susaningtyas Kertopati pun ikut memberikan kriteria yang cocok sebagai calon pengganti kapolri . "Tentu saja harus profesional, mengikuti tren kejahatan atau gangguan keamanan, dan memahami hukum serta regulasi," kata Susaningtyas saat dihubungi SINDOnews, Jumat (13/11/2020).
Selain itu, perempuan yang akrab disapa Nuning ini juga menilai, kejahatan dan gangguan keamanan kian hari semakin canggih dan terus dimodifikasi, termasuk kejahatan jalanan. Maka itu, calon kapolri harus mengikuti perkembangan ini. "Syarat berikutnya, ia tidak berpolitik tapi paham perkembangan politik," ujar Nuning. (
)
Lebih lanjut Nuning mengatakan, calon Kapolri harus sosok yang cepat tanggap terhadap fenomena yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa. Terutama, kelompok-kelompok baik kanan maupun kiri yang ingin mengganti ideologi dan bentuk negara.
Yang utama, menurutnya, calon orang nomor satu di Korps Bhayangkara itu harus memahami ancaman keamanan dalam negeri serta efeknya hingga luar negri, memahami lingkungan strategis teritorial seperti bahaya terorisme, radikalisme, narkoba, kejahatan jalanan/kriminalitas.
Selain itu, pengganti Jenderal Idham juga harus memiliki pengetahuan cukup terkait mekanisme dan strategi penanggulangan pelbagai ancaman itu, sehingga mampu hadapi ancaman faktual dan potensial. ( )
"Sedangkan kualitas di bidang komunikasi sangat ditentukan kemampuan menggunakan bahasa-bahasa internasional. Anggota Polri juga harus memiliki pengetahuan baik akan sosial budaya setempat, sangat disarankan memiliki pengetahuan Sosiologi yang cukup," ucap mantan Anggota DPR ini.
Di samping itu, perempuan yang juga pengamat militer ini melihat, seiring dengan perkembangan internet of things (IoT), prioritas berikutnya adalah memperkuat pertahanan siber (cyber defence). Saat ini, menurutnya, peretasan ke Infrastruktur kritis, pencurian data strategis, spionase, propaganda di media sosial, terorisme dan berbagai ancaman siber lainnya sudah berlangsung di berbagai belahan dunia.
"Oleh karena itu, banyak negara tengah merumuskan strategi untuk menghadapi ancaman siber," kata Nuning. (
)
Pengamat intelijen, Susaningtyas Kertopati pun ikut memberikan kriteria yang cocok sebagai calon pengganti kapolri . "Tentu saja harus profesional, mengikuti tren kejahatan atau gangguan keamanan, dan memahami hukum serta regulasi," kata Susaningtyas saat dihubungi SINDOnews, Jumat (13/11/2020).
Selain itu, perempuan yang akrab disapa Nuning ini juga menilai, kejahatan dan gangguan keamanan kian hari semakin canggih dan terus dimodifikasi, termasuk kejahatan jalanan. Maka itu, calon kapolri harus mengikuti perkembangan ini. "Syarat berikutnya, ia tidak berpolitik tapi paham perkembangan politik," ujar Nuning. (
Baca Juga
Lebih lanjut Nuning mengatakan, calon Kapolri harus sosok yang cepat tanggap terhadap fenomena yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa. Terutama, kelompok-kelompok baik kanan maupun kiri yang ingin mengganti ideologi dan bentuk negara.
Yang utama, menurutnya, calon orang nomor satu di Korps Bhayangkara itu harus memahami ancaman keamanan dalam negeri serta efeknya hingga luar negri, memahami lingkungan strategis teritorial seperti bahaya terorisme, radikalisme, narkoba, kejahatan jalanan/kriminalitas.
Selain itu, pengganti Jenderal Idham juga harus memiliki pengetahuan cukup terkait mekanisme dan strategi penanggulangan pelbagai ancaman itu, sehingga mampu hadapi ancaman faktual dan potensial. ( )
"Sedangkan kualitas di bidang komunikasi sangat ditentukan kemampuan menggunakan bahasa-bahasa internasional. Anggota Polri juga harus memiliki pengetahuan baik akan sosial budaya setempat, sangat disarankan memiliki pengetahuan Sosiologi yang cukup," ucap mantan Anggota DPR ini.
Di samping itu, perempuan yang juga pengamat militer ini melihat, seiring dengan perkembangan internet of things (IoT), prioritas berikutnya adalah memperkuat pertahanan siber (cyber defence). Saat ini, menurutnya, peretasan ke Infrastruktur kritis, pencurian data strategis, spionase, propaganda di media sosial, terorisme dan berbagai ancaman siber lainnya sudah berlangsung di berbagai belahan dunia.
"Oleh karena itu, banyak negara tengah merumuskan strategi untuk menghadapi ancaman siber," kata Nuning. (
Baca Juga
(abd)