Ini Kriteria Kapolri Ideal, Jokowi Diingatkan Jangan Salah Pilih
loading...
A
A
A
Politikus berlatar belakang pengacara ini mengatakan, Kapolri ke depan harus sosok eksekutor dan memperhatikan angkatan. Sebab, menurut Trimedya, untuk membenahi institusi Polri, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana regenerasi terjadi.
"Bagaimana mulai rekrutmen, promosi, mutasi itu terjadi. Jangan sampai seperti keluhan Pak Idham kemarin, menumpuk di kolonel, jenderalnya juga defisit. Kapolri harus orang yang mau telaten membenahi dari mulai rekrutmen itu. Semua itu kan sangat tergantung dari mulai rekrutmen. Kalau rekrutmennya baik pasti hasilnya baik," tuturnya. ( )
Kriteria berikutnya, menurut Trimedya, yaitu bagaimana Polri ke depan bisa lebih mengedepankan fungsi pengayoman masyarakat, bukan fungsi penegakan hukum.
"Polisi ini sekarang kan heavy-nya penegakan hukum. Seharusnya yang lebih dikedepankan adalah memelihara ketertiban umum, memberikan rasa aman kepada masyarakat, baru penegakan hukum," katanya.
Karena itu, kata Trimedya, Kapolri yang akan datang harus bisa membenahi Bhabinkamtibmas sehingga bisa melakukan deteksi dini, termasuk mendeteksi potensi teroris, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan-penyimpangan dalam berbagai proyek pembangunan, dan lainnya.
"Sekarang ini Bhabinkamtibmas menurut saya agak lemah karena tidak banyak perhatian. Misalnya yang harus diperhatikan Bhabinkamtibmas itu adalah alat komunikasi, kendaraan, honor, dan lainnya. Kalau itu diperhatikan berkolaborasi dengan Babinsa maka kuat deteksi dininya dan ada rasa aman. Nah ke sana harus punya pikiran," urainya.
Trimedya menilai, soal Promoter (profesional, modern, dan terpercaya) yang menjadi program kerja Polri, sejauh ini sudah cukup bagus. Terbukti, komplain terhadap Polri belakangan sudah semakin berkurang. "Itu harus kita apresiasi. Tapi Bhabinkamtibmas itu yang harus diperhatikan, termasuk anggarannya," tuturnya.
Trimedya menilai, sosok Kapolri saat ini, Idham Azis sebenarnya sudah cukup bagus karena dinilai sudah hampir selesai dengan dirinya sehingga tidak memiliki beban. Namun, dari sisi gebrakan, Idham Azis dinilai kurang menonjol.
"Ya mungkin karena dia hanya menjabat satu tahun dua bulan saja dan termakan corona. Sebetulnya saya ingin melihat gebrakan-gebrakannya, tapi kan beliau ini Maret sudah corona. Tapi dalam proses promosi, mutasi, demosi, Pak Idham ini relatif clear dan relatif tidak membangun geng, tidak membangun kelompok, nah itu yang bagus, cuma gebrakannya kurang," urainya.
Menurut dia, sosok Kapolri ke depan bagaimana bisa mengkombinasikan apa yang dilakukan Idham Azis dan Tito Karnavian. "Dua-duanya ada plus minusnya. Nah, Kapolri ke depan harus mengkombinasikan di antara mereka berdua, itu baru paten. Catatannya Pak Tito itu gebrakannya bagus dan berani makanya Gua bilang dari Mas Idham kurang gebrakan, tapi Mas Tito terlalu mengedepankan angkatannya, 87," katanya.
"Bagaimana mulai rekrutmen, promosi, mutasi itu terjadi. Jangan sampai seperti keluhan Pak Idham kemarin, menumpuk di kolonel, jenderalnya juga defisit. Kapolri harus orang yang mau telaten membenahi dari mulai rekrutmen itu. Semua itu kan sangat tergantung dari mulai rekrutmen. Kalau rekrutmennya baik pasti hasilnya baik," tuturnya. ( )
Kriteria berikutnya, menurut Trimedya, yaitu bagaimana Polri ke depan bisa lebih mengedepankan fungsi pengayoman masyarakat, bukan fungsi penegakan hukum.
"Polisi ini sekarang kan heavy-nya penegakan hukum. Seharusnya yang lebih dikedepankan adalah memelihara ketertiban umum, memberikan rasa aman kepada masyarakat, baru penegakan hukum," katanya.
Karena itu, kata Trimedya, Kapolri yang akan datang harus bisa membenahi Bhabinkamtibmas sehingga bisa melakukan deteksi dini, termasuk mendeteksi potensi teroris, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan-penyimpangan dalam berbagai proyek pembangunan, dan lainnya.
"Sekarang ini Bhabinkamtibmas menurut saya agak lemah karena tidak banyak perhatian. Misalnya yang harus diperhatikan Bhabinkamtibmas itu adalah alat komunikasi, kendaraan, honor, dan lainnya. Kalau itu diperhatikan berkolaborasi dengan Babinsa maka kuat deteksi dininya dan ada rasa aman. Nah ke sana harus punya pikiran," urainya.
Trimedya menilai, soal Promoter (profesional, modern, dan terpercaya) yang menjadi program kerja Polri, sejauh ini sudah cukup bagus. Terbukti, komplain terhadap Polri belakangan sudah semakin berkurang. "Itu harus kita apresiasi. Tapi Bhabinkamtibmas itu yang harus diperhatikan, termasuk anggarannya," tuturnya.
Trimedya menilai, sosok Kapolri saat ini, Idham Azis sebenarnya sudah cukup bagus karena dinilai sudah hampir selesai dengan dirinya sehingga tidak memiliki beban. Namun, dari sisi gebrakan, Idham Azis dinilai kurang menonjol.
"Ya mungkin karena dia hanya menjabat satu tahun dua bulan saja dan termakan corona. Sebetulnya saya ingin melihat gebrakan-gebrakannya, tapi kan beliau ini Maret sudah corona. Tapi dalam proses promosi, mutasi, demosi, Pak Idham ini relatif clear dan relatif tidak membangun geng, tidak membangun kelompok, nah itu yang bagus, cuma gebrakannya kurang," urainya.
Menurut dia, sosok Kapolri ke depan bagaimana bisa mengkombinasikan apa yang dilakukan Idham Azis dan Tito Karnavian. "Dua-duanya ada plus minusnya. Nah, Kapolri ke depan harus mengkombinasikan di antara mereka berdua, itu baru paten. Catatannya Pak Tito itu gebrakannya bagus dan berani makanya Gua bilang dari Mas Idham kurang gebrakan, tapi Mas Tito terlalu mengedepankan angkatannya, 87," katanya.